PELAKITA.ID – Di alam yang tak tersentuh oleh batas ruang dan waktu, saat surga masih murni tanpa noda, Iblis berdiri di hadapan Tuhan dengan hati dipenuhi amarah dan kedengkian. Ia merasa keberadaannya terancam oleh makhluk baru yang diciptakan Tuhan—Adam.
“Wahai Tuhanku, mengapa Engkau memberi Adam tempat di surga? Aku tak rela! Aku lebih mulia darinya. Aku diciptakan dari api, sedangkan dia hanya dari tanah. Aku mohon, keluarkan dia dari surga!”
Tuhan, dengan kebijaksanaan-Nya yang tak terbatas, menjawab dengan ketenangan yang mengguncangkan.
“Permintaanmu akan Aku kabulkan, tapi bukan dengan cara yang kau inginkan. Aku akan menetapkan ujian bagi Adam. Jika dia melanggarnya, dia akan keluar dari surga atas kehendaknya sendiri.”
Iblis menyeringai, merasa puas dengan apa yang ia dengar. “Oke, deal!” Namun, ia belum selesai. Masih ada rencana yang tersimpan dalam hatinya.
“Permintaanku yang kedua, izinkan aku menggoda anak-cucu Adam sampai akhir zaman. Biarkan aku membuktikan bahwa mereka tidak akan setia kepada-Mu.”
Tuhan, Yang Maha Adil, memberikan izin dengan sebuah peringatan. “Aku izinkan. Namun ketahuilah, hamba-hamba-Ku yang beriman dan ikhlas tak akan pernah bisa kau sesatkan. Engkau hanya bisa menyesatkan mereka yang mengikuti hawa nafsunya sendiri.”
Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
“Sesungguhnya hamba-hamba-Ku, kamu (Iblis) tidak dapat berkuasa atas mereka, kecuali orang-orang yang mengikuti kamu, yaitu orang-orang yang sesat.” (QS. Al-Hijr: 42)
Iblis kembali tersenyum penuh tipu daya. “Oke, deal!” Namun, masih ada satu hal lagi yang ingin ia pastikan.
“Permintaan terakhirku, izinkan aku hidup sampai akhir zaman. Sampai manusia terakhir di dunia ini menemui ajalnya.”
Tuhan, Yang Maha Mengetahui segala sesuatu, mengabulkan permintaan itu dengan ketegasan. “Aku kabulkan. Engkau akan hidup hingga hari kiamat. Setelah itu, keputusan-Ku akan berlaku atasmu.”
Iblis merasa semakin kuat. Kini ia memiliki waktu tanpa batas untuk menyesatkan manusia. Namun, di balik semua permintaannya, ada satu pertanyaan yang menggantung dalam benaknya—sesuatu yang bahkan kesombongannya tak mampu padamkan.
Dengan suara lebih tenang, ia bertanya: “Tuhanku… setelah semua yang aku lakukan, setelah segala kebencian dan pembangkanganku… apakah di akhirat kelak Engkau akan menerima aku kembali?”
Tuhan, dengan kasih sayang-Nya yang meliputi seluruh alam, menjawab dengan kelembutan yang tak pernah pudar.
“Iblis, engkau adalah ciptaan-Ku. Aku Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Seandainya engkau mau kembali, tentu pintu-Ku akan selalu terbuka. Namun, engkau telah memilih jalanmu sendiri. Bukan Aku yang menolakmu, tapi engkau sendiri yang enggan untuk kembali.”
Dalam benaknya ada sebersit keraguan. Namun, kesombongan Iblis yang telah berakar dalam dirinya menutup segala kemungkinan untuk kembali.
Allah berfirman:
“Aku akan memenuhi neraka Jahannam dengan kamu dan dengan orang-orang yang mengikutimu di antara mereka semuanya.” (QS. Sad: 85)
Iblis telah memilih jalannya. Ia tidak mau kembali, tidak mau bertaubat, tidak mau merendahkan dirinya di hadapan Tuhan. Namun, manusia berbeda. Seberat apa pun dosa yang dilakukan, selama masih hidup, selalu ada jalan kembali kepada Tuhan.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Allah berfirman: Wahai anak Adam! Sesungguhnya selama engkau berdoa dan berharap kepada-Ku, Aku akan mengampunimu atas apa yang telah engkau lakukan, dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam! Seandainya dosa-dosamu mencapai setinggi langit lalu engkau memohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku akan mengampunimu. Wahai anak Adam! Seandainya engkau datang kepada-Ku dengan membawa dosa sepenuh bumi, kemudian engkau menemui-Ku dalam keadaan tidak menyekutukan Aku dengan sesuatu pun, niscaya Aku akan datang kepadamu dengan ampunan sepenuh itu juga.” (HR. Tirmidzi, no. 3540, shahih)
Maka janganlah pernah berputus asa dari rahmat Tuhan. Jika bahkan Iblis bisa bertanya tentang harapan, maka manusia lebih berhak untuk berharap dan kembali ke jalan-Nya.
-Moel’S@14032025-