Catatan Denun | Setelah Mulawarman Bertemu Rektor Unhas

  • Whatsapp
Ki-ka, Prof Ruslin, Mulawarman dan Rektor Unhas, Prof JJ (dok: Istimewa)

“BEM itu bukan sekadar organisasi. Ia adalah laboratorium kepemimpinan dan medan latihan untuk masa depan,” kira-kira begitu nada yang kerap muncul dari ‘lobe-lobe marah’ Mulawarman di WAG Alumni Unhas.

PELAKITA.ID – Pertemuan antara Mulawarman dan Rektor Universitas Hasanuddin, Prof. Dr. Jamaluddin Jompa, pekan ini di sela-sela pelantikan Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) menyimpan pesan penting bagi hubungan antara kampus dan alumninya.

Di balik senyum dan sapaan hangat dalam foto yang beredar, tersirat optimisme baru tentang kemungkinan dialog, kritik, dan kolaborasi yang lebih sehat ke depan.

Mulawarman bukan sosok biasa. Ia adalah jurnalis kritis, alumnus Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unhas, dengan jejak panjang dalam mengamati pembangunan daerah, kepemimpinan di Sulawesi Selatan, dan dinamika sosial-politik nasional.

Di berbagai forum, terutama di grup WhatsApp alumni Unhas, ia dikenal lantang menyuarakan kritik terhadap arah dan prioritas kampus almamaternya.

Salah satu kritik tajamnya adalah ihwal absennya Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unhas yang dianggap sebagai gejala mandeknya ruang kaderisasi kepemimpinan mahasiswa.

Bagi Mulawarman, ketiadaan BEM bukan hanya soal teknis organisasi, tetapi simbol dari lemahnya komitmen kampus dalam mencetak generasi unggul, berdaya saing, dan memiliki jejaring strategis nasional.

Tanpa BEM, menurutnya, Unhas kehilangan salah satu wahana penting untuk menempa kapasitas intelektual dan keberanian moral mahasiswa.

“BEM itu bukan sekadar organisasi. Ia adalah laboratorium kepemimpinan dan medan latihan untuk masa depan,” kira-kira begitu nada yang kerap muncul dari ‘lobe-lobe marah’ Mulawarman di WAG Alumni Unhas.

Namun, hingga kini, kritik tersebut masih bergaung dalam lingkaran terbatas—belum menyentuh media arus utama atau diskursus publik yang lebih luas.

Dari sisi kampus, Rektor Prof. Jamaluddin Jompa belum pernah menanggapi secara langsung kritik Mulawarman.

Meski begitu, dalam berbagai kesempatan, ia pernah menyebut perlunya “sparring partner“—rekan dialog yang kuat dan jujur—untuk menajamkan ide dan merumuskan solusi bersama.

Ia juga kerap menekankan pentingnya alumni dalam membesarkan nama dan daya saing Unhas.

“Unhas tak bisa maju tanpa alumni,” ujar Prof. JJ dalam satu forum. Sikap ini memberi ruang tafsir bahwa kritik dari alumni, sejauh disampaikan secara konstruktif, tetap dianggap bagian dari ekosistem pengembangan Unhas.

Foto pertemuan Mulawarman dan Rektor JJ—bersama Prof. Ruslin, akademisi dan tokoh intelektual Unhas dari rumpun Kedokteran—dapat dibaca sebagai pertanda baik.

Ada harapan akan terbangunnya jembatan komunikasi antara kampus dan alumninya, bukan hanya dalam seremoni, tetapi dalam kerja nyata membangun masa depan Unhas.

Mengapa Kerja Sama Alumni dan Kampus Itu Penting?

Kemitraan antara kampus dan alumninya bukan sekadar nostalgia. Ia adalah kunci keberlanjutan dan inovasi dalam pendidikan tinggi. Alumni seperti Mulawarman membawa pengalaman lapangan, pemahaman realitas sosial, dan jejaring lintas sektor yang sangat dibutuhkan kampus untuk terus relevan dan adaptif.

Di sisi lain, kampus menawarkan ruang pemikiran, riset, dan regenerasi yang menjadi napas panjang dari perubahan.

Silaturahmi antara Rektor dan alumni kritis seperti Mulawarman bisa membuka banyak kemungkinan. Misalnya, penguatan posisi Unhas di level nasional melalui kontribusi alumni di media, kebijakan publik, atau dunia usaha.

Juga bisa mendorong pembentukan kembali ruang-ruang kaderisasi mahasiswa yang sempat mati suri, seperti BEM Unhas, sebagai bagian dari pembaruan visi institusi.

Unhas akan lebih kuat jika ia mampu menjalin sinergi dengan para alumninya. Apalagi jika alumni tersebut bersedia menjadi cermin, pengingat, sekaligus mitra aktif dalam transformasi kampus.

Dalam konteks inilah, pertemuan Mulawarman dan Rektor JJ bukan sekadar salam-salaman di acara formal. Ia adalah momentum: awal dari dialog yang lebih jujur, kritis, dan penuh kasih sayang pada almamater bersama.


___
Mid Town Cafe, Pasar Segar, 23 Juni 2025