Imam Shamsi Ali: Universitas Balikpapan Go International!

  • Whatsapp
Imam Shamsi Ali (dok: duta.co)

DPRD Makassar

Rektor Universitas Balikpapan, Dr Isradi Zainal mengirimkan artikel yang ditulis oleh Imam Shamsi Ali (H. Muhammad Syamsi Ali, Lc, MA, Ph.D) kepada Pelakita.ID. Mencerahkan dan bisa memberi inspirasi tentang bagaimana membangun generasi.

PELAKITA.ID – Kegiatan terakhir selama kunjungan sehari saya ke Balikpapan adalah bersilaturrahim dengan Rektor Universitas Balikpapan (Uniba).

Kunjungan ini merupakan realisasi dari keinginan Rektor Uniba, Dr. Isradi Zainal, untuk menghadirkan saya di Kampusnya. Kebetulan kami telah cukup lama saling mengenal walau hanya sebatas virtual. Beliau adalah salah seorang putra Bukukumba yang merantau dan sukses di Kalimantan.

Universitas Balikpapan berada di sebuah perbukitan yang indah. Kampusnya yang mungil mengekspresikan profesionalisme dan optimisme masa depan bangsa dan Umat. Dunia pendidikan menjadi tolak ukur dan pilar kebangkitan sebuah bangsa dan Umat.

Kehadiran saya di Uniba sejatinya hanya silaturrahim biasa. Tidak untuk tujuan formal ceramah, kuliah umum atau seminar misalnya.

Saya memang hanya ingin bersilaturahim dengan pimpinan universalitas, khususnya dengan Rektornya yang saya anggap teman dekat. Rupanya kesempatan itu tidak disia-siakan oleh pihak tuan rumah.

Pertama kami, saya dan Panglimata (Mayjen Andi Muhammad Mappanyuki), disambut dengan penyambutan yang luar biasa. Jajaran pimpinan perguruan tinggi itu hadir untuk menyambut dan beramah ramah. Bahkan di selah-selah penyambutan di ruang rektorat itu sekaligus dilangsungkan podcast.

Selain Rektor dan Panglimata, saya Juga diminta memberikan sepatah kata di podcast itu. Selain menyampaikan terima kasih dan apresiasi atas penerimaan Uniba, saya sekaligus mengingatkan bahwa dunia kita saat ini tidak bisa lagi dipungkiri adalah dunia global.

Dunia yang dikenal berkarakter cepat (speed), saling tergantung (interconnected) tapi sekaligus saling berkompetisi (competitive). Dan karenanya Uniba sebagai institusi pendidikan besar harus mampu membangun mindset dan karakter global itu.

Ternyata acara dilanjutkan di Masjid kampus, yang Konon kabarnya baru diresmikan setahun sebelumnya oleh UAS (Ustadz Abdul Somad). Masjid itu tidak terlalu besar. Tapi mungil dan cantik dalam kampus yang terletak di daerah yang juga cantik.

Di Masjid itu rupanya jamaah telah menunggu. Selain para dosen dan mahasiswa, juga beberapa perwakilan organisasi Islam seperti Muhammadiyah, Aisyiah dan juga Fatayat NU.

Dalam ceramah singkat saya sampaikan sekali lagi pentingnya Uniba sebagai institusi pendidikan tinggi untuk membangun “mindset dan karakter”global itu. Karena sesungguhnya globalisasi yang sedang dan terus terjadi adalah realtà yang tak terhindarkan. Sehingga memang pilihan kita hanya satu; mengambil bahagian dan ikut menentukan. Jika tidak maka umat harus bersiap untuk digilas dan menjadi korban dunia global.

Memasuki era global ada beberapa hal yang penting untuk dipersiapkan.

Pertama, pentingnya memiliki akidah yang kokoh. Dunia mengalami krisis parah. Dan krisis terbesar dunia saat ini adalah hilangnya pegangan manusia dalam hidupanya. Manusia menjalani kehidupan dalam ketidak menentuan (uncertainty).

Karenanya akidah dan iman yang kita yakini sebagai sumber kepastian menjadi penting. Tanpa akidah dan iman yang kokoh, kita akan tergilas oleh ragam ideologi, yang bukan saja salah, bahkan destruktif bagi kehidupan manusia.

Kedua, pentingnya membangun wawasan luas (broaden mind) dalam memandang dunia dan kehidupan. Dunia mengalami perubahan cepat dan konstan. Karenanya wawasan yang kaku dan sempit akan mengalami kegelisahan dalam melihat perubahan itu. Saya menyebut wawasan yang luas itu dengan meminjam istilah Al-Quran; wawasan Iqra’.

Ketiga, pentingnya mempersiapkan segala perangkap global yang diperlukan. Sebagai universalitas yang ingin menjadi bagian dari dunia global, bahasa dan kemampuan komunikasi menjadi penting. Apa yang biasa disebut bahasa asing tidak lagi menjadi asing. Karena saat ini dunia kita seolah dunia tanpa batas lagi.

Keempat, pentingnya membangun kekuatan kolektif dalam segala lini kehidupan. Dunia global itu juga berkarakter buas. Hampir tidak punya hati (heartless). Dan karenanya untuk survive diperlukan basis kekuatan perekonomian, politik, pendidikan, bahkan militer.

Kelima, pentingnya membangun rasa percaya diri yang tinggi. Pendidikan yang tinggi, kekuatan ekonomi yang besar, bahkan kekuatan militer sekalipun tidak akan apa-apa jika umat memiliki mental krupuk. Karenanya membangun percaya diri (self confidence) menjadi sangat mendasar untuk memasuki dunia global.

Dengan percaya diri yang tinggi ini umat mengambil bagian dari kompetisi dan ikut mengarahkan dan mewarnai arah perjalan dunia global.

Uniba yang belum terlalu lama berdiri itu rupanya memilki semangat itu. Uniba senang menata diri untuk mengambil bagian dari perjalanan global dunia dalam segala aspeknya. Satu di antaranya adalah sebuah Kehormatan dan kebanggan bagi Uniba yang terpilih menjadi tuan rumah bagi sebuah perhelatan International.

Perhelatan akbar dalam bidang budaya Islam ini merupakan kerjasama antara Uniba dan Organisasi Kerjasama Islam (OKI) atau OIC (Organization of Islamic Cooperation). Kegiatan yang sedang berlangsung saat ini, 7 hingga 14 Juli, diikuti oleh banyak negara anggota OKI.

Ini adalah satu pembuktian langsung bahwa Uniba bukanlah Universitàs ecek-ecek. Tapi sebuah Universitàs swasta di Kalimantan Timur yang sedang melangkah untuk menembus batas-batas dunia global. Kehadiran saya sebagai Presiden Nusantara Foundation tentu mencoba membangun kesamaan visi dan mencoba membangun kolaborasi di masa-masa mendatang.

Bravo Universalitas Balikpapan!

Manhattan City, 12 Juli 2023

Imam Shamsi Ali, Presiden Nusantara Foundation

Related posts