Racik serbuk sawit penambah imun, tim mahasiswa Farmasi Unhas juara 1 lomba riset BPDPKS

  • Whatsapp
Tim Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin meraih juara pertama tingkat nasional pada penyelenggaraan lomba riset dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). (dok: Humas Unhas)

DPRD Makassar

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas terbesar yang dimiliki Indonesia, tetapi pemanfaatannya terutama dalam bidang kesehatan belum cukup terjamah.

Cindy Kristina Enggi – Fakultas Farmasi Unhas

Read More

PELAKITA.ID – Tim Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin kembali memperoleh prestasi membanggakan dengan meraih juara pertama tingkat nasional pada penyelenggaraan lomba riset dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). Pengumuman pemenang telah berlangsung pada Jumat (27/08).

Melalui wawancara pada Senin (30/08) bersama Cindy Kristina Enggi selaku ketua tim menjelaskan keikutsertaan tersebut didasari karena ketertarikan dalam hal penelitian terutama bidang kesehatan.

Pada saat bersamaan, muncul informasi mengenai lomba riset BPDPKS mengenai pemanfaatan kelapa sawit.

“Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas terbesar yang dimiliki Indonesia, tetapi pemanfaatannya terutama dalam bidang kesehatan belum cukup terjamah,’ kata Cindy.

“Berangkat dari hal tersebut, kami memikirkan ide untuk memanfaatkan kelapa sawit dalam bidang kesehatan. Setelah melakukan penelusuran pustaka, ternyata minyak sawit memiliki kandungan beta karoten tinggi yang sangat bermanfaat untuk kesehatan,” jelasnya.

Lebih lanjut, Cindy menambahkan pada perlombaan tersebut timnya menghadirkan inovasi berupa serbuk minuman kesehatan kombinasi dispersi padat dan floating gel in-situ dari ekstrak karotenoid minyak kelapa sawit.

Cukup dengan konsumsi sekali sehari, sediaannya dapat menghasilkan efek antioksidan dan peningkatan sistem imun tubuh.

Teknologi dispersi padat digunakan untuk meningkatkan kelarutan ekstrak beta karoten dari minyak kelapa sawit. Sedangkan, teknologi floating gel in-situ akan meningkatkan waktu tinggal obat dalam lambung guna menghindari degradasi beta karoten serta mencapai penyerapan yang optimal.

“Nantinya ketika sediaan ini dikonsumsi, maka sediaan akan membentuk gel yang menetap dan mengapung di lambung dan membantu penyerapan beta karoten. Dengan pemanfaatan teknologi tersebut, diharapkan beta karoten dapat terabsorbsi sepenuhnya didalam tubuh selama kurun waktu 24 jam, meningkatkan efek antioksidan dan meningkatkan sistem imun,” papar Cindy.

Melalui keikutsertaan tersebut, Cindy beserta tim berharap mahasiswa serta peneliti Indonesia lainnya dapat meningkatkan minatnya dalam melakukan riset kelapa sawit.

“Masih banyak hal yang bisa serta perlu diteliti dan dikembangkan untuk meningkatkan pemberdayaan perkebunan industri yang saling bersinergi dari aspek hulu hingga hilir serta mencapai industri sawit nasional yang tangguh dan berkelanjutan,” pungkasnya. (*/mir)

Related posts