Rahmat Hidayat Calon Ketua IKA Arsitektur Unhas, Arsitek yang Menyatukan, Pemimpin yang Merangkul

  • Whatsapp
Sosok Rahmat Hidayat (dok: Istimewa)

Ia datang bukan membawa janji, tapi rekam jejak. Ia tidak menawarkan retorika, tapi menghadirkan ruang aman untuk semua arsitek alumni, dari kampus hingga lapangan, dari studio hingga warkop.

PELAKITA.ID – Di tengah riuh dinamika organisasi kemahasiswaan Arsitektur UNHAS tahun 1997/1998, berdirilah sosok muda dengan senyum tenang dan hati yang lapanG. Dia Rahmat Hidayat, angkatan ’95, Ketua Himpunan Mahasiswa Arsitektur saat itu.

Ia bukan sekadar pemimpin, tapi pelipur suasana, peredam bara, dan pengikat perbedaan. Ketika pertengkaran memuncak antarmahasiswa, Rahmat hadir bukan dengan suara keras, tapi dengan kelembutan dan ketegasan yang membuat semua orang akhirnya duduk kembali dalam satu meja diskusi.

Senyumnya dikenal luas, tidak hanya di lingkaran rekan satu angkatan, tapi juga di generasi di bawahnya—sebuah senyum yang menyimpan ketulusan, empati, dan kesediaan untuk mendengar.

Ia adalah juru damai elegan, yang membuat yang marah jadi tenang, dan yang ragu jadi mantap.

Kini, dua dekade lebih berlalu. Rahmat tetap sama: bersahaja, zuhud, dan setia kawan.

Teman-temannya bukan sekadar jaringan profesional, melainkan sahabat dan saudara seperjalanan. Ia akrab dengan para arsitek muda yang membangun mimpi dari meja warung kopi—orang-orang yang tak asing memanggilnya “Kak Rahmat”, “Pak Ketua”, bahkan “Bang Mamat”.

Komitmennya terhadap nilai-nilai keteknikan UNHAS tak pernah luntur.

Ia percaya bahwa kekuatan organisasi alumni ada pada kaderisasi yang utuh, di mana setiap generasi diberi ruang, bimbingan, dan kepercayaan. Di pundaknya, ia memikul harapan akan masa depan IKA Arsitektur yang inklusif dan dinamis.

Rahmat adalah juru bicara ulung, tahu kapan harus bicara, dan lebih tahu kapan harus mendengarkan.

Dalam diskusi, ia lentur seperti air: mengalir, memberi tempat bagi semua suara. Namun, saat keputusan telah diambil bersama, ia berdiri teguh seperti batu karang—tidak plin-plan, tidak mudah goyah.

Kini ia maju sebagai calon Ketua IKA Arsitektur UNHAS bukan demi kekuasaan, tapi demi pengabdian.

Ia datang bukan membawa janji, tapi rekam jejak. Ia tidak menawarkan retorika, tapi menghadirkan ruang aman untuk semua arsitek alumni, dari kampus hingga lapangan, dari studio hingga warkop.

Rahmat Hidayat bukan sekadar calon. Ia adalah wajah keakraban, suara kebijaksanaan, dan tangan yang siap merangkul semua.

Redaksi