DLH Gelar FGD Profil Keanekaragaman Hayati, Ferdi Mochtar: Proses Menuju RIP Kehati Kota Makassar

  • Whatsapp
Peserta FGD dan tim pengkaji Profil Kehati Kota Makassar 2023 (dok: Pelakita.ID)

DPRD Makassar

“Di Palau Lanyukang Makassar ada burung khas namanya Burung Gosong atau Megapodius reinwart serupa Maleo yang menaruh telur di pasir atau tanah. Ini bisa menjadi obyek perlindungan atau obyek wisata.” 

Hasanuddin Molo, Tim Ahli Profil Keanekaragaman Hayati Kota Makassar, 2023.

Read More

PELAKITA.ID – Pemerintah Kota Makassar melalui Dinas Lingkungan Hidup Kota Makassar menggelar Focus Group Discussion terkait Profil Keanekaragaman Hayati Kota Makassar 2023, Senin, 17 Oktober 2023.

Kegiatan ini dihadiri seratusan peserta dari sejumlah OPD, perguruan tinggi, perwakilan LSM, pemerhati kelautan dan perikanan dan anggota Dewan Lingkungan Hidup Kota Makassar.

Anggota Dewan Lingkungan Hidup yang hadir adalah Prof Yusran Jusuf, Harun Al Raysid, Ahmad Yusran dan Kamaruddin Azis.

FGD dibuka oleh Kepala Bidang Keaneragaman Hayati DLH Makassar, Azwar Anwar, S.STP, M.Si.

Dalam sambutannya, Kabid menyebut tujuan pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk mendengarkan hasil kajian tim peneliti terkait Profil Keanekaragaam Ekosistem Pesisir dan Perairan Kota Makassar.

“Selain itu untuk memperoleh masukan dan pandangan peserta terkait paparan tim peneliti atau pengkaji. Setelah  ini akan ditindaklanjuti pertemuan penyusunan Rencana Induk Pengelolaan Keanekaragaman Hayati Kota Makassar,” jelas Azwar.

Paparan disampaikan oleh Dr Hasanuddin Molo yang merupakan pakar kehutanan dan lingkungan dari Universitas Muhammadiyah Makassar.

Dalam pengantarnya Hasanuddin menyebut ada sejumlah pakar atau ahli yang menjadi anggota tim.

Beberapa di antaranya adalah Mukrimin, Ph.D, pakar pemuliaan, genetika dan plasma nutfah, lalu ada Dr Nirwana, pakar konservasi ekologi, flora dan fauna, Dr Hikmah, pakar pakar agrosilvofishery dan perencanaan wilayah, Dr Andi Chadijah pakar perikanan dan pengelolaan sumber daya pesisir dan laut.

Lalu ada Ir Munajat M.Sc, pakar GIS dan pemetaan pertanian, perikanan dan kelautan, Ir Muthmainnah, pakar Sosek Kehutanan,Kelautan dan Perikanan.

Berikutnya adalah Hasriyani Hafid, S.Kel, M.Si ahli kelautan dan lingkungan serta Adiyat Ridho., S.Pi ahli kelautan dan perikanan.

Dalam paparannya, Hasanuddin Molo menyebut kegiatan ini relevan dengan agenda Pemerintah Kota makassar dalam menjadikan Makassar sebagai ‘liveable city’.

“Ini didasari oleh pentingnya perlindungan dan pemulihan ekologi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota  khususnya pada pesisir dan laut untuk mewujudkan Kota Makassar sebagai liveable city,” kata dia.

“Tujuan pokoknya adalah tersedianya data dan informasi terbaru terkait kondisi keanegaragaman hayati yang terdapat di Kota Makassar khususnya ekosistem pantai, laut seperti lamun, terumbu karang,” terangnya.

Hasanuddin memaparkan informasi sejumlah pulau dalam wilayah adminsitrasi Kota Makassar yang mencapai 12 pulau, termasuk Lakkang. Disampaikan informasi sosial, ekonomi, bentuk ekosisttem, potensi spesies, komoditi dan habitat serta cakupan ekosistemnya.

Salah satu yang mengemuka adalah adanya spesies yang cukup uni yaitu burung gosong di Pulau Lanyukang yang disebutnya perlu mendapat atensi untuk proteksi dan pengelolaan baik, baik melalui upaya konservasi maupun untuk tujuan wisata.

Diapresiasi

Sejumlah peserta memberikan apresias dan tanggapan positif. Selain mengapresiasi temuan-temuan peneliti juga memberikan masukan agar semakin komplit konten kajian.

“Tim ini luar biasa, ada sejumlah pakar atau ahli dari berbagai latar belakang, juga perguruan tinggi. Ada Unhas, ada Unismuh hingga Balik Diwa Makassar,” puji Yusran Jusuf.

Dia juga memberi masukan. Prof Yusran berharap ada data ‘before and after’ untuk sejumlah habitat atau spesies.

Dia juga meminta tim pengkaji agar ada penggambaran kondisi ekosistem seperti Sungai atau kali kecil di Kota Makassar.

“Perlu digambarkan pula kondisi sejumlah Sungai kecil atau kali di Kota Makassar karena ada indikasi tidak ditangani dengan baik atau bahkan ditutup sehingga bisa merusakan ekosistem yang ada,” kata Yusran yang juga anggota Dewan Lingkungan Hidup Kota Makassar ini.

Beberapa penanggap lainnya memberi penekanan pada perlunya kesungguhan untuk mengidentikasi sumberdaya yang ada dan ditindaklanjuti dengan pengelolaan.

Ada juga yang berharap agar perencanaan dan pengelolaan keanekaragaman hayati ini dikoordinasikan atau disinergikan dengan insitusi lain karena kerap tumpeng tindih pengelolaan.

“Meski sudah menjadi kewenangan provisni dan pusat untuk area laut 0 sampai 12 mil namun peran serta para pihak di Kota Makassar sangat dibutuhkan, tidak bisa menjadi penonton sehingga ini bisa tempuh dengan pengalokasian sumber daya, termasuk partisipasi aktif dalam pengelolaan,” kata Kamaruddin Azis.

“Di Pulau Lanyukang, sudah ada model pengelolaan yang difasilitasi oleh Yayasan Konservasi Laut. Ada pembatasan penangkapan gurita, ada sistem buka tutup kawasan. Ini berjalan baik dan harus mendapat dukungan juga,” kata Makmur, staf Pemerintah Kecamatan Sangkarrang terkait inisiatif pengelolaan ruang laut di wilayah Pulau Barrang Caddi Kota Makassar.

Menuju Rencana Induk

Terpisah Plt Kadis LH Kota Makassar Ferdi Mochtar, Ph.D mengapresiasi partisipasi sejumlah pihak, OPD dan Dewan Lingkungan Hidup Kota Makassar termasuk media, LSM dan pemerhati pesisir dan laut.

“Kami berterima kasih atas partisipasi, atas masukan sejumlah pihak terkait penyempurnaan hasil kerja tim pengkaji Profil Keanekaragaman Hayati Bagian 2 Perairan dan Pesisir ini,” kata Ferdi kepada Pelakita.ID.

“Tentu hasil FGD ini akan sangat berguna untuk pengayaan dan penyempurnaan Profil Kehati Kota Makassar dan akan kita bawa pada proses penyiapan Rencana Induk Pengelolaan Keanekaragaman Hayati Kota Makassar,” tambahnya.

“Sebagaimana arahan Wali Kota Makassar, Pak Mohammad Ramdhan Pomanto, kita harapkan semoga salah satu outputnya dapat kita reallisasikan dalam waktu dekat berupa adanya Taman Kehati di Kota Makassar,” ucap Ferdi.

“Apalagi ada sejumlah spot yang mempunyai potensi ekosistem, spesies unik yang dapat jadi obyek konservasi,” pungkas Ferdi.

 

Redaksi

 

Related posts