Multi Guna, Akademisi Unhas Sebut Rumput Laut Solusi untuk Berbagai Persoalan Global

  • Whatsapp

PELAKITA.ID – Dosen pada Departmen Teknologi Hasil Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan FIKP UNHAS Kasmiati STP, MP, Ph.D, menilai, pemanfaatan rumput laut saat ini sangat masif meski sejumlah unsur penting yang dikandung belum semuanya diproduksi dalam negeri.

Sebagian besar produksi Indonesia diekspor dalam bentuk raw material rumput laut kering, sedangkan sebagian lainnya diolah dalam negeri sebagai bahan baku untuk produksi hidrokoloid terutama agar dan karagenan menggunakan metode atau prosedur yang sudah baku.

”Untuk ekstraksi vitamin, pigmen, atau komponen lainnya seperti senyawa bioaktif juga dapat dilakukan menggunakan metode tertentu. Proses tersebut umumnya dikerjakan masih terbatas pada skala laboratorium oleh para peneliti. Pengembangan pada skala yang lebih besar sangat berpotensi mengingat Indinesia sebagai produsen utama rumput laut tropis dunia” kata Kasmiati kepada Pelakita.ID, Jumat, 7/2/2025.

Itulah mengapa rumput laut Indonesia lebih banyak diekspor ketimbang diproses dalam negeri.

Menurutnya, hidrokoloid agar dan karagenan memiliki berbagi tingkatan kualitas (grade) berdasarka kemurniannya, sejauh ini di Indonesia, produksi hidrokoloid sebagian besar pada grade semi refined agar dan semi refined carrageenan untuk memenuhi kebutuhan ekspor.

Sedangkan industri refined agar dan refined carrageenan masih sangat terbatas di Indonesia, umumnya diproduksi di luar negeri. Semakin tinggi tingkat kemurnian semakin tinggi pula nilai ekonominya.

”Banyak grade produk hidrokoloid rumput laut tergantung jenis bahan baku, proses produksi, dan tingkat kemurnian produk,” kata dosen FIKP yang akrab disapa Ami ini.

Jenis bahan baku yang dimaksud meliput misalnya apakah rumput laut dari jenis Eucheuma penghasil karagenan atau Gracilaria penghasil agar.

Kedua rumput laut tersebut yang umum dibudidayakan petani rumput laut di Indonesia. Terdapat jenis seperti Gracilaria verrucose yang dibubidaya di tambak,  Eucheuma spinosum (penghasil iota-karagenan) dan Eucheuma cottonii (penghasil kappa-karagenan) yang dibudidaya di laut.

E. cottonii atau dikenal dengan nama Kappaphycus alvarezii merupakan jenis yang dominan dibudidaya dengan harga yang juga paling tinggi di antara jenis yang lain.

Dia menyatakan rumput laut merupakan spesies yang punya beragam kandungan dan bisa digunakan sebagai bahan aktif obat-obatan, untuk bahan kosmetik.

“Secara alami kaya berbagai vitamin,” tambah akademisi FIKP Unhas yang telah menghasilkan 13 publikasi utama terkait pemanfaatan rumput laut ini. Salah satunya berkaitan panduan pembuatan mie instan dari rumput laut ini.

Meski demikian, kata Kasmiati, untuk memproduksi vitamin atau kandungan yang lebih spesifik diperlukan proses yang lebih lanjut.

“Sejauh ini untuk memproduksi komponen atau unsur yang lebih spesifik, banyak dilakukan oleh industri di Jepang,” imbuh spesialis rumput laut Unhas asal Enrekang ini.

Kasmiati menyebut, tidak berlebihan jika ada pendapat atau penyataan bahwa rumput laut merupakan solusi bagi permasalaha dunia di masa yang akan datang.

”Baik bidang ketahanan pangan, bahan baku obat-obatan, kosmetik, pupuk, produk ramah lingkungan, energi baru terbarukan, dan untuk mengatasi masalah lingkungan” pungkas Kasmiati.

Data produksi Sulawesi Selatan tahun 2022 menyebutkan sebesar 3,7 juta ton, disusul NTT sebesar 1,7 juta ton lalu Kalimantan Utara 788 ribu ton. Sulsel adalah penghasil nomor satu rumput laut di Indonesia dengan kontribusi sekitar 35% dari total rumput laut nasional.

Penulis: K. Azis