Mengenang Prof Dadang Ahmad, guru yang dekat di hati anak-anak Kelautan Unhas

  • Whatsapp
Prof Dr Eng Dadang Ahmad Suriamihardja,, M.Eng (dok: istimewa)

DPRD Makassar

PELAKITA.ID – Alumnus Ilmu dan Teknologi Kelautan atau ITK Unhas (kini Ilmu Kelautan) yang kuliah antara tahun 1988 hingga 1996 amat lekat sosok Prof Dr Eng Dadang Ahmad Suriamihardja, M.Eng. Kala itu, Prof Dadang mengampu mata kuliah Fisika Oseanografi hingga Instrumentasi Laut.

Hari ini, Jumat, 25 Februari 2022, Prof Dadang meninggal dunia di RS Unhas pada usia 66 tahun dan rencananya akan dimakamkan di Kota Parepare esok Sabtu.

Read More

Prof Dadang adalah dosen teladan, panutan, motivator dan banyak dikagumi anak-anak Ilmu dan Teknologi Kelautan ITK Unhas kala itu.

Ketua Ikatan Sarjana Kelautan Unhas, Darwis Ismail, S.T, M.M.A, menyampaikan belasungkawa. “Semoga husnul khatimah, semoga almaruhum diterima di sisi Allah SWT. Beliau sosok yang sangat baik dan telah membimbing banyak anak-anak ITK Unhas,” ucap Darwis ITK 92.

Sementara itu, Awaluddin ‘Cindenk’:mengaku aktif membangun komunikasi dan belajar Ilmu Filsafat dengan Prof Dadang, saat kuliah bahkan saat telah menjadi alumnus Ilmu dan Teknologi Kelautan.

Dia mengaku  sering ‘curhat’ kepada Prof Dadang melalui media sosial saat menyaksikan anak-anak Kelautan Unhas  terbelit persoalan seperti jadi pelaku tawuran. Hal yang disebutnya sangat memprihatiinkan.

“Rasanya saya prihatin Prof, bisa jadi adik-adik kami seperti itu karena tidak memiliki “kompas kehidupan,” sebut Cindenk seperti yang telah dituliskannya di platform messenger Prof Dadang.

“Artinya sama seperti kami dulu ketika ada konflik kami pasti menemui bapak untuk mendapatkan penjelasan sekaligus pencerahan,” imbuhnya. Kompas kehidupan yang dimaksud Cindenk adalah  Prof Dadang, sosok yang bisa memberi nasihat dan solusi.

Hal yang disebut oleh Cindenk bisa jadi tak diperoleh dari di level mereka sendiri, senior, bahkan alumni dan apalagi dosen mereka.

“Sangat sukar mendapatkannya. Pikiran saya, dibutuhkan saluran dinamika mahasiswa yang pas dan tepat buat mereka (mahasiswa FIKP),” lanjut Cindenk.

“Terimakasih banyak atas saran dan simpatinya. Kemesraan hubungan santri dan kiayinya perlu lebih harmonis, agar gelora jiwa santri tidak meluap di luar koridor, dan sang kiayi tidak menonton dengan rasa prihatin, tetapi tampak wibawa yang dapat meluruskan,” balas Prof Dadang.

Sementara itu Dr Ahmad Bahar, teringat bagaimana Prof Dadang menggunakan laboratoriumnya untuk mengajar mahasiswa berbahasa Jepang.

“Mengajar bahasa Jepang juga di lab-nya bagi mahasiswa yang mau. Luar biasa curahan ilmu beliau kepada mahasiswa Kelautan,” tulisan dosen Unhas yang biasa disapa AB ini.

Muhammad Ilyas, Ph.D, alumni ITK angkatan 88 ikut bersedih saat mendengar kabar duka ini.

Dia mengaku punya hubungan dekat dengan Prof Dadang. Selain sebagai dosen, bagi Ilyas Prof Dadang adalah motivator untuk anak-anak ITK agar tetap fokus pada minat sains dan teknologi Kelautan.

“Prof Dadang salah satu pembimbing tugas akhir saya. Saat membimbing saya, banyak sekali pelajaran-pelajaran hidup yang diajarkan beliau kepada saya,” akunya.

“Saat saya  dipersulit dalam penyelesaian skripsi dan mengalami tekana,  beliau sempat menghibur saya dan mengatakan kepada saya. Ilyas, akan lebih sulit nanti saat kamu telah menjadi sarjana mencari pekerjaan. Jadi hadapi kesulitan ini dengan penuh kesabaran,” sebut Ilyas.

“Beliau adalah satu-satunya pembimbing dan dosen yang sering saya bonceng dengan Vespa Sprint dari Kampus Tamalanrea ke Baraya di waktu malam,” kenangnya.

Kamaruddin Azis, ITK-89 mengaku punya kesan mendalam dengan Prof Dadang. Di tengah kelesuan berkuliah masa-masa itu, Prof Dadang kerap memberi motivasi.

“Yang saya selalu ingat itu, pesannya, ilmu itu tidak diperoleh manfaatnya secara instan, bisa jadi  bertahun-tahun. Kau bisa, misalnya, cari tahu pola pasang surut di sekitar Sungai Jeneberang. Bisa jadi berguna pada suatu saat, Begitupun sedimentasinya. Itu pasti berguna,” kenangnya.

Akademisi FPIK UHO Kendari yang juga alumni ITK-UH 92, Laode Yasir Haya, Ph.D mengaku pernah mendampingi Prof Dadang bersama Prof Idrus Paturusi dan Prof Irawan saat berkunjung di Hokkaido tahun 2014.

“Saya bersaksi almarhum Prof Dadang orang baik, insya Allah husnul khatimah, aamiin,” ucapnya.

Laode M. Yasir Haya, ujung kanan, bersama Prof Dadang dan kolega lainnya di Hokkaido (dok: istimewa)

Tarunamulia, Ph.D, alumni ITK-94 mengaku pernah mendapat wejangan dan ilmu dari almarhum,

“Meski pada akhirnya tidak jadi pembimbing skripsi S1 secara formal karena kesibukannya, tapi dengan sifat welas asih nan bijaknya masih menyempatkan diri meminta rekan kerjanya Prof Altin Massinai dan Pros Sakka untuk menggantikan posisi beliau.,” sebutnya.

“Beliau menggunakan ruangan dan fasilitas laboratorum teori jurusan Fisika untuk mempelajari dan menggunakan coding program Qbasic untuk analisis pasut Admiralty kala itu,” lanjutnya.

“Kadang masih salam sapa lewat FB, terakhir kali saat beliau kena Covid-19). Insya Allah ilmu dan wejangan darimu wahai Bapak Guru akan kami amalkan dengan baik dan semoga jadi lahan pahala bagimu. Semoga Allah SWT melapangkan kubur dan menerima dengan baik amal ibadahmu, dan kelak ditempatkan di surganya. Alfaatiha. Aamiin YRA,” tutupnya.

Tentang Prof Dadang

Almarhum, Prof. Dr. Eng. Dadang Ahmad Suriamihardja, M.Eng lahir di Garut Jawa Barat pada 30 September 1956. Jabatan terakhir di Unhas adalah Ketua Senat Unhas.

Dia adalah Guru Besar Fisika pada  FMIPA-Unhas  dan merupakan Sarjana (S1) Institut teknologi Bandung, 1975 – 1979 dengan judul tesis Impuritas Permukaan Semikonduktor dengan Auger Elektron Spektroskopi sebagai pembimbingnya adalah: Prof. Dr. M. Barmawi.

Prof Dadang menyelesaikan Master (S2) di Kyoto University, Jepang, 1984 – 1986 dengan tesis berjudul Rip Current Generation on a Plane Beach yang disupervisori oleh Prof. Dr. Y. Tsuchiya.

Sementara Doktor (S3) juga di Kyoto University, Jepang, masa studinya antara 1986 hingga 1989 dengan disertasi 2-D Horizontal and Vertical Near Shore Circulations dengan supervisor: Prof. Dr. Y. Tsuchiya.

Semoga husnul khatimah, wahai dosen panutan kami semua.

 

Editor: K. Azis

Related posts