Gagasannya dalam arsitektur dan perancangan selalu dicari orang. Relasinya lintas angkatan di Teknik Unhas membuat banyak orang mengenal saya — setelah tahu bahwa saya adalah adik sepupu Kak Appank.
PELAKITA.ID – Innalillahi wa inna ilaihi roji’un. Sungguh sedih mendengar kabar bahwa Kak Appank — Arfan Doktrin — kakak sepupu tertua kami, telah berpulang ke rahmatullah.
Sejak kecil, kami tumbuh bersama. Kak Appank dan enam adiknya tinggal di rumah kami di Jl. Bonto Langkasa, Gunung Sari Baru, Makassar, karena orang tuanya kerap berpindah tugas ke berbagai daerah.
Kami sama-sama menyelesaikan masa SD dan SMP di sana. Kehadiran mereka menjadi bagian tak terpisahkan dari keluarga kami.
Kak Appank dikenal sangat menonjol dalam hal solidaritas dan pertemanan. Saya masih ingat betul betapa kecewanya almarhum bapak saya saat Kak Appank tidak lulus masuk Unhas pada tahun 1982.
Bapak saya sangat berharap beliau bisa menjadi teladan bagi adik-adiknya. Saya menjadi saksi saat Kak Appank dimarahi habis-habisan oleh bapak.
Namun, ia membuktikan diri. Setahun kemudian, Kak Appank lulus di Fakultas Teknik Arsitektur Unhas (1983), bersamaan dengan saya yang diterima di Fakultas Perikanan Unhas.
Sebagai anak tertua dari tujuh bersaudara, ia diberi tanggung jawab besar untuk membimbing adik-adiknya.
Hasilnya luar biasa: empat adiknya berhasil masuk ke jurusan teknik di UGM dan Unhas, satu lagi ke Fakultas Kedokteran Unhas, dan yang bungsu menjadi pemain bola profesional.
Tak hanya itu, Kak Appank juga membimbing dan menjaga dua adik saya yang kuliah di Teknik Unhas, terutama di masa-masa awal yang dikenal sangat keras, termasuk saat menjalani OSPEK. Ia adalah penjaga, sekaligus pelindung bagi kami semua.
Meski perjalanannya menyelesaikan studi cukup panjang, Kak Appank tetap menjadi panutan, terutama dalam merawat jaringan pertemanan.
Gagasannya dalam arsitektur dan perancangan selalu dicari orang. Relasinya lintas angkatan di Teknik Unhas membuat banyak orang mengenal saya — setelah tahu bahwa saya adalah adik sepupu Kak Appank.
Dia adalah seorang petarung sejati, dan saya beruntung pernah berjalan dalam jejaknya.
Saya memang tidak berada di sisinya saat ia menghembuskan napas terakhir. Namun, saya terus mendoakan agar Allah SWT mengampuni semua khilafnya dan menempatkan beliau di tempat terbaik di sisi-Nya.
Kepada istri tercinta, Lina, serta anak-anaknya: Pilar, Febi, dan Trilyun, juga seluruh keluarga besar — semoga diberi ketabahan menghadapi ketentuan Allah ini.
Selamat jalan, Kak Appank.
Al-Fatihah. Aamiin. 🤲
___
Penulis adalah Guru Besar Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Unhas