Tanpa hambatan, seseorang mungkin jatuh dalam zona nyaman yang membuatnya kurang reflektif, kurang inovatif, dan tidak terbiasa memecahkan masalah.
PELAKITA.ID – Mereka yang manja, hanya menghabiskan waktu dengan media sosial, habis data minta disubsidi, habis paket minta dipasok. menggunakan Medsos untuk semata ketawa dan mencibir orang lain, mengingatkan kita Pak Maxim Gorky.
Lho kok?
Iya, Maxim Gorky, atau yang bernama asli Alexei Maximovich Peshkov (1868–1936), adalah seorang penulis, dramawan, dan aktivis politik asal Rusia yang dikenal sebagai salah satu tokoh utama realisme sosialis dalam sastra dan mengeritik perilaku malas dan hedon.
Karya-karyanya menggambarkan kehidupan kaum miskin dan perjuangan kelas pekerja, serta mengkritik ketidakadilan sosial yang terjadi di zamannya.
Gorky adalah tokoh yang sangat berpengaruh dalam gerakan revolusioner Rusia dan memiliki hubungan dekat dengan Lenin serta Partai Bolshevik.
Dalam salah satu kutipannya, Gorky menyoroti hubungan antara tantangan dan perkembangan intelektual seseorang.
Ia menegaskan bahwa ketika segala sesuatu terlalu mudah, seseorang tidak dipaksa untuk berpikir kritis, berusaha keras, atau menghadapi kesulitan yang dapat memperkaya wawasan dan kemampuannya.
Akibatnya, individu tersebut menjadi “bodoh” dalam arti tidak berkembang, kehilangan ketajaman berpikir, dan tidak mampu menghadapi realitas yang lebih kompleks.
Gorky sendiri adalah contoh nyata dari bagaimana tantangan dapat membentuk pemikiran seseorang. Kehidupannya penuh dengan penderitaan—ia kehilangan orang tuanya sejak kecil, menjalani kehidupan keras sebagai buruh, dan sering berpindah-pindah pekerjaan sebelum akhirnya menjadi seorang penulis.
Pengalaman ini memberinya pemahaman mendalam tentang penderitaan rakyat jelata, yang kemudian tercermin dalam karyanya.
Dalam kehidupan nyata, tantangan dan kesulitan sering kali menjadi pemacu bagi seseorang untuk belajar dan bertumbuh.
Tanpa hambatan, seseorang mungkin jatuh dalam zona nyaman yang membuatnya kurang reflektif, kurang inovatif, dan tidak terbiasa memecahkan masalah.
Inilah sebabnya mengapa Gorky menekankan pentingnya kesulitan sebagai bagian dari pembelajaran dan kemajuan manusia.
Pemikiran Gorky tetap relevan hingga saat ini, terutama dalam dunia yang serba cepat dan penuh kenyamanan.
Di era digital, di mana informasi mudah diakses dan solusi sering kali instan, banyak orang cenderung menghindari kesulitan dan memilih jalan pintas.
Terlalu banyak orang mengantri di lorong undian, berpindah dari games ke games, dari putaran ke putaran. Lebih banyak ngakak karena tontonan lucu, mencandai diri dan merayakan kebodohan sembari mengutuk sekitarnya.
Di Medsos mereka meraung-raung dan meratapi nasib orang lain. Nasibnya tidak menentu. Mereka enggan menghadapi kesulitan-kesulitan hidup, berjuang dan turun ke gelanggang realita.
Padahal, justru dalam kesulitanlah seseorang dapat menemukan potensi terbaiknya dan berkembang menjadi individu yang lebih tangguh serta berpikiran tajam.
Dengan demikian, pesan Gorky mengingatkan kita bahwa tantangan bukanlah sesuatu yang harus dihindari, melainkan justru merupakan peluang untuk bertumbuh dan memperkaya wawasan.
Kesulitan bukanlah hambatan, melainkan batu loncatan menuju pemahaman yang lebih dalam dan kehidupan yang lebih bermakna.
Kira-kira begitu.
___
Alexei Maximovich Peshkov[a] (Rusia: Алексей Максимович Пешков;[b] 28 Maret [O.S. 16 Maret] 1868 – 18 Juni 1936), yang lebih dikenal dengan nama Maxim Gorky (/ɡɔːrki/; Максим Горький), adalah seorang penulis Rusia dan Soviet serta pendukung sosialisme.[1] Ia dinominasikan lima kali untuk Penghargaan Nobel dalam Sastra.[2] Sebelum meraih kesuksesan sebagai penulis, ia melakukan perjalanan luas melintasi Kekaisaran Rusia dan sering berpindah pekerjaan; pengalaman-pengalaman ini kemudian memengaruhi karya-karyanya. Ia bergaul dengan sesama penulis Rusia, Leo Tolstoy dan Anton Chekhov, yang keduanya disebutkan oleh Gorky dalam memoarnya.
Muscat, 22/3/2025