Tim Unhas Produksi Sambal Tuna Awet Tanpa Pengawet Bersama UMKM Jasuda

  • Whatsapp
Tim Pengabdian dari Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP), Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), serta Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Hasanuddin (Unhas) melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat melalui Skema Program Pengembangan Usaha Produk Intelektual Kampus (PPUPIK) Unhas di Rumah Produksi Jasuda, Makassar, Senin, 6 Oktober 2025.

PELAKITA.ID – Tim Pengabdian dari Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP), Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), serta Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Unhas gelar pengabdian masyarakat melalui Skema Program Pengembangan Usaha Produk Intelektual Kampus (PPUPIK) Unhas di Rumah Produksi Jasuda, Makassar, Senin, 6 Oktober 2025.

Kegiatan ini bermitra dengan UMKM Jasuda, yang fokus mengembangkan usaha berbasis hasil perikanan seperti rumput laut dan ikan. Dalam kegiatan pengabdian ini, tim memproduksi sambal tuna awet tanpa bahan pengawet, setelah sebelumnya melakukan sosialisasi program kepada mitra.

“Pada saat pelaksanaan pengabdian, tim langsung tancap gas membuat dan memasarkan sambal tuna dalam skala besar di tempat produksi mitra yang memang sudah memiliki peralatan berkapasitas besar,” ujar Ketua Tim, Kasmiati, STP, MP, PhD.

Kasmiati menambahkan, lokasi rumah produksi Jasuda yang hanya berjarak sekitar 100 meter dari Kampus Unhas sangat mendukung kelancaran kegiatan.

Ia juga menjelaskan bahwa tim Unhas dan Jasuda telah lama menjalin kerja sama penelitian dan implementasinya di berbagai kelompok masyarakat pesisir, sehingga komunikasi dan koordinasi berjalan dengan baik.

Pengabdian ini melibatkan empat dosen dengan latar belakang keilmuan yang relevan, yaitu:

  • Kasmiati, STP, MP, PhD (ketua tim),

  • Dr. Syahrul, SPi, MSi,

  • Mufti Hatur Rahmi, STr.Pi, MSi (bidang Teknologi Hasil Perikanan), dan

  • Dr. Fahrina Mustafa, SE, MSi (bidang manajemen dan pemasaran).

Kasmiati menjelaskan, sambal tuna yang diproduksi merupakan hasil invensi tim pelaksana yang sebelumnya telah diuji di skala laboratorium dan terbukti tahan hingga empat bulan pada suhu ruang.

Produk ini hadir dalam dua varian rasa: merah dan hijau. Varian merah menggunakan campuran cabai merah besar, cabai keriting, dan cabai rawit, sedangkan varian hijau menggunakan cabai hijau besar dan cabai rawit hijau yang tidak kalah pedas.

UMKM Jasuda sendiri telah menghasilkan berbagai produk olahan hasil perikanan, namun belum pernah memproduksi sambal ikan tuna.

“Tim berharap setelah program ini, Jasuda dapat mengembangkan usaha sambal tuna karena produk inovasi ini tahan lama dan memiliki potensi pasar yang luas. Selain cocok dikonsumsi harian, sambal tuna juga bisa dijadikan buah tangan atau bekal perjalanan karena tidak membutuhkan penyimpanan bersuhu rendah,” jelas Kasmiati.

Selain dosen, kegiatan ini juga melibatkan lima mahasiswa Program Studi Teknologi Hasil Perikanan (THP) FIKP Unhas yang membantu dalam proses persiapan, produksi, dan pemasaran. Para mahasiswa mendapat rekognisi 4 SKS untuk mata kuliah non-tatap muka.

“Kegiatan ini menjadi ajang pembelajaran kewirausahaan bagi mahasiswa. Kami berharap di akhir program, mereka terinspirasi untuk membangun usaha berbasis hasil perikanan sebagai pilihan karier,” ujar Kasmiati, dosen asal Enrekang yang dikenal aktif membina UMKM pesisir.

Proses pembuatan sambal tuna dipandu langsung oleh Kasmiati selaku instruktur. Tahapan dimulai dari pemilihan bahan utama, yaitu tuna tetelan, yang merupakan produk sampingan industri tuna beku di Kawasan Industri Makassar (KIMA).

“Tuna tetelan adalah daging tuna segar berkualitas baik yang tidak memenuhi standar ekspor karena ukuran kecil dan tidak seragam. Harganya yang terjangkau menginspirasi kami untuk mengolahnya menjadi sambal, sekaligus mengoptimalkan pemanfaatan hasil perikanan dalam kerangka ekonomi sirkular,” tuturnya.

Seluruh tahapan pembuatan — mulai dari pembersihan ikan, persiapan bumbu, hingga proses produksi — telah disusun dalam modul panduan yang dibagikan kepada mitra Jasuda dan mahasiswa sebelum kegiatan dimulai.

Dalam proses produksi, tim menerapkan inovasi pengemasan modern. Sambal tuna dikemas menggunakan plastik tahan panas food grade dan disegel dengan vertical continuous sealer, lalu direbus dalam air mendidih selama satu jam.

Tahapan perebusan ini berfungsi untuk menonaktifkan bakteri yang mungkin mengontaminasi produk selama pengisian. Kombinasi formula sambal kering berbasis minyak, perlakuan suhu tinggi, dan kemasan tahan panas memungkinkan produk bertahan lama pada suhu ruang tanpa pengawet. Setelah didinginkan, produk dikemas ulang menggunakan standing pouch sekunder berbahan kombinasi kertas, plastik, dan aluminium foil dengan desain identitas produk yang menarik.

Bahan baku sambal tuna relatif mudah diperoleh di pasaran, meskipun harga bumbu seperti cabai kadang berfluktuasi.

“Dengan ketersediaan bahan yang cukup stabil, kami optimistis usaha sambal tuna awet tanpa pengawet ini dapat berkelanjutan jika kelompok masyarakat serius menekuninya,” tambah Kasmiati.

Produk sambal tuna hasil kegiatan ini telah dipasarkan secara konvensional dan daring, termasuk melalui sistem konsinyasi ke biro travel umrah serta dijajakan pada momen Car Free Day di Kampus Unhas.

Menutup kegiatan, Kasmiati menyampaikan apresiasi kepada LPPM Unhas atas dukungan pendanaan, kepada mitra UMKM Jasuda atas kerja samanya, serta kepada mahasiswa yang terlibat aktif dalam seluruh proses produksi hingga penjualan produk inovatif ini.