Kebebasan dan Tanggung Jawab Versi Immanuel Kant: Refleksi Partisipasi Warga dan Alumni

  • Whatsapp
Ilustrasi Immanuel Kant dan IKA Philosophia di Jeramn (dok: Wikipedia)

PELAKITA.ID – Perbincangan penulis dengan dua kanda alumni Smansa Makassar, Abd Rachman ‘Iccu’ Rizal Andi Sapada dan Didies Abu Baeda di Hometown Kopizone 1 Maret 2025, menyisakan dua diksi penting dan perlu direnungkan.

Keduanya adalah: kebebasan memilih pemimpinnya dan tanggung jawab memperbaiki keadaaan.

Ada dua konteks yang menjadi latar mengapa sampai ke sana, pertama rencana peristiwa pemilihan Ketua IKA Fakultas Hukum Unhas dan tanggung jawab sosial penulis sebagai warga Gowa atau realitas, isu atau tantangan perbaikan masa depan Gowa.

Seserius itu? Iya, bagaimanapun ada sejumlah kolega penulis yang aktif di IKA FH Unhas dan saat ini mereka sedang antusias menyiapkan Musyawarah Luar Biasa pada bulan April ini.

Kedua, sebagai warga Gowa, saya juga mengutarakan pembacaan atas situasi sosial politik di Gowa di bawah kepemimpinan Husniah Talenrang di tengah ekspektasi pembangunan Gowa yang mestinya lebih baik dari tahun ke tahun.

Jadi, kutipan Immanuel Kanda, “Kebebasan dan tanggung jawab,” sangat penting untuk diutarakan untuk menunjukkan apa yang mesti dikontribusikan oleh warga, oleh alumni untuk organisasi, lingkungan dan insitusi sosial mereka.

Apakah sebagai warga kita diam saja saat melihat ketidakberesan ekosistem sosial atau ikut memberikan solusi?

Apakah organisasi alumni hanya sekadar mencari pemimpin, lalu diam dan kembali seperti biasa, tanpa ada kejadian berarti atau ikut mewarnai program kerjanya secara sinambung?

Pada perbincangan dengan Puang Iccu itu sempat mengemuka anggapan betapa kuatnya alumni FH Unhas saat ini, ada yang jadi Jaksa, Wali Kota, anggota DPR RI hingga pejabat di Dekanat dan Rektorat Unhas.

Tentang nama-namanya, tidak perlu dibahas di sini tapi poin yang lebih penting adalah bagaimana kebebasan memilih pemimpin itu disertai tanggungjawab untuk membesarkan organsiasi yang disiapkan, seperti IKA, IKA FH Unhas.

Kebebasan dan Tanggung Jawab

Ada sejumlah pengalaman penulis yang terpanggil untuk menjadi bagian dalam membangunan organisasi alumni seperti ISLA Unhas, IKA Smansa Makassar, hingga IKA Unhas yang menyisakan sejumlah harapan dan cita-cita mulia, termasuk pembelajaran operasional.

Memang, ada suka dan duka, ada bahagia, ada rasa sedih jika membandingkan antara ekspektasi dan realitas.

Ada yang buat tersenyum namun tidak sedikit pula yang membuat cemas. Qua vadis organsiasi IKA kita?

Mengapa kuot Emmanuel Kant yang mengemuka sebab dia mencerminkan hubungan filosofis yang mendalam antara dua dimensi utama dalam kehidupan manusia: otonomi dan akuntabilitas.

Alumni berhak berpendapat, berpartisipasi dalam Mubes, atau MLB, memilih pemimpin dan menyusun cita-citanya termasuk organisasi IKA atau dimensi sosial politik mereka dengan ikut menjadi bagian solutif di dalamnya.

Immanuel Kant adalah seorang filsuf Jerman dan salah satu pemikir utama Zaman Pencerahan. Lahir di Königsberg, Kant dikenal melalui karya-karyanya yang komprehensif dan sistematis dalam bidang epistemologi, metafisika, dan lainnya. Dia lahir 22 April 1724, Königsberg dan meninggal tahun 1804 di Königsberg

Jadi, menurut Kant, kebebasan tanpa tanggung jawab dapat berujung pada kekacauan, sementara tanggung jawab tanpa kebebasan bisa menjadi penindasan.

Keseimbangan antara keduanya adalah kunci untuk menciptakan kehidupan yang bermakna dan harmonis. Jadi mestinya, kekebabasan kita untuk menyiapkan organisasi sosial dan kealumnian perlut diapresiasi.

Hanya saja, mestinya tidak berhenti di situ, kita harus mengisi dan berkonrtibusi di dalamnya.

Kant menegaskan, dari sudut pandang etika, kebebasan untuk berserikat, berorganisasi seperti IKA menuntut adanya tanggung jawab moral.

“Seseorang tidak dapat bertindak sesuka hati tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap orang lain.”

Begitu pandangan Kant sebab dalam menentukan organisasi dan peimpinannya, ada ‘korban’ pada yang tidak terpilih sebagai leaders atau masuk dalam organisasi. Padahal, bisa jadi mereka ingin atau punya agenda yang layak diutarakan dan dikontribusikan.

Ada kuotnya yang juga amat relevan. “All our knowledge begins with the senses, proceeds then to the understanding, and ends with reason. There is nothing higher than reason.” Kant menjelaskan bagaimana manusia memahami perkembangan.

Mestinya, etika sebagai alumni atau sebagai warga (dalam konteks sebagai warga Gowa) mengajarkan bahwa setiap hak yang kita miliki harus diiringi dengan kesadaran akan kewajiban terhadap sesama, dan itu menjadi alasan mengapa kita masuk di pusaran atau di arena itu.

Dengan bersikap, dengan moral dan memahami konsekuensi dari setiap pilihan, kita memastikan bahwa kebebasan tidak disalahgunakan tapi dikontribusikan dengan baik.

Dalam konteks politik, kebebasan selalu datang dengan tanggung jawab sosial. Dalam masyarakat demokratis, hak-hak individu diimbangi dengan kewajiban terhadap negara dan sesama warga.

Misalnya, kebebasan berbicara sebagai warga Tamarunang yang melihat jalan raya Poros Malino yang tak kunjung membaik dari tahun ke tahun. Mengapa kita begitu sabar untuk tidak bersuara dan mengambil inisiatif untuk advokasi soal jalan poros yang problematik dari tahun ke tahun itu? Atau anggota IKA di manapun levelnya, untuk bisa kontributif pada realitas dan tantangan yang mereka hadapi, atau harapkan di masa depan.

Hukum dan kontrak sosial ada untuk memastikan bahwa kebebasan digunakan dengan bertanggung jawab, sehingga menciptakan ketertiban dan kesejahteraan bersama.

Sehingga, seperti kata Emmanuel Kant, bisakah kita mencari tahu konteks dan tantangan mengapa Jalan Poros Malino tak kunjung membaik kondisinya?

Siapa yang harus bertanggung jawab dan kita bisa ajak turun tangan? Inilah bentuk tanggung jawab itu, inilah konsekuensi dari kebebasan memilih pemimpin dan menagihnya jika perlu.

Demikian pula IKA, apa yang keliru dan belum kita tunjukkan sebagai alumni untuk bisa menjadikannya sebagai muara pengabdian alumni? Sebagai wahana untuk memperbaiki nasib bangsa, atau minimal memperbaiki nasib luaran kampus?

Kant menyebut, secara sosial, kebebasan (berorgansiasi) hanya dapat berjalan dengan baik jika setiap individu bertanggung jawab terhadap komunitasnya (termasuk IKA tentu saja).

Masyarakat alumni yang sehat adalah masyarakat di mana setiap anggotanya saling menghormati hak orang lain, berkontribusi terhadap kebaikan bersama, dan menjaga keharmonisan sosial.

Dikatakan Kant, jika kebebasan digunakan tanpa mempertimbangkan orang lain, maka tatanan sosial akan terganggu dan menimbulkan ketidakstabilan.

Dari perspektif psikologis, kebebasan yang tidak diiringi dengan disiplin diri dapat berujung pada kehancuran pribadi. Seseorang yang bebas bertindak sesuka hati tanpa kendali atas dirinya sendiri bisa jatuh dalam perilaku destruktif saat diberi mandat sosial atau tanggung jawab

Oleh karena itu, tanggung jawab terhadap diri sendiri—seperti pengendalian diri dan perencanaan hidup—membantu seseorang menggunakan kebebasannya secara konstruktif untuk mencapai tujuan yang lebih besar. Di sinilah gunanya interaksi antarwarga, antaralumin, antarkader.

Dalam dimensi eksistensial, kebebasan adalah inti dari keberadaan manusia organisastoris. Namun, kebebasan ini membawa konsekuensi yang tidak ringan, yaitu keharusan untuk bertanggung jawab atas setiap keputusan yang diambil.

Seperti yang dikatakan Jean-Paul Sartre, manusia “dikutuk untuk bebas,” yang berarti bahwa setiap individu harus menghadapi konsekuensi dari pilihannya sendiri, tanpa bisa menyalahkan orang lain atau keadaan. So. where are you?

Pada akhirnya, kebebasan dan tanggung jawab adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan.

Kebebasan sejati bukanlah sekadar melakukan apa pun yang diinginkan, melainkan tentang membuat pilihan yang sadar, etis, dan bertanggung jawab.

Contohnya pada dua aras yang penulis singgung di depan. Tanggung jawab sebagai warga Tamarunang Gowa yang melihat realitas di sekitarnya, dan kedua sebagai bagian dari organisasi alumni dalam pengertian luas.

Dengan memahami keseimbangan antara kebebasan dan tanggung jawab melalui organsiasi sosial kemasyarakatan kita, atau ambil contoh organisasi IKA, maka kita dapat menjalani kehidupan yang lebih bermakna dan bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain, bagi bangsa dan negara yang saat ini sedang digandoli sejumlah persoalan akut.

Tamarunang, 2 Maret 2025