Pulau Rajuni dan uang bermiliar-miliar

  • Whatsapp
Kapal motor pengangkut barang dari Pulau Rajuni berlabuh di sisi barat pulau (dok: Pelakita.ID)

DPRD Makassar

PELAKITA.ID -Sore ini saya membuka beberapa folder foto dan catatan berserak. Saya menemukan beberapa kalimat. “Di Pulau Rajuni Kecil, Taka Bonerate, saat ini tak kurang 30 unit perahu kargo yang melayani rute Makassar – Nusatenggara Timur.”

Lalu, selama 30 tahun terakhir bobot perahu berubah. Dari 25 grosston, 50 hingga 150 grosston. Pelaut atau pemilik perahu berkembang di tengah dinamika pembangunan daerah yang nyaris tanpa kontribusi berarti untuk usaha berbasis tradisi, pengetahuan dan keterampilan yang diwariskan turun temurun.

Sebagian pelaut menunggu perahu besar mereka hingga 300 grosston. Nilainya miliaran. “Siapa bilang warga pulau-pulau di Selayar miskin, papa dan tak berpunya?”.

Paragraf di atas  menuntun saya pada catatan lain. Tentang Saibung bin Coang, namanya.

Dua puluh tahun lalu adalah ABK newbie di KM. Cahaya Rahmat berbobot 25 groston milik Haji Muhlis asal Pulau Rajuni Kecil, Taka Bonerate. Saya dengar kapal ini karam di Laut Tanakeke beberapa waktu lalu.

Saya bertemu dengan Saibung lagi saat menumpang di KM. Cahaya Rahmat 02 berbobot 140 grosston, milik Haji Muhlis. Saibung, lelaki berdarah Bajo tulen ini setia bersama sang Haji.

“Jika kapal berbobot 300-an grosston Haji Muhlis selesai dibangun di Pulau Bonerate, Saibung nampaknya yang akan jadi nakhoda kapal ini,” kata Kurdin kru lainnya di atas Cahaya Rahmat 02 saat kami mengarah ke Pelabuhan Rauf Rahman, Kota Benteng, Selayar.

“Wow, untuk bikin perahu sebesar itu, pasti modalnya ratusan hingga miliaran!”

Nilai miliaran

Saya juga menemukan catatan penting ini. Tentang nilai ekonomi ikan sunu hidup di Taka Bonerate.

Antara tahun 1995 hingga 1999, saya sempat menghitung-hitung nilai penjualan setiap keramba jaring apung di Pulau Rajuni Kecil, Taka Bonerate, Selayar.

Begini, satu keramba itu, mengirim ikan hidup kerapu sunu ke Makassar atau ke luar Pulau Rajuni, rerata 2 kali sebulan. Ada 9 keramba saat itu.

Saat harga perkilo masih 100ribu, rerata perkeramba lego 500 kilogram, 500 x Rp. 100.000/kilogram, maka didapat Rp. 50 juta per keramba. Kalau dikali sebanyak 9 keramba, maka hasilnya Rp. 450 juta,- sekali angkut. Wow!

Itu hanya untuk Pulau Rajuni Kecil, Kalau pakai asumsi 6 pulau, katakanlah Pulau Tarupa, Jinato, Pasitallu. Latondu, Rajuni Besar, maka. ada Rp. 450 juta x 6 = 2.7 miliar! Per sekali angkut perdua minggu, atau 5,4 miliar perbulan.

Itu perhitungan nilai ikan hidup sunu saja di Taka Bonerate perbulan, Rp. 5,4 miliar, kalau dikali 6 bulan saja dalam setahun, maka dapat 32.4 miliar pertahun. Kalau dikali 5 tahun, bisa sampai 160an miliar!

Bayangkanlah jika termasuk di dalamnya, lobsters, kerapu hitam, kerapu bebek, hingga Napoleon wrasse, alias Langkoe (sebelum dilarang). Kita memang kaya, kita di Selayar, Sulawesi Selatan, Indonesia. Nilai ekonomi yang luar biasa, bung!

Nurjannah, mantan ketua kelompok perempuan di skema program COREMAP I, 1999-2000. Ini masih di rumah panggungnya, di Kampung Bajo, Pulau Rajuni Kecil, Desa Rajuni. Kec. Taka Bonerate.
Pantai Barat, Pulau Rajuni Kecil, Kec. Taka Bonerate, Kab. Selayar Kepulauan

 

 

 

 

Related posts