“Cinta yang sejati bersatu untuk tanah air Indonesia tercinta. Garuda Asta Cinta Nusantara mandiri, menuju Indonesia jaya.”
PELAKITA.ID – Kalimat pembuka di atas bukan sekadar jargon. Ia adalah getar denyut kebangkitan yang hidup dalam cahaya cita, dalam napas yang tertanam di tanah para pejuang, intelektual, tobarani, dan pelaut.
Demikian penyampaian Sugianto Wahid, Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Garuda Asta Cita Nusantara (GAN) yang memberikan sambutan pada Diskusi Publik dan Penandatanganan MoU antara GAN Sulsel dan 3 Pemda di Sulsel terkait pendampingan Koperasi Desa Merah Putih.
“Kami hadir bukan hanya sebagai organisasi, tetapi sebagai gerakan yang membangkitkan kembali semangat kebangsaan dalam wajah yang lebih modern dan berkeadilan,” seru pria yang akrab disapa Sugi ini.
Menurutnya, melalui delapan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto, organisasi ini berupaya memperkuat jati diri bangsa, membangun kedaulatan politik dan ekonomi, hingga memperjuangkan keadilan sosial dan budaya.
“Di tengah arus globalisasi yang sering kali menjauhkan masyarakat dari akar identitas, GAN percaya bahwa Sulawesi Selatan memiliki peran penting dalam membangkitkan generasi baru Indonesia,” kata Sugianto.
“Dialog ini adalah bagian dari gerakan kolektif yang menjadikan Asta Cita sebagai pedoman aksi nyata, bukan sekadar narasi,” ujarnya.
Ia kemudian memperkenalkan organisasinya sebagai bagian dari gerakan nasional yang tidak ingin berhenti pada tataran wacana, tetapi hadir nyata sebagai gerakan sosial dan budaya kebangsaan di tengah masyarakat.
“Garuda Asta Cita Nusantara Sulawesi Selatan, atau GAN Sulsel, adalah wadah perjuangan moral dan intelektual. Tujuannya adalah menjembatani semangat nasionalisme dengan kebutuhan zaman: membangun kesadaran politik, memperkuat budaya Nusantara, dan menanamkan keberanian untuk bersuara demi keadilan,” ujarnya.
Dikatakan, kepengurusan GAN Sulsel terdiri dari berbagai unsur masyarakat: tokoh-tokoh lokal, akademisi muda, aktivis lintas bidang, seniman, hingga pemuda-pemudi yang mencintai Indonesia tanpa pamrih.
“Mereka berkomitmen menyatukan langkah dan semangat dari seluruh pelosok Sulawesi Selatan untuk menjadi penggerak kebangkitan dan perajut keberagaman,” sebutnya.
“Hari ini, kita tidak sekadar mengenang masa lalu. Mari menyalakan kembali api itu—api yang dulu membakar semangat Bung Tomo. Kini, kita membawa api gagasan, solidaritas, dan tekad untuk mengubah wajah masa depan Indonesia, dari Timur,” lanjut Sugi.
Ia mengajak seluruh hadirin agar tidak membiarkan cita-cita bangsa hanya menjadi catatan sejarah.
“Mari kita hidupkan suara itu dan wujudkan lewat aksi, dialog, dan kolaborasi dari tanah Sulawesi Selatan. Kita pancangkan kembali bendera kebangkitan dan semangat kebangsaan, seperti ombak yang tak pernah tergulung mundur,” tegasnya
Di akhir pidato, Ketua GAN Sulsel menyerukan semangat untuk melanjutkan perjuangan para pendahulu. Bukan lagi dengan bambu runcing, tetapi dengan gagasan dan kolaborasi yang berpihak pada rakyat.
Menurutnya, Dialog Asta Cita adalah cermin semangat untuk terus belajar, mendengar, dan membenahi.
Ia pun menyampaikan harapan agar forum ini melahirkan gagasan strategis yang membumi. Tidak hanya dibahas dalam teks, tapi dihidupkan dalam tindakan.
“Berani berpikir. Berani berpikir besar. Tapi tetap berpihak kepada rakyat,” ucapnya, sebelum menutup dengan dua pantun yang mengundang senyum dan tepuk tangan hadirin:
Satu niat satu tujuan. Cakep!
Gotong royong jadi kekuatan — cakep!
Koperasi Merah Putih adalah pilihan — cakep!
Menuju bangsa tanpa ketimpangan — cakep!
Ubur-ubur, ikan lele, Cakep!
Barru Maros, Takalar keren Le’
Balo salo tasi, Baru Maros, Takalar, Okesi!
“Semoga acara ini membawa manfaat dan menjadi pijakan bagi lahirnya gerakan kebangkitan baru dari Sulawesi Selatan untuk Indonesia.”
Penulis Denun