SYMARFISH 2025 Berlangsung Sukses, Serukan Aksi Ilmiah Menuju Laut yang Lebih Biru

  • Whatsapp
SYMARFISH 2025 Berlangsung Sukses, Serukan Aksi Ilmiah Menuju Laut yang Lebih Biru (dok: Humas FIKP)

Ilmu pengetahuan harus menjadi motor utama dalam merancang masa depan laut yang tangguh dan adil bagi semua. – Rektor Unhas, Prof Jamaluddin Jompa

PELAKITA.ID – Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin (FIKP Unhas) kembali menegaskan perannya sebagai pusat keilmuan maritim nasional melalui penyelenggaraan simposium bergengsi SYMARFISH 2025 (Symposium on Marine and Fisheries Science).

Tahun ini menjadi tonggak penting dengan digelarnya edisi ke-12 secara nasional dan ke-8 secara internasional, menandai konsistensi dan relevansi kegiatan ini di tengah tantangan pembangunan kelautan yang kian kompleks.

Mengusung tema “Blue Economy: Innovative Science-Driven Pathways to Achieve SDGs”, simposium yang berlangsung pada 15 Juni 2025 di Unhas Hotel and Convention, Makassar, menjadi ruang temu gagasan, hasil riset, dan kolaborasi antara akademisi, peneliti, praktisi, dan pembuat kebijakan dari berbagai penjuru dunia.

Fokus utamanya adalah mendorong solusi berbasis ilmu pengetahuan dalam mendukung transisi menuju ekonomi biru yang adil dan berkelanjutan.

Ragam topik yang dibahas sangat mencerminkan luasnya tantangan di sektor kelautan dan perikanan saat ini. Mulai dari isu keanekaragaman hayati dan konservasi, perubahan iklim dan oseanografi, bioteknologi kelautan, hingga polusi laut, ekowisata bahari, kebijakan publik, teknologi akuakultur, serta pemberdayaan masyarakat pesisir.

Simposium ini membentangkan spektrum diskusi yang menyatukan sains dan praktik dalam satu panggung kolaboratif.

Acara resmi dibuka oleh Rektor Unhas, Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc., yang menekankan urgensi sinergi multidisipliner dalam pembangunan ekonomi biru.

“Ilmu pengetahuan harus menjadi motor utama dalam merancang masa depan laut yang tangguh dan adil bagi semua,” ujar Prof. JJ dalam sambutannya.

Gagasan tersebut diamplifikasi oleh paparan Laksda TNI Dr. Abdul Rivai Ras selaku keynote speaker, yang menyampaikan pentingnya kekuatan maritim Indonesia di tengah dinamika geopolitik dan perubahan global.

Sesi internasional SYMARFISH 2025 menjadi daya tarik tersendiri. Para pembicara dari sejumlah negara hadir untuk berbagi hasil riset dan pengalaman. Prof. Reiji Matsuda dari Kyoto University mengulas bagaimana biota laut beradaptasi terhadap perubahan suhu laut.

SYMARFISH 2025 Berlangsung Sukses (dok: Humas FIKP)

Dr. Khor Waiho dari Universiti Malaysia Terengganu memaparkan riset genetika kepiting yang inovatif, sementara Prof. Zou Leilei dari Shanghai Ocean University menjelaskan perkembangan terbaru sektor perikanan laut lepas di Tiongkok.

Dari tuan rumah, Dr.rer.nat Elmi Nurhidayah memperkenalkan terobosan bioteknologi kelautan yang dikembangkan di Unhas. Seluruh sesi dipandu dengan hangat oleh Dr. Widyastuti Umar dari FIKP Unhas.

Tak kalah kuat, sesi nasional menghadirkan pemikir dan praktisi kunci yang terlibat langsung dalam pembangunan kelautan Indonesia. Ivonne M. Radjawane, Ph.D dari MTCRC Indonesia menyampaikan potensi karbon biru dan kontribusi riset pemetaan stok karbon laut, khususnya di bidang budidaya rumput laut.

Dr. Hendra Yusran dari Kementerian Kelautan dan Perikanan mengurai peta jalan ekonomi biru nasional yang tengah digodok pemerintah, sementara Prof. Andi Adri dari Unhas memberi penekanan pada pentingnya pendekatan sosioteknologis dalam pemberdayaan masyarakat pesisir yang kerap tersisih dari wacana pembangunan. Sesi nasional ini dimoderatori oleh Dr. Nursina Amir.

Ketua Panitia Dr. Jamaluddin Fitah Alam, Ph.D, menyatakan bahwa SYMARFISH tidak sekadar menjadi ajang akademik, melainkan juga ruang strategis untuk mendorong kolaborasi lintas sektor.

“Kami ingin menciptakan simposium yang tidak hanya memperkaya ilmu pengetahuan, tetapi juga berdampak langsung pada arah kebijakan, pemberdayaan masyarakat, dan inovasi riset di masa depan,” jelasnya.

SYMARFISH 2025 bukan hanya pertemuan ilmiah, tetapi juga simbol semangat kolektif membangun masa depan laut yang berkelanjutan — di mana inovasi, kolaborasi, dan keberpihakan pada ekosistem dan komunitas lokal berjalan beriringan.