Dr. M. Dahlan Abubakar, Sejatinya Seorang Wartawan Intelektual, ditulis oleh Rusdin Tompo, Koordinator Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPAENA Provinsi Sulawesi Selatan, dan Mantan Jurnalis Radio.
PELAKITA.ID – Dr. M. Dahlan Abubakar adalah wartawan pertama yang mewawancarai saya. Peristiwa itu terjadi 38 tahun lalu, namun dialog kami kala itu masih terekam jelas dalam ingatan. Lokasinya di Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Universitas Hasanuddin (UNHAS), Tamalanrea.
Saat itu, saya masih mahasiswa baru Fakultas Hukum UNHAS, angkatan 1987. Saya berada di PKM untuk mengikuti lomba menggambar ilustrasi antar fakultas dalam rangka Dies Natalis UNHAS—kampus merah yang didirikan pada 10 September 1956.
Dahlan Abubakar tengah mencari mahasiswa untuk diwawancarai.
“Ada yang dari daerah?” tanyanya…
Dahlan Abubakar bukan sekadar wartawan yang menulis berita. Ia menyelami dunia jurnalistik lebih dalam—menulis dengan kedalaman, ketekunan, dan visi, bahkan dalam bentuk buku.
Ia memiliki bank data dan sumber informasi langsung dari tangan pertama.
Sebagai wartawan yang tumbuh dari dunia kampus, meniti karier di media ternama, hingga akhirnya menjadi Kepala Humas di salah satu kampus besar, jaringan dan aksesnya sangat luas.
Ia akrab dengan rektor, wali kota, gubernur, menteri, pengusaha, olahragawan, hingga tokoh-tokoh dari berbagai profesi.
Ia tak berhenti pada pelaporan atau penulisan berita harian. Catatan-catatan yang ia himpun dikembangkan menjadi karya buku yang bernas.

Dari seluruh proses itu, saya meyakini: Dahlan Abubakar adalah representasi sejati dari sosok wartawan intelektual.
Lihatlah buku-buku yang ditulisnya—tebal, penuh riset, dan memuat data yang dihimpun dengan sabar dalam waktu panjang.
Hanya mereka yang memiliki energi berlipat dan dedikasi kuat pada profesi, yang mampu menghasilkan karya seperti Dahlan Abubakar.