8 tips touring menurut biker dan owner Fanaticoffee, Chuba Amier

  • Whatsapp
Here we go! Chuba saat meninggalkan Rombeng menuju Eremerasa (dok: istimewa)

DPRD Makassar

PELAKITA.ID – Pengalaman menggelar touring sejauh 24 kilometer dari Hutan Pinus Rombeng Bantaeng hingga turunan Eremerasa oleh Klaners Gowes Community, 26 hingga 27 September 2020 lalu mengendapkan hikmah bagi pesertanya. Subhan ‘Chuba’ Amir, salah satunya.

Kepada Pelakita.ID, owner wahana menyesap kopi terbaik di Makassar, Fanaticoffee yang beralamat di Jalan Jampea nomor 5 sekaligus biker berpengalaman ini membagikan ‘hikmah’ delapan tipsnya setelah mengamati dan menjalani touring bersama KGC.

Read More

Pertama, perbanyak latihan

Saat komunitas gowes berencana untuk menggelar touring jarak jauh, maka saat itu bukanlah soal semangat, antusiasme, atau pamer sarana prasarana bersepeda yang perlu disegerakan.

“Latihan saja dulu, perbanyak latihan,” kata Chuba saat ditemui di Hutan Pinus Rombeng, 26 September 2020 bersama sanak keluarga dan koleganya di KGC.

“Sangat perlu untuk melatih ketahanan fisik. Bisa seperti mengayuh sepeda antara 20 hingga 30 kilometer setiap hari, atau menggunakan sepeda statis. Jika bersepeda outdoor, tambah jarak perlahan, kecepatan, dari hari ke hari, latih kayuhan kaki. Tapi jangan dipaksakan,” imbuh pria yang aktif sebagai bankir ini.

Kedua, jaga kebugaraan

Chuba yang sudah sering melakukan touring di wilayah Sulawesi Selatan ini mengaku bersepeda jarak jauh pasti akan menguras tenaga dan membutuhkan persiapan matang.

“Makanya perlu melatih fisik. Olah napas, kalau perlu jogging atau senam. Jaga dan periksa kemampuan sendi lutut, bahu, punggung, atau organ fisik yang akan bekerja keras saat touring,” tambahnya.

Chuba, kiri dan dua fans Fanaticoffee (dok: istimewa)

Menurutnya, sedapat mungkin lakukan medical check up sebelum dan sesudah bersepeda jarak jauh (touring).

Ketiga, cek kesiapan sepeda

Ini yang tak kalah penting dan kerap jadi fokus peserta touring. “Ingat ya, jangan paksakan touring dengan sepeda yang tak dikuasai,” tegasnya.

Menurutnya, fisik sepeda harus dicek dengan baik. “Cek-ki semua bagian kalau perlu ganti sparepart yang tak lagi layak pakai. Jika sudah dicek atau diperbaiki, tes di jalan. Ini penting supaya saat touring kita tidak kesulitan beradaptasi,” tambahnya.

Keempat, siapkan asesoris

Ada beberapa asesoris yang mesti disiapkan apalagi menyangkut keamanan berkendara saat hendak touring. “Yang mendasar seperti helm, ini wajib, lalu sarung tangan, bel sepeda, botol minum, lampu penanda, jas hujan (musim hujan) termasuk gadget untuk penentuan posisi atau GPS,” katanya.

“Sedapat mungkin bisa berkomunikasi jarak jauh selama perjalanan, seperti ada koneksi GSM atau bawa seluler. Biar aman, nyaman,” ucapnya lagi.

“Kalau di beberapa touring malah pakai radio handytalky terutama pada lokasi tanpa koneksi GSM,” imbuhnya.

“Ada asesoris lain seperti kacamata, juga perlu disiapkan. Masing-masing punya manfaat. Termasuk jersey sepeda yang pas seperti milik KGC ini,” kata Chuba yang juga merupakan anggota MTB Makassar dan inisiator Klaners Gowes Community ini, komunitas bersepeda yang anggotanya umumnya dari mahasiswa dan alumni Kelautan Unhas.

“Untuk jarak jauh kadang ada kendala di rantai sepeda, pastikan membawa rantai cadangan. Kita pun harus tahu bagaimana mengganti rantai. jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan selama touring. Termasuk ban dalam cadangan dan pompa manual,” imbuhnya.

Menu menggiurkan di Fanaticoffee. Yummy!
Chuba, ujung kanan dan koleganya di Fanaticoffee (dok: istimewa)

Kelima, kompak dan saling menjaga satu sama lain

“Ini yang amat penting selama touring. Harus ada Road Captain (RC). Biasanya yang paham medan, bisa menjadi pengayom selama touring dan memahami manajemen race. Biasanya yang cakap dalam mendistribuskan tugas dan mengawasi,” jelas alumni Kelautan Unhas angkatan 1997 ini.

Menurut Chuba, leader yang baik berkontribusi pada pengenalan anggota tim satu sama lain, pandai merawat pertemanan. “Dia pandai bersosialisasi dan hangat selama perjalanan. Anggota tour harus kompak, harus patuh,” lanjutnya.

Keenam, bagi tugas

Touring yang melibatkan banyak peserta tidak mudah pengendaliannya. “Karenanya perlu dibicarakan di awal. Road captain harus memastikan siapa di depan dan dibelakang rombongan (sweeper), kita harus pastikan pelaton touring tidak mengganggu pengguna jalan yang lain (share the road),” katanya.

Ketujuh, bawa obat

Pastikan ada obat-obat atau pertolongan pertama pada kecelakaan. “Ini protap, jelas sekali bahwa kita tidak bisa takabur atau terlalu yakin bahwa semua akan baik-baik saja tanpa ada persiapan. Obat atau penghilang nyeri selama touring sangat penting. Pastikan ada yang menyiapkan atau setidaknya kita tahu kalau butuh, kita bisa minta di mana,” sebutnya.

“Bisa juga balsem pengurang nyeri Geliga, atau counterpain seperti yang sering dibawa teman kita,” katanya tersenyum tanpa mau menyebut nama.

Para peserta toruing KGC di Bantaeng (dok: KGC)

Kedelapan, berdoa

Rambu-rambu jalan, jarak jauh, melibatkan banyak orang, di jalanan ramai atau sebaliknya, adalah atribut perjalanan. Sudah banyak pengalaman atau cerita bahwa sering terjadi insiden seperti konflik dengan pengendara lain, pingsan, ketinggalan dalam perjalanan, tersesat atau bahkan kecelakaan.

“Namanya juga usaha, namanya juga berkegiatan, di manapun berada, di manapun lokasi kegiatan, pastikan untuk berdoa. Jaga juga tatakrama selama touring. Doa membuat kita tenang, baik sebelum, saat dan setelah touring,” pungkas Chuba.

 

Related posts