Laa Waa River Park di Matano, Oase Inspirasi Pengelolaan Potensi Wisata Daerah

  • Whatsapp
Mari ke Luwu Timur, Mari ke Laa Waa River Park di Desa Matano! (dok: Pelakita.ID)

PELAKITA.ID – Yusuf dan Nanang, dua orang anggota Komunitas Makassar Max Community berdecak kagum melihat pemandangan di Laa Waa River Park, Desa Matano.

Mereka datang bersama tim The COMMIT Foundation dengan tujuan menjajal spot wisata di Lingkar Tambang Luwu Timur.

Mereka menyebut kawasan yang di dalamnya mengalir air jernih dingin dari jantung rongga Sulsel dan Sulteng itu layak dijajal komunitas pemotor seperti Keluarga Max Owners.

Read More

“Bisa ini kita ajak teman-teman komunitas tur ke sini, Pak Wapres,” kata Yusuf, anggota MMC kepada Ashar Karateng dari organisasi the Indonesia Max Owners.  Ashar adalah vice president IMO yang anggotanya 220 klub se-Nusantara.

Penulis merekam denyut Laa Waa yang nampak apik. Ada tiga bangunan relatif besar sebagai cottage.

“Setahu saya itu bantuan Kementerian Desa,” kata Jumardi Lanta, dari The COMMIT Foundation kepada Pelakita.ID saat berkunjung pada Sabtu, 25 Januari 2025.

Pria yang akrab disapa ustaz Mardi itu menyebut ada beberapa contoh baik di Luwu Timur tentang kolaborasi pengembangan potensi kepariwisataan seperti Laa Waa River Park ini.

Mari ke Laa Waa River Park (dok: Pelakita.ID)

“Seperti dukungan untuk pengembangan wisata Mata Buntu di Wasuponda, pengembangan Wisata Bua Bura di Matano hingga pengembangan Magani Park di Nuha,” kata dia.

Pelakita.ID merekam suasana pagi yang meriah di Laa Waa. Sekumpulan mahasiswa dan komunitas datang dan menyebar di tiga titik.

Ada yang menggelar diskusi lingkungan dan kepemimpinan kaum muda. Di bagiaan lain, ada yang sedang bernyanyi dan menunggu ikan bakar kelar. Kelompok lainnya sedang duduk melingkar di gazebo sembari menikmati kudapan.

Kawasan ini nampak paripurna. Ada sekretariat pengelola yang di dalamnya terdapat aneka fasilitas, pelampung, ban mengapung, dayung, paddle, dan masih banyak lagi. Tersedia sampan atau perahu yang bisa disewa.

Pihak terkait

Sejumlah pihak disebut berkontribusi dalam mengembangkan kawasan seperti Laa Waa River yang disebut punya landasan bagus untuk bisa menjadi destinasi idaman di masa depan. Kawasan hutan perawan, sungai berair jernih, dan danau menjadi modal utama.

Pihak-pihak dimaksud adalah Pemerintah Desa Matano, Dinas Pariwisata dan Ekraf Lutim, Kementerian Desa dan PDT, Kementerian Pariwisata dan Ekraf – ini bisa dilihat dari tanda tangan Menteri Salahuddin Uno di salah satu spot di Desa Matano, Badan Koordinasi Antardesa, Pemerintah Kecamatan, hingga PT Vale Indonesia Tbk.

Indahnya Laa Waa River Park (dok: Pelakita.ID)

Pemerintah Desa Matano dianggap aktif dalam mempromosikan potensi desanya dan mendapat dukungan maksimum dari PT Vale melalui skema program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat baik melalui Pengembangan Kawasan dan Pemberdayaan Masyarakat.

”Melalui program PKPM misalnya, ada dukungan untuk pembangunan dermaga, tempat perahu, raft, merapat membawa pengunjung,” jelas uztaz Mardi.

Selain itu, ada dukungan dari PT Vale melalui fasilitasi pengembangan kawasan ekowisata dan konservasi melalui lahhan pembibitan pohon dan sayur mayur termasuk upaya replantasi vegetasidi sepanjang bantaran sungai dan danau.

Pada tingkat masyarakat, sejumlah kelompok warga ikut memberi kontribusi dan peran baik sebagai pengelola fasilitas maupun sebagai kelompok konservasi.

Penampakan kebun sayur dan bibit di Laa Waa River Park (dok: Pelakita.ID)

Dengan penggambaran seperti itu, bisa disebut bahwa potensi sumber daya alam bisa memberi implikasi pada aspek ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan.

Manfaat Kolaborasi Wisata seperti Laa Waa River Park

Seperti apa manfaat ekonomi jika melihat Laa Waa River Park itu? Tentu saja ada pembangkitan pendapatan. Laa Waa River Park telah mendinamisasi peningkatkan ekonomi lokal seperti penulis dan kawan-kawan yang mesti mengeluarkan dana sejuta untuk sewa perahu raft.

Jika ini intens, tentu akan memberi manfaat ekonomi secara makro atau nasional. Semakin banyak pengunjung maka akan berkaitan dengan meningkatnya penggunaan akomodasi, atraksi, transportasi, dan kuliner.

Menyaksikan sejumlah anak-anak muda Matano menjadi bagian dalam usaha wisata maka tentu ini menjadi gambaran penciptaan lapangan kerja.

Pasti pula gayung bersambut, seperti adanya dukungan pembangunan cottage atas nama dana pemerintah pusat.

Itu artinya, pengembangan pariwisata sering kali mengarah pada perbaikan infrastruktur, seperti jalan raya, bandara, sistem komunikasi, dan utilitas, yang juga menguntungkan masyarakat setempat.

Suasana di dermaga keberangkatan Sorowako ke Laa Waa River Park. Jika wisata di Laa Waa River Park tumbuh, warga Sorowako pelaku akomodasi, trasportasi, dan konsumsi akan dapat manfaat (dok: Pelakita.ID)

Yang pasti akan berdampak pada kapasitas masyarakat, caranya dengan melibatkan masyarakat lokal, proyek pariwisata dapat memberdayakan penduduk, meningkatkan mata pencaharian mereka, dan menumbuhkan kohesi sosial.

Inisiatif tersebut dapat mencakup promosi bisnis lokal, kerajinan tangan, dan pariwisata berbasis masyarakat.

Pariwisata seperti di Laa Waa dapat berkontribusi pada pelestarian bahasa lokal, tradisi lokal. Sebab di dalam usaha pariwisata sering kali mempromosikan pelestarian dan perayaan warisan budaya, tradisi, dan situs bersejarah, serta memastikan semuanya diwariskan ke generasi mendatang.

Masuknya PT Vale yang memberi dukungan pada isu konservasi lingkungan di Laa Waa River menunjukkan bahwa usaha pariwisata berkelanjutan dapat memperoleh pendanaan demi mendukung konservasi sumber daya alam, habitat satwa liar, dan kawasan lindung, serta membantu menjaga keanekaragaman hayati.

Bagi Luwu Timur, pariwisata dengan model seperti Laa Waa dapat membantu mengurangi kesenjangan regional dengan mengembangkan daerah terpencil atau kurang maju secara ekonomi menjadi tujuan wisata yang menarik.

Suasana di Sungai Laa Waa River, menyatu dengan alam (dok: Pelakita.ID)

Dengan kata lain, tidak harus jauh-jauh ke tempat lain sebab, di Lutim pun ada spot yang layak jajal.

Pembaca sekalian, di tengah langkanya inspirasi pembangunan daerah, penulis mencatat sejumlah peluang dan oase di balik geliat Laa Waa River. Semoga tetap menggeliat dan telah mencuri perhatian warga setempat, kabupaten, provinsi hingga global.

Jika Laa Waa River Park terus berdenyut, terus diberdayakan baik oleh Pemerintah, swasta seperti PT Vale dan LSM dan masyarakat sipil maka akan semakin dapat meningkatkan visibilitas dan reputasi suatu wilayah secara global, mendorong pertukaran budaya dan niat baik internasional.

Bisa saja nanti mereka – entitas di Laa Waa River Park – menjadi tuan tumah bagi Komunitas Pemotor seperti Makassar Max Community, bayangkan dampak multidimensinya jika hadir ribuan pemotor ke sana?

Masih banyak manfaatnya seperti dapat mendorong diversifikasi ekonomi hingga pembangunan berkelanjutan.

Apa yang terjadi dan sedang berlangsung di Laa Waa River adalah wujud ekowisata dan praktik berkelanjutan yang kolaboratif. Hal yang sejalan dengan tujuan lingkungan dan keberlanjutan global.

Ayo! siapa mau dari pembaca siap ambil inisiatif untuk destinasi wsiata dengan potensi sumber daya alam yang dimiliki?

 

Penulis: Kamaruddin Azis

Related posts