Peneliti Unhas raih penghargaan L’Oreal Unesco untuk pengobatan kanker paru-paru

  • Whatsapp
Nurhasni Hasan saat memaparkan inovasi penelitiannya di depan awak media di Lantai 8 Rektorat Unhas (dok: Pelakita.ID)

DPRD Makassar

Kanker paru-paru adalah salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Cara pengobatannya tak mudah. Kemoterapi berdampak buruk bagi pasien, rambut rontok, kuku luruh. Di sisi lain, ada tanaman perdu Tambara Marica yang disebut berpotensi menjadi obat efektif.

PELAKITA.ID –  Inovasi pengobatan yang lebih praktis dan efektif menjadi tantangan bagi peneliti, mereka dituntut untuk dapat penyiapkan penangkal dan menawarkan kemudahan penanganan sesuai sumberdaya tersedia.

“Itu yang sedang kami lakukan, dan mendapat penghargaan dari panel L’Oeral Unesco 2022,” jawab Nurhasni Hasan terkait inovasi riset pengobatan berbahan tanaman lokal tambara’ marica di depan awak media atas fasilitasi Bagian Humas Unhas, Jumat, 25/11/2022.

Read More

Dr Supratman, kepala bagian Humas Unhas, menyebut, peneliti Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin, Nurhasni Hasan meraih penghargaan L’Oreal UNESCO 2022. Dia dinilai telah ikut berkontirbusi pada inovasi alternatif pengobatan bagi penderita kanker paru-paru.

Perempuan dengan nama lengkap Nurhasni Hasan, S.Si, M.Sc, M.Pharm, Ph.D, Apt itu memperoleh penghargaan pada kategori ‘L’Oreal UNESCO for Women in Science National Fellowship Awards 2022

Menurut Supratman, pencapaian itu disampaikan pada pengumuman virtual pada malam inagurasi, L’Oreal UNESCO, Kamis, 10/11. Penhargaan ini diberikan setiap tahun kepada ilmuwan wanita terkemuka pada masing-masing wilayah di Afrika, dan Negara Arab, Asia Pasifik, Eropa, Amerika Latin, hingga Karibia.

Inovasi riset Nurhasni sehingga diganjar penghargaan adalah sebuah upaya luar biasa untuk penemuan senyawa anti kanker dan formulasi sistem penghantaran obat anti-kanker dengan karakteristik smart and cancer cell-responsive system.

Mengapa kanker paru-paru

Pertimbangan mengapa Nurhasni tertarik meriset dan mencari terobosan terkait kanker paruparu ini karena merupakan penyebab kematian terbanyak di luar non-manoma kanker.

Selain itu, kanker paruparu adalah penyebab utama yang sering menjadi target metastase dari kanker lain. Menurut Nurhasni, kanker paru[aru mempunyai tingkat kematian ekstrem.

“Peringkat pertama setelah kanker kulit. Meskipun kedua setelah kanker kulit namun kanker ini akan bermetastase ke paruapru, tempat akhirnya,” ucap Nurhasni.

“Kadang penderita tidak tahu kalau kanker parunya sudah sampai stadium 4. Karena sangat cepat dan tingkat kelangsungan hidup sangat minim,” ucapnya.

Menurutnya, beberapa tantangan penanganan penyakit kanker paru di antaranya pengobatannya yang memberi dampak ikutan.

“Terbatas pengobatannya, ada kemoterapi, ada pembedahan. Ini pun memiliki kekurangan sebab kadang pasien mengalami kuku rusak, rambut rontok setelah dikemo, mual dan muntah, banyak sekali negatifnya,” ujarnya.

Sehingga, lanjut Nurhanis, perlu alternatif pengolabatan yang ramah pasien dan kalau perlu bisa ditangani sendiri alias dibawa ke rumah dan berobat sendiri. Dia juga menyebut perokok sangat berpotensi terkena kanker paruparu.

Tambara Marica

Terkait obat yang sedang disiapkannya ini adalah obat yang bekerja sebagai ‘molekul kecil’ dan diisolasi/ Ada tanaman perdu yang disebut Tambara Marica (Bahasa Makassar). “Ada senyawa dalam tanaman obat itu yang diisolasi dan dijadikan bahan obat kanker paru-paru,” ungkapnya.

Dia menyebut ada senyawa yang disebut anti-kanker, nitric oxide. Terkait pegobatan ini dia menyebut ada sistem penghantaran, jadi obat diberikan dengan sistem penghantaran yang lebih efektif.

Salah satu tantangan dari pengobatan kanker paru adalah efek obat pada sel sehat. Apa yang juga telah dilakukan Nurhasni adalah menguji dampak samping obat yang disiapkan ini yang akan diberikan dengan sistem seperti inhaler.

“Pada penelitian komprehensif yang sedang berlangsung, masih dalam tahap infitro, tapi sudah ada hasil positif siginifkan,” ujarnya.

Menurut Nurhasni upayanya ini bekerja sesuai dengan mekanisme pengobatan dimana saat terkanker paru maka sel akan berkembang secara abnormal. “Mekanisme kerja obat yang kami siapkan ini dengan membunuh sel kanker, intinya mencegah pembelahan kanker,” imbuhnya.

“Serbuknya nanti ini akan dimasukkan ke dalam alat yang seperti kayak orang asma pakai metered dose inhaler nanti pakai seperti itu. Jadi dia tidak perlu pergi ke rumah sakit untuk suntik, untuk kemo, Jadi bisa untuk penghantaran sendiri,” jelasnya.

Nurhasni menyebut tanaman seperti Tambara Marica atau Brusea javanica (Latin)., kencur, adalah contoh dua taman yang bisa dimanfaatkan pengobatan pada pencegahan dan pengobatan kanker.

Tanaman-tanaman itu yang menginspirasinya untuk dieskrak dan dicampurkan dalam obat yang sedang disiaplkan ini.

Untuk riset pengobatannya  itu dia menggunakan tanaman perdu yang banyak ditemukan di daerah pergunungan seperti Bawakaraeng atau Malino.

Pencapaian Nurhasni ini melanjutkan prestasi beberapa peneliti Famasi Unhas senelumnya seperti

Yusnita Rifai, Yulia Yustini Jabir, hingga Upik Andriani yang telah memperoleh penghargaan atas inisiatifnya melakukan riset dan temuan-temuan.

Apa yang dilakukan Nurhasni dan koleganya di Farmasi Unhas untuk menjadikan tanaman seperti kencur ini telah mendapat dukungan pendanaan dari BRIN pada riset obat kanker kulit, jadi dia tak hanya fokus kanker paru-paru.

“Hibah BRIN agak besar juga, fokus pada kanker kulit, bukan hanya kanker paruparu,” jelass alumni SMA Nergi 5 Makassar ini.

Tentang Nurhasni

Nurhasni meraih gelar master dan Ph.D di Busan National University.  Saat ini sedang antusias meneliti efektivitas inovasinya untuk membuat obat yang cocok untuk penderita kanker paru-paru dan kanker kulit.

Peneliti kelahiran Makassar tanggal 16 Januari 1986 ini merupakan alumni SMA Negeri 5 Makassar sebelum masuk fakultas Farmasi Unhas tahun 2003 dan  meraih gelar Sarjana Farmasi 2008.

Beberapa jurnal publikasinya di antaranya, Correction toTumor Penetrable Nitric Oxide-Releasing Nanoparticles Potentiate Local Antimelanoma Therapy.  Lalu, Nitric Oxide Releasing Bacterial CelluloseChitosan Crosslinked Hydrogels for the Treatment of Polymicrobial Wound Infections.

 

Penulis: K. Azis

 

Related posts