Catatan Denun | Apa yang Membuat Kopizone Selalu Nampak Berbeda?

  • Whatsapp
Ilustrasi Pelakita.ID

PELAKITA.ID – Setelah melewati waktu berjam-jam, setengah hari, bahkan dari pagi hingga pukul 11 malam, baru kali ini penulis menikmati suasana dan daya pikat Hometown Kopizone hingga pukul 1 dinihari.

Ada dua kondisi, istri saya masih tertahan di Dupli Tanjung bareng anak sulungku – anak sulung belum mau pulang hingga saya pun harus menunggu lagi. Dan kedua karena memang penampilan pada musisi, vokalis atau performer sungguh ciamik, keren dan dahsyat yang buat betah!

”Sudah lama?” kata Yasidin.

”Sepulang dari Marumpa, saya sudah di sini,” balasku pada pukul 9 malam.

Yasidin, sosok yang dikenal sebagai penjaga teras Kopizone bertahun lalu, memnilih main game, dia membelakangi penampil di Kopzone malam itu. Vokalis cewek bersuara keren – bak artis top menghibur pengunjung Kopizone dengan luar biasa.

Suaranya jernih, dan nyambung dengan lagu-lagu seperti ’Lepaskanlah, bila berat…pelan-pelan saja, dan seterusnya.”

Lalu ada penyanyi – yang kata Kak Ocha sudah sering tampil dengan suara khas layaknya Bryan Adam. Lagu Heaven yang dilantunkannya penulis sempat rekam dan share di WAG Hometown Kopizone.

Tentu masih banyak lagu-lagu lainnya, sampai, sahabat saya Ode, tak kuasa menahan wajah emosi, tergugah, hanyut, saat lagu-lagu itu berloncatan satu-satu. Ode malam itu amat tampan dengan cukur barunya, ada perempuan di sisi kanan, entah siapa.

Penulis pulang sekitar pukul 1 dinihari dengan lagu khas midnight antara ’Mick Jagger style hingga Blues.”

Sebelumnya, salah satu performer kebanggaan di Kopizone, Bang Omend tampil luar biasa dengan lagu-lagu Mick Jagger atau sebangsa seperti The Beatles gitu. Apalagi saat menyanyikan lagu Ulang Tahun Jamrud.

Begitulah sahabat sekalian. Suasana malam Minggu di Hometwon Kopizone. Warkop ini tetap tampil berbeda, kopi, persahabatan, riang gembira dan juga solidaritasnya yang khas. “Bisa 24 jam di sini Kak Denun,” tambah Yasidin.

”Mereka anak Kopzione sejak lama, ada komunitasnya,” balasnya saat saya bilang empat baris meja itu akrab sekali, nampak ceria dan kompak. Saya mengomentari barisan Om Didis, Bang Yuyun, Kanda Dicky hingga Bro Awal Kaca hingga Om Ondha.

Kak Ocha kali ini tak menyanyi biasanya dia terdepan tapi kali ini hanya wedang jahe penemannya. ”Garre-garrekangi. Leher dan kerongokongannya sedang unyu-unyunya.”

Sosodara, inilah Kopizone, warkop, tempat ngumpul, kita bisa saja hanya menikmati segelas kopi 7:3, dipesan sedari pagi namun mendapat berkah dari para penyanyi top Makassar – bahkan selevel ibu kota dengan mudah, murah atau bahkan cuma-cuma tanpa cuan pengganti, mengapa mereka mau tampil sebaik itu hingga larut?

Itumi kapang disebut solidaritas, tali kasih sayang sebagai penikmat kopi dan tentu pemilik kesejatian persahabatan, pada suka dan pahit kopi. Halah!

Denun, Tamarunang, 6 Juli 2025