PELAKITA.ID – Sebuah pertemuan sederhana namun penuh makna digelar di kediaman Yudha Andi Yunus, untuk mengenang jejak perjuangan seorang tokoh yang telah memberikan warna kuat dalam gerakan masyarakat sipil dan advokasi hukum di Sulawesi Selatan bahkan di Indonesia: Mappinawang.
Pertemuan ini diselenggarakan oleh mereka yang menamakan dirinya Komunitas NGO Sulsel sebagai bentuk penghormatan atas warisan pemikiran dan perjuangan Mappinawang semasa hidupnya.

Hadir dalam suasana yang akrab dan penuh penghargaan, para sahabat dan kolega berkumpul untuk berbagi kisah, kenangan, dan refleksi.
Salah satu peserta pertemuan, Wahyuddin Kessa, menyampaikan bahwa tujuan kegiatan ini adalah sebagai ajang refleksi gerakan masyarakat sipil di Sulsel.
“Saya mengapresiasi kegiatan yang dilaksanakan oleh Komunitas NGO Sulsel ini,” ujarnya singkat namun penuh makna.
Mappinawang dikenal sebagai aktivis tangguh yang telah lama berkecimpung dalam kerja-kerja advokasi hukum dan sosial.

Kiprahnya bersama LBH Makassar dan kemudian YLBHI menjadikannya sebagai sosok penting dalam sejarah pembelaan terhadap kaum tertindas dan perjuangan hak asasi manusia di Indonesia timur.
Ia wafat beberapa waktu lalu di Malino, namun semangat dan nilai-nilai yang ia perjuangkan tetap hidup di hati para sahabatnya.
Salah satu momen menyentuh dalam pertemuan ini adalah ketika Abdul Rasyid Idris, sahabat sekaligus rekan perjuangan Mappinawang, membacakan puisinya yang berjudul “Mengeja Jejak Mappinawang”.

Sebuah karya yang menggambarkan keindahan akhlak, keteguhan sikap, dan pesona pribadi seorang Mappinawang dalam perjalanan panjang gerakannya.
Petikan Puisi: Mengeja Jejak Mappinawang
Oleh: Abdul Rasyid Idris
Aku masih asik mengeja jejakmu
di larik-larik buku goresan sahabatmu
Terpesona seperti gadis menatap bulan
Senyummu dan ke indahan akhlakmu
menari-nari di pucuk kembang setamanSetiap yang mengenalmu membawa suka di hatinya
Karena hatimu bak bintang-bintang menentramkan
Senyummu sekulum indah membahagiakan
kucoba menelisik di raut wajah sahabatmu
semua sumringah menutur selukis indah di wajahmuAsal tahu saja sahabat, Dia tidak saja lembut dan bersenyum indah
Tapi, juga tegas seperti para satria kala membela keadilan dan kaum lemah
Paripurna sulapa eppa seperti pesan para gurutta di menara suci
Engkau menginspirasi banyak orang di zamanmu dan masa datang
Sahabat, jejak indahmu akan kami kenang dalam doa panjang seiring nafas.
Puisi tersebut menjadi penutup yang syahdu dari sesi peluncuran dan bedah buku bertajuk “Mengenang Jejak Mappinawang: Santri Pejuang HAM dan Demokrasi”.
Buku ini sendiri memuat kumpulan catatan, tulisan, dan kesaksian tentang sosok Mappinawang dari berbagai kalangan—aktivis, akademisi, hingga para pejuang hak sipil yang tumbuh bersamanya dalam medan perjuangan.
Pertemuan ini bukan hanya menjadi ajang mengenang seorang tokoh, melainkan juga momen penting untuk merawat semangat perjuangan yang ia tinggalkan.
Refleksi yang muncul dari pertemuan ini menjadi semacam kompas moral bagi gerakan masyarakat sipil Sulawesi Selatan ke depan: bahwa keberanian, kelembutan, dan ketegasan dapat berjalan beriring dalam memperjuangkan keadilan dan kemanusiaan.
Penulis Denun