Pidato Pengukuhan Guru Besar yang Tak Biasa
— Sebuah frasa puitis untuk menggambarkan rasa hormat, bangga, dan rendah hati bagi mereka yang kerap terlupakan —Oleh : Muliadi Saleh
PELAKITA.ID – Di negeri yang dibasuh hujan dan diberkahi matahari,
ada tangan-tangan kasar yang memeluk bumi dengan kasih.
Ada kaki-kaki yang melangkah pelan di pematang sunyi,
menanam benih harapan di ladang-ladang kehidupan,
menyirami masa depan dengan keringat keikhlasan.Merekalah para petani, para penyuluh, dan penjaga kearifan lokal.
Nama mereka tak tertulis di buku sejarah,
tak terucap dalam lembar-lembar penghargaan.
Namun jasa mereka menjulang setinggi langit,
menjadi fondasi senyap bagi kemajuan dan ketahanan pangan bangsa.Di tengah gemuruh tepuk tangan untuk para ilmuwan dan akademisi,
seringkali suara mereka tenggelam.
Namun hari ini,
ada satu suara yang berbeda—suara yang takzim dan penuh syukur.Suara seorang Guru Besar,
yang tidak lupa menundukkan hati pada akar tempat ilmunya tumbuh.
Dialah Prof. Dr. Ir. H. Andi Ida Rosada, M.Si.,
yang dalam pidato pengukuhannya,
bukan hanya menarasikan pencapaian pribadi,
tapi juga membentangkan sajadah syukur
untuk para pejuang tanah dan penjaga kearifan.Sebuah pidato yang indah dan bersahaja,
bukan sekadar ditulis dengan tinta,
melainkan ditulis dengan hati.Mari kita simak petikan penutupnya,
yang membuat satu ruangan hening,
dan menggetarkan hati siapa saja yang mendengarnya:Penggalan Pidato Pengukuhan: Ode Bagi yang Kerap Terlupakan
“Izinkan saya menyampaikan penghormatan dan ucapan terima kasih teristimewa kepada mereka yang sering terlewatkan dalam barisan pujian,
namun sejatinya menjadi fondasi seluruh perjalanan keilmuan ini:
para petani, para penyuluh, dan para penjaga nilai-nilai kearifan lokal.Kepada merekalah, saya menundukkan hati dan mengangkat tangan penuh syukur.
Karena sesungguhnya:
– Tak akan ada ilmu tanpa mereka yang menanamkan kehidupan di tanah-tanah kami.
– Tak akan ada pengorbanan tanpa aktivitas sunyi mereka di pagi-pagi buta dan senja yang penuh debu.
– Tak akan pernah ada wajah pertanian Indonesia tanpa keringat mereka yang jujur dan tangan mereka yang penuh kasih pada bumi.Mereka adalah wajah asli dari ketahanan, keberlanjutan, dan kebijaksanaan.
Ilmu bukanlah milik saya semata,
tapi titipan dari mereka yang telah menghidupi nilai-nilai
yang saya pelajari dan narasikan hari ini.Mereka adalah guru-guru kehidupan,
yang mungkin tak menulis di jurnal ilmiah,
namun menggoreskan hikmah di ladang-ladang yang luas,
di sawah yang lengang,
di lumbung-lumbung yang sepi.Untuk mereka,
saya persembahkan penghormatan tertinggi,
dan semoga Allah membalas setiap tetes lelah mereka
dengan pahala yang tak pernah terputus.Akhirnya, kepada seluruh hadirin yang telah berkenan mengikuti pidato pengukuhan saya,
saya ucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya.Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.
Dan bila dalam penyampaian pidato ini terdapat kekurangan atau kesalahan,
saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.Kesempurnaan hanya milik Allah SWT.
Wallāhu Waliyyut Taufīq wal-Hidāyah.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Catatan:
Muliadi Saleh adalah: Penulis, Pemikir, Penggerak Literasi dan Kebudayaan
“Menulis Untuk Menginspirasi, Mencerahkan, dan Menggerakkan Peradaban”