Ada yang menarik dan menginspirasi dari kuliah perdana Ilmu Oseanografi pada Univeritas Hang Tuah yang dipaparkan oleh Dr Ahmad Najib, M.Si pada Rabu 5 Maret 2025.
Berikut substansi paparan sosok yang baru saja dimandat sebagai tenaga pengajar pada Fakultas Teknik dan Ilmu KelautanUnievrsitas Hang Tuah Surabaya tersebut.
PELAKITA.ID – Lautan merupakan elemen penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem global. Namun, perubahan iklim telah menyebabkan pemanasan laut, naiknya permukaan air laut, dan peningkatan keasaman air yang berdampak signifikan terhadap sumber daya laut.
Menurut Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), suhu rata-rata permukaan laut meningkat sekitar 0,13°C per dekade sejak tahun 1971.
Hal ini mengancam keberlanjutan ekosistem laut dan sektor perikanan global.
Oseanografi sebagai ilmu yang mempelajari laut memiliki peran besar dalam mencari solusi atas tantangan ini. Pemanfaatan teknologi satelit, pemodelan sirkulasi laut, dan penelitian biogeokimia laut menjadi kunci dalam memahami dinamika perubahan dan menemukan strategi adaptasi.
Keberlanjutan sumber daya laut dapat dijaga dengan penerapan kebijakan konservasi, seperti pembentukan kawasan perlindungan laut (Marine Protected Areas) serta pengelolaan perikanan berbasis ekosistem.
Mengarungi Samudra Ilmu: Memahami Dasar-Dasar Oseanografi dan Perannya dalam Menjaga Keseimbangan Bumi
Oseanografi adalah cabang ilmu yang mencakup studi tentang fisika, kimia, biologi, dan geologi laut.
Pemahaman terhadap proses oseanografi sangat penting dalam menjaga keseimbangan bumi, mengingat laut menutupi lebih dari 70% permukaan planet dan berperan sebagai penyerap karbon terbesar di dunia.
Salah satu peran penting oseanografi adalah dalam mitigasi perubahan iklim. Laut menyerap sekitar 30% karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan manusia, sehingga memahami sirkulasi massa air dan proses biogeokimia sangat krusial dalam mengelola emisi gas rumah kaca.
Selain itu, penelitian tentang dinamika arus laut membantu dalam memprediksi cuaca ekstrem dan pola iklim global, seperti El Niño dan La Niña yang mempengaruhi pola curah hujan di berbagai belahan dunia.
Sirkulasi Massa Air Selatan Jawa
Sirkulasi massa air di perairan selatan Jawa dipengaruhi oleh arus lintas Indonesia (Indonesian Throughflow/ITF), yang menghubungkan Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. ITF memainkan peran utama dalam distribusi panas global dan mempengaruhi pola iklim di Indonesia serta sekitarnya.
Pada musim timur (Juni-September), terjadi upwelling yang membawa air kaya nutrisi ke permukaan, meningkatkan produktivitas perikanan di perairan selatan Jawa.
Namun, fenomena ini juga berkontribusi terhadap perubahan suhu air laut yang dapat berdampak pada ekosistem terumbu karang dan keberlanjutan perikanan lokal.
Studi terbaru menunjukkan bahwa pemanasan global telah mengubah pola sirkulasi ini, berpotensi mengurangi intensitas upwelling dan mempengaruhi produksi ikan di wilayah tersebut.
Sirkulasi Massa Air Utara Jawa
Berbeda dengan perairan selatan, sirkulasi massa air di utara Jawa lebih banyak dipengaruhi oleh arus muson. Pada musim barat (Desember-Maret), arus bergerak ke timur, sementara pada musim timur (Juni-September), arus berbalik ke barat.
Perairan utara Jawa juga dipengaruhi oleh aliran dari sungai-sungai besar seperti Citarum dan Bengawan Solo, yang membawa sedimen dan polutan ke laut.
Akibatnya, kualitas air di perairan ini sering mengalami eutrofikasi, yang dapat menyebabkan ledakan populasi fitoplankton dan berkurangnya oksigen di perairan dangkal.
Penelitian terbaru mengindikasikan bahwa peningkatan aktivitas manusia di pesisir utara Jawa, seperti reklamasi dan industri, telah mempercepat degradasi ekosistem laut.
Oleh karena itu, pemantauan dan pengelolaan lingkungan laut menjadi sangat penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem di wilayah ini.
Sirkulasi Massa Air Indonesia dan Dampaknya Terhadap Cuaca Ekstrem
Indonesia berada di jalur utama sirkulasi massa air dunia melalui sistem arus lintas Indonesia (ITF). ITF berperan dalam mengalirkan air hangat dari Pasifik ke Hindia, mempengaruhi pola iklim regional dan global.
Variasi dalam ITF dapat berkontribusi terhadap kejadian cuaca ekstrem, seperti badai tropis dan perubahan curah hujan.
Dalam beberapa dekade terakhir, perubahan suhu laut akibat pemanasan global telah menyebabkan peningkatan intensitas badai dan curah hujan ekstrem di berbagai wilayah Indonesia.
Fenomena ini mempengaruhi sektor pertanian, perikanan, serta menyebabkan bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor.
Pemahaman lebih dalam terhadap dinamika sirkulasi massa air Indonesia dapat membantu dalam perencanaan mitigasi bencana dan kebijakan adaptasi perubahan iklim.
Pengembangan sistem peringatan dini berbasis data oseanografi sangat penting dalam mengurangi dampak negatif dari cuaca ekstrem di masa depan.
Editor K. Azis