PELAKITA.ID – Nama Dr. Ian Douglas Wilson mungkin belum akrab di telinga banyak orang Indonesia di luar lingkaran akademik, namun kontribusinya dalam memahami dinamika sosial dan politik Indonesia menjadikannya salah satu pengamat asing paling tajam atas negeri ini.
Ia yang berasal dari Australia dan kini menjabat sebagai Senior Lecturer di Murdoch University, Wilson telah menghabiskan lebih dari dua dekade meneliti denyut kekuasaan, kekerasan, dan ketimpangan yang membentuk masyarakat Asia Tenggara, terutama Indonesia.
Di Murdoch University, Australia, Dr. Wilson memegang sejumlah peran strategis. Ia adalah Academic Chair untuk program Global Security, Co-Director Indo-Pacific Research Centre, serta Research Fellow di Asia Research Centre—pusat studi yang telah lama dikenal sebagai simpul penting dalam kajian Asia di Australia.
Melalui peran-peran ini, ia tidak hanya mendidik mahasiswa internasional, tetapi juga menjadi figur penting dalam membentuk arah riset dan diskusi global mengenai Asia Tenggara.
Premanisme, Kekuasaan, dan Politik Jalanan
Salah satu kontribusi intelektual paling menonjol dari Dr. Wilson adalah kajiannya terhadap premanisme di Indonesia pasca-Orde Baru.
Dalam penelitiannya, ia membongkar bagaimana kelompok-kelompok informal dan kekuatan jalanan kerap memainkan peran dalam pembentukan kekuasaan lokal, bahkan seringkali mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh negara.
Melalui pendekatan multidisipliner, Wilson juga mengkaji politik kemiskinan sebagai relasi kekuasaan yang kompleks, di mana akses terhadap kebutuhan dasar seringkali ditentukan oleh kedekatan dengan elite politik atau aparat informal.
Silat, Jawa Barat, dan Politik dari Dalam Tubuh
Ketertarikan Wilson terhadap Indonesia bukan sekadar akademis. Sebelum kembali ke dunia kampus, ia sempat tinggal dan berkeliling Indonesia, mendalami kehidupan masyarakat secara langsung.
Ia bahkan mengajar dan mengikuti kompetisi Pencak Silat, serta menjadi wakil Australia dalam Kejuaraan Dunia Pencak Silat tahun 2001.
Pengalaman inilah yang kemudian menginspirasi disertasinya yang berjudul “The Politics of Inner Power: The Practice of Pencak Silat in West Java”, sebuah karya yang menggambarkan bagaimana kekuasaan dapat dijelaskan bukan hanya melalui wacana politik, tapi juga melalui disiplin tubuh dan spiritualitas.
Dia menyampaikan itu saat bersua Pelakita.ID, pada saat diskusi buku Ian di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Unhas, 28 Mei 2025.
Pada tahun 2015, Dr. Wilson menerbitkan buku penting berjudul “The Politics of Protection Rackets in Post-New Order Indonesia” melalui Routledge.
Buku ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan menjadi bacaan wajib bagi siapa pun yang ingin memahami bagaimana jaringan kekuasaan informal berkembang dalam lanskap politik pasca-Soeharto. Selain buku, ia aktif menulis esai dan analisis di platform seperti New Mandala dan FULCRUM, dua situs yang kerap mengangkat isu-isu strategis kawasan Asia Tenggara.
Dari Kelas ke Konferensi, Suara yang Didengar Serius
Dr. Wilson tidak hanya produktif di ruang kelas atau jurnal ilmiah. Ia juga aktif berbicara dalam berbagai forum publik dan konferensi internasional, seperti Indonesia Update di Australian National University.
Salah satu artikelnya tentang ketimpangan di Jakarta bahkan menjadi bahan diskusi hangat saat pemilihan gubernur DKI Jakarta, menunjukkan bahwa buah pikirnya mampu melampaui dunia akademik dan menggugah wacana publik.
Dengan pendekatan yang menggabungkan pengetahuan mendalam, pengalaman lapangan, dan refleksi kritis, Dr. Ian Douglas Wilson menunjukkan bahwa studi tentang Indonesia tidak cukup hanya dilakukan dari balik meja.
Ia hidup bersama masyarakatnya, berlatih silat, meneliti di lorong-lorong kekuasaan informal, dan mengurai benang kusut antara negara, masyarakat, dan kekuasaan.
Tak heran jika namanya kini dikenal sebagai salah satu akademisi Australia paling berpengaruh dalam studi politik dan masyarakat Indonesia.
Politik Jatah Preman
Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Hasanuddin menggelar kuliah tamu dengan menghadirkan peneliti dan penulis buku “Politik Jatah Preman”, Ian Douglas Wilson. Diskusi berlangsung pada Rabu (28/5/2025), mulai pukul 14.00 WIB.
Kegiatan ini merupakan kerja sama antara Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin dengan penerbit Marjin Kiri.
Diskusi ini juga dalam rangka perayaan 20 tahun Marjin Kiri dalam karyanya menerbitkan buku bacaan kritis di bidang sosial, ekonomi, politik, sastra dan sejarah.
Ia mendalami kajian politik dan masyarakat Indonesia kontemporer lebih dari dua dekade, khususnya ekonomi-politik ormas dan Gerakan sosial urban, kekerasan politik dan dampak ketimpangan dan kemiskinan di perkotaan. Hasil penelitian dan kajiannya telah diterbitkan pada berbagai jurnal ilmiah.
Wilson juga menulis buku Politik Jatah Preman (Marjin Kiri, 2018) dan Politik Tenaga Dalam (Pustaka Obor, 2020).
Dalam kesempatan diskusi di Unhas, Wilson membedah isi bukunya yang membahas hubungan antara organisasi massa (ormas), premanisme, dan kekuasaan politik di Indonesia, terutama pasca reformasi.
Menurut Wilson, preman dan ormas tidak sekadar pelaku kriminal, tapi bagian dari sistem politik informal. Mereka menjalin relasi saling menguntungkan dengan politisi, aparat keamanan, dan pengusaha.