PELAKITA.ID – Pada simposium Hilirisasi Nikel Indonesia yang digelar Ikatek Unhas, membahas strategi industri nikel dalam menghadapi tantangan produksi berkelanjutan, hadir Abu Ashar, Wakil Presiden PT Vale Indonesia Tbk (PTVI) yang juga Chief of Operation and Infrastructure PTVI sebagai salah satu narasumber.
Bangga Kampus Unhas
Abu Ashar adalah sosok berpengalaman lebih dari tiga dekade di industri nikel, dan telah menempati berbagai posisi teknis dan manajerial, termasuk di bidang engineering, supply chain management, energi, serta logistik.
Abu Ashar adalah lulusan Teknik Mesin Universitas Hasanuddin dan memperoleh gelar master dalam bidang ekonomi dan bisnis. Dalam sesi pemaparannya, Abu Ashar mengungkapkan kebanggaannya terhadap kampus yang telah membentuk kariernya hingga mencapai posisi strategis di PT Vale Indonesia.
”Saya sempat menangis saat mendengarkan Mars Unhas,” ucapnya sebelum memberikan paparannya tentang pengusahaan nikel secara berkelanjutan ala PT Vale Indonesia Tbk.
Perlu Industri Nikel Ramah Lingkungan
Pada acara yang dibuka ooleh Rektor Universitas Hasanuddin Prof Jamaluddin Jompa dan dihadiri Ketua Ikatek Unhas Sapri Andi Pamulu itu, Abu Ashar menyebut pentingnya revolusi industri yang ramah lingkungan serta langkah-langkah konkret dalam mewujudkan pertambangan nikel berkelanjutan.
”PT Vale Indonesia beroperasi sebagai perusahaan terintegrasi dengan bisnis pertambangan dan pabrik pengolahan nikel, menghasilkan sekitar 70.000 hingga 75.000 ton nikel per tahun dengan kadar nikel sebesar 78%,” katanya.
Kata Ashar, sebagai bagian dari upaya keberlanjutan, PT Vale Indonesia memiliki tiga Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dengan kapasitas total 365 MW, yang seluruhnya digunakan untuk kebutuhan operasional pabrik pengolahan.
Kepemilikan saham PT Vale Indonesia terdiri dari 34% oleh MIND ID, 33,8% oleh Vale Canada Limited, serta 20% oleh Sumitomo Metal Mining dan 11% oleh publik. Perusahaan ini juga mempekerjakan lebih dari 10.000 karyawan dan kontraktor.
Dalam proses produksinya, PT Vale Indonesia mengutamakan keberlanjutan lingkungan.
“ Proses dimulai dari penambangan, penyaringan, penyimpanan, pengeringan, hingga pemurnian sebelum akhirnya diekspor ke Jepang dalam bentuk nikel matte. Sebagai pemain kunci dalam ekosistem baterai global, PT Vale Indonesia berkomitmen untuk menambang dengan metode yang ramah lingkungan dan berkelanjutan,” terangnya.
Menurutnya, dalam mendukung transisi energi global, nikel memainkan peran penting dalam industri baterai kendaraan listrik.
”Selain itu, nikel juga digunakan dalam pembuatan bodi pesawat dan senjata karena kekuatannya yang tinggi. PT Vale Indonesia sedang mengembangkan tiga proyek besar di Sorowako, Pomalaa, dan Bahodopi, dengan target produksi lebih dari 300.000 ton per tahun dalam tiga hingga empat tahun ke depan,” tambahnya.
Keberlanjutan Usaha Tambang
Dikatakan Abu Ashar, keberlanjutan adalah bagian integral dari strategi bisnis PT Vale Indonesia.
”Dengan area konsesi seluas 118.000 hektar yang mencakup tiga provinsi, yakni Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara, sekitar 80% wilayah operasional perusahaan berada dalam kawasan hutan,” kata dia.
Oleh karena itu, sebut Ashar, perusahaan menerapkan rehabilitasi progresif, di mana reklamasi dilakukan bersamaan dengan proses penambangan untuk mengurangi dampak lingkungan.
Selain itu, PT Vale Indonesia juga memiliki program perlindungan keanekaragaman hayati untuk mencegah dan memitigasi dampak di darat dan perairan sekitar, termasuk menjaga kualitas air di kawasan Danau Matano.
”Sebagai bagian dari upaya pengurangan emisi karbon, PT Vale Indonesia menargetkan penurunan emisi karbon sebesar 33% pada tahun 2030. Dalam hal efisiensi energi, perusahaan telah berinvestasi dalam proyek jangka panjang seperti peningkatan kapasitas PLTA, pengalihan penggunaan bahan bakar minyak menjadi listrik, dan penerapan teknologi ramah lingkungan lainnya,” paparnya.
Inovas Net Zero
Dalam roadmap menuju net zero emission, PT Vale Indonesia terus melakukan inovasi dalam proses produksinya.
Beberapa langkah yang telah diterapkan termasuk penggunaan sistem pemanas listrik untuk menggantikan bahan bakar minyak, peningkatan efisiensi saluran air di PLTA, serta eksplorasi teknologi conveyor listrik untuk mengurangi ketergantungan pada truk berbahan bakar minyak.
”Perusahaan juga tengah mengembangkan solusi untuk mengurangi penggunaan batu bara dan minyak dalam proses produksi,” sebutnya.
Dikatakan, selain fokus pada aspek lingkungan, PT Vale Indonesia juga aktif dalam program tanggung jawab sosial perusahaan.
”Dengan memiliki Yayasan Pendidikan Sorowako dan Akademi Teknik Sorowako, PT Vale telah menghasilkan ribuan lulusan yang berkontribusi dalam industri. Program pemberdayaan masyarakat lainnya mencakup pengembangan pertanian, infrastruktur jalan, serta berbagai inisiatif yang bekerja sama dengan komunitas lokal dan pemerintah,” lanjutnya.
PT Vale Indonesia terus memperkuat posisinya sebagai perusahaan dengan risiko rendah dalam industri nikel, sebagaimana diakui dalam berbagai penilaian keberlanjutan global. Namun, pencapaian menuju net zero emission tidak dapat dilakukan sendiri.
”Kolaborasi dengan institusi akademik, pemerintah, dan masyarakat menjadi kunci utama dalam mencapai pertambangan nikel yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan,” tegas Abu Ashar.
Di ujung paparannya, Abu Ashar menegaskan bahwa tidak ada masa depan tanpa pertambangan.
”Namun pertambangan juga tidak dapat berjalan tanpa memikirkan masa depan. Oleh karena itu, inovasi dan penelitian terus dibutuhkan untuk memastikan bahwa pertambangan nikel dapat berjalan dengan cara yang lebih berkelanjutan demi keberlangsungan generasi mendatang,” kuncinya.
Redaksi