Jason Hickel, Degrowth, dan Alternatif bagi Indonesia

  • Whatsapp
Sumber: https://efeverde.com/
  • Hickel menyerukan pengurangan konsumsi sumber daya dan energi terutama di negara-negara kaya.
  • Perlunya perubahan orientasi produksi, dari akumulasi keuntungan ke pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
  • Dia mendorong dunia untuk membangun sistem ekonomi yang memprioritaskan kehidupan dan keberlanjutan, bukan akumulasi kapital tanpa batas.

PELAKITA.ID – Jason Hickel adalah seorang antropolog ekonomi dan penulis asal Inggris yang dikenal luas sebagai salah satu tokoh utama dalam gerakan post-growth atau degrowth.

Degrowth dikenal sebagai suatu pendekatan alternatif terhadap pembangunan ekonomi yang tidak lagi bergantung pada pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) sebagai ukuran keberhasilan.

Siapa Jason Hickel?

Hickel meraih gelar Ph.D. dalam antropologi dari University of Virginia dan saat ini mengajar di Autonomy College of Sustainability, ICTA-UAB (Spanyol), serta aktif sebagai peneliti di Royal Society of Arts.

Ia dikenal melalui dua karya pentingnya: The Divide: A Brief Guide to Global Inequality and Its Solutions (2017) dan Less is More: How Degrowth Will Save the World (2020).

Melalui tulisan-tulisan dan keterlibatannya dalam gerakan transnasional, Hickel menantang asumsi dasar ekonomi arus utama dan menawarkan paradigma baru yang lebih adil dan berkelanjutan secara ekologis.

Kontribusi dan Gagasan dalam Teori Post-Growth

Kritik terhadap Pertumbuhan Ekonomi Konvensional

Hickel menegaskan bahwa PDB sebagai indikator utama pembangunan tidak mencerminkan kesejahteraan sejati masyarakat.

Lebih jauh, ia menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi global dalam bentuk sekarang justru mendorong kerusakan ekologis, memperdalam ketimpangan sosial, dan mempercepat krisis iklim.  Pertumbuhan yang tak terkendali, menurutnya, bukan solusi — melainkan akar dari banyak masalah global saat ini.

Degrowth: Alternatif untuk Masa Depan

Konsep degrowth bukan berarti kemunduran ekonomi, melainkan transformasi mendalam dalam struktur dan tujuan ekonomi.

Hickel menyerukan pengurangan konsumsi sumber daya dan energi terutama di negara-negara kaya. Kedua, perubahan orientasi produksi dari akumulasi keuntungan ke pemenuhan kebutuhan dasar manusia.

Ketiga, ekonomi yang berlandaskan kesejahteraan, pemerataan, dan keberlanjutan. Hickel mendorong dunia untuk membangun sistem ekonomi yang memprioritaskan kehidupan dan keberlanjutan, bukan akumulasi kapital tanpa batas.

Reformulasi Hubungan Utara–Selatan

Salah satu aspek terpenting dari pemikiran Hickel adalah kritiknya terhadap sistem global yang ia anggap sebagai kelanjutan dari imperialisme ekonomi. Ia menyoroti ketimpangan dalam arus modal dan sumber daya antara negara maju dan negara berkembang,

Demikian pula sistem perdagangan dan utang yang menjerat negara-negara Selatan global (Global South) serta menyerukan untuk reparasi ekologis dan keadilan iklim melalui redistribusi kekayaan dan pengakuan atas eksploitasi kolonial.

Relevansi untuk Indonesia

Krisis Ekologis dan Model Ekonomi Berbasis Ekstraksi

Indonesia saat ini menghadapi berbagai persoalan ekologis: perusakan hutan, kebakaran lahan gambut, pencemaran laut, hingga tekanan terhadap komunitas adat.

Sebagian besar masalah ini berakar dari model pembangunan berbasis ekstraksi, yang berfokus pada eksploitasi sumber daya alam untuk ekspor, demi pertumbuhan PDB.

Dalam konteks ini, pemikiran Hickel sangat relevan untuk mengkritisi proyek-proyek besar seperti Ibu Kota Nusantara (IKN), ekspansi tambang nikel dan batu bara, serta ketergantungan pada investasi asing.

Hickel memberi kerangka teoretis yang kuat untuk mempertanyakan: Apakah pembangunan yang mengejar pertumbuhan kuantitatif ini benar-benar memberi manfaat bagi rakyat dan lingkungan?

Pembangunan Alternatif: Kesejahteraan, Bukan PDB

Jason Hickel mendorong adopsi indikator alternatif untuk mengukur kesejahteraan, seperti:

  • Indeks kebahagiaan,

  • Kesejahteraan ekologis,

  • Kedaulatan pangan dan energi,

  • Demokratisasi ekonomi lokal.

Bagi Indonesia, ini bisa menjadi dasar untuk menggeser paradigma pembangunan:

  • Dari proyek-proyek mercusuar dan ekspansi besar-besaran,

  • Menuju penguatan ekonomi komunitas, kemandirian desa, dan ketahanan ekologis.

Ekonomi Rakyat dan Desa

Degrowth juga sejalan dengan nilai-nilai lokal Indonesia seperti:

  • Koperasi, gotong royong, dan kearifan lokal,

  • Model ekonomi desa yang berbasis regenerasi sumber daya alam,

  • Pembangunan yang menghormati budaya dan ekosistem lokal.

Dalam kerangka ini, degrowth bukan ide asing — tetapi bisa dibaca ulang sebagai pembaruan dari cita-cita ekonomi Pancasila yang berakar di bumi Indonesia.

Kesimpulan: Mengapa Hickel Penting untuk Indonesia?

Pemikiran Jason Hickel menghadirkan kritik mendalam terhadap sistem global yang sering tidak adil bagi negara berkembang seperti Indonesia.

Dalam dunia yang dibayangi krisis iklim, ketimpangan sosial, dan tekanan utang, gagasannya menjadi sumber inspirasi untuk membangun alternatif pembangunan yang lebih adil, manusiawi, dan berkelanjutan.

Tema Kontribusi Hickel Implikasi untuk Indonesia
Krisis iklim & ketimpangan global Kritik terhadap eksploitasi negara Selatan Mengevaluasi peran Indonesia dalam rantai nilai global
Pembangunan alternatif Degrowth dan kesejahteraan kolektif Mendorong penguatan ekonomi lokal dan ekologis
Reformasi global Seruan untuk keadilan ekonomi dan ekologis Advokasi diplomasi lingkungan dan hak masyarakat adat
Dari berbagai sumber