Shrimp Club Indonesia Percepat Pemenuhan Persyaratan FDA, KKP Genjot Pengiriman Udang Bebas Cesium-137

  • Whatsapp
Prof Andi Tamsil, Ketua SCI (dok: Pelakita.ID)

Jakarta, 31 Oktober 2025

PELAKITA.ID – Shrimp Club Indonesia (SCI) tengah melakukan dua pendekatan strategis untuk mempercepat pemenuhan persyaratan U.S. Food and Drug Administration (FDA) terkait implementasi IA 99-52, yang menjadi acuan baru bagi ekspor udang Indonesia ke pasar Amerika Serikat.

Dua pendekatan tersebut mencakup Pendekatan Teknis (Technical Approach) dan Pendekatan Media (Rebuilding Trust on Indonesian Shrimp).

Melalui Pendekatan Teknis, SCI berkolaborasi dengan Badan Mutu KKP, Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN), dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Hambatan utama atau bottleneck yang saat ini dihadapi berada pada penerbitan CE Shipment Certificate, khususnya dalam dua aspek penting: pemeriksaan kandungan radioaktif Cs-137 dan pengujian laboratorium pendukung.

Untuk pemeriksaan Cs-137, setiap kontainer ekspor diwajibkan melalui proses pemindaian menggunakan perangkat RIID (Radiation Isotope Identification Device) yang telah bersertifikasi ANSI. Namun, kapasitas nasional masih sangat terbatas karena saat ini hanya terdapat dua unit RIID aktif milik BAPETEN dan BRIN.

Dengan durasi pemindaian sekitar empat jam per kontainer, hanya sekitar 80 kontainer per bulan yang dapat diperiksa — setara 10 persen dari kapasitas ekspor unit pengolahan ikan (UPI) di Jawa dan Lampung.

SCI telah mengidentifikasi sejumlah perangkat RIID yang memenuhi kualifikasi untuk digunakan, dan daftar tersebut sedang diajukan kepada FDA untuk mendapatkan persetujuan formal.

Setelah mendapat persetujuan, SCI akan menyampaikan daftar tersebut kepada Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I) agar masing-masing UPI dapat segera melakukan pembelian langsung.

Estimasi waktu kedatangan alat tersebut adalah sekitar dua bulan setelah persetujuan diterbitkan, dengan koordinasi antara SCI dan lembaga terkait guna mempercepat izin ekspor dari negara pemasok perangkat.

Sementara itu, pengujian laboratorium Cs-137 saat ini hanya dilakukan oleh BRIN, yang memiliki enam perangkat namun baru didukung oleh empat personel teknis.

Berdasarkan keterangan BRIN, kapasitas pengujian yang ada baru mencapai satu sampel setiap 5–10 hari, meskipun secara teknis satu sampel dapat diselesaikan dalam waktu kurang dari tiga jam termasuk persiapan dan pelaporan hasil.

Untuk mengatasi hal ini, SCI bersama Badan Mutu KKP akan mengajukan permintaan resmi kepada BRIN agar menetapkan Service Level Agreement (SLA) baru dengan target peningkatan kapasitas menjadi lima sampel per hari.

Selain itu, SCI juga akan mengidentifikasi laboratorium swasta yang berpotensi memenuhi standar FDA untuk mendukung percepatan proses uji Cs-137.

Selain langkah teknis, SCI juga menjalankan Pendekatan Media untuk memulihkan reputasi udang Indonesia di pasar global dan menarik perhatian pemerintah pusat agar proses pemulihan ekspor dapat berlangsung lebih cepat.

Salah satu inisiatif utama adalah kampanye “Masak Besar Bobon”, yang telah dilaksanakan pada awal Oktober di Jakarta dan dilanjutkan di Makassar pada pekan ini. Kegiatan ini diharapkan dapat menarik perhatian Presiden dan para Menteri terkait terhadap pentingnya percepatan pemulihan ekspor udang nasional.

SCI juga menyiapkan kampanye media internasional setelah seluruh aspek teknis dan sertifikasi CE Shipment Certificate terselesaikan. Tujuannya adalah untuk menegaskan bahwa Indonesia kini telah memenuhi standar keamanan pangan tertinggi untuk produk udang yang masuk ke pasar Amerika Serikat.

Narasi utama kampanye ini akan menyoroti transparansi proses, peningkatan sistem pengujian, serta komitmen kuat industri dalam menjaga keamanan pangan dan kualitas ekspor.

“SCI berkomitmen penuh mendukung pemerintah, pelaku usaha, serta seluruh pemangku kepentingan untuk memastikan bahwa ekspor udang Indonesia ke pasar Amerika Serikat dapat segera dipulihkan sepenuhnya,” demikian pernyataan resmi SCI melalui ketuanya Prof Dr Andi Tamsil , M.S, IPM dan Sekjen Rully Setya Permana.

Lembaga ini juga menyampaikan apresiasi kepada seluruh anggota, asosiasi industri, kementerian, dan lembaga teknis yang terus berkontribusi mempercepat upaya pemulihan dan penguatan daya saing udang Indonesia di pasar global.

Kabar Baik dari KKP

Kementerian Kelautan dan Perikanan melepas shipment produk udang yang telah mendapat sertifikasi bebas Cesium 137 ke Amerika Serikat. Pelepasan ekspor perdana produk udang menggunakan sertifikat bebas Cesium 137 berlangsung di terminal kontainer Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta pada Jumat (31/10).

KKP melalui Badan Mutu juga telah menyiapkan skema dan tata laksana sertifikasi bebas Cs-137 sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat dan Import Alert #99-52.

“Hal ini untuk memberikan pelayanan prima kepada masyarakat dan tentunya mendorong kegiatan ekspor udang yang sehat, bermutu serta aman dikonsumsi untuk keberterimaan di negara tujuan,” ungkap Ishartini, Kepala Badan Pengendalian dan Pengawasan Mutu Hasil Kelautan dan Perikanan (Badan Mutu KKP) dalam siaran resmi di Jakarta, Sabtu (1/11).

FDA AS telah menunjuk KKP sebagai Certifying Entity (CE) untuk udang Indonesia yang diekspor ke AS. KKP telah menyiapkan serangkaian proses bisnis sertifikasi Cs-137 bersama BAPETEN dan BRIN untuk memastikan udang yang diekspor ke AS bebas Cs-137 melalui kegiatan utama scanning dan testing pada titik kritis rantai produksi udang Indonesia khusus wilayah Jawa dan Lampung.

“Hari ini 31 Oktober 2025 adalah tanggal entry into effect aturan Import Alert 99-52 di AS dan juga merupakan ekspor perdana udang Indonesia bebas Cs-137. Kita ingin tunjukkan bahwa Indonesia memiliki sistem jaminan mutu level internasional,” jelas Ishartini.