BBrG sebagai Panggung: Diskusi Taman Memperingati Hardiknas

  • Whatsapp
BBrG menjadi lokasi pelaksanaan peringatan Hari Pendidikan Nasional 2025 (dok: Istimewa)

PELAKITA.ID – Momentum Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) kembali memikat kami untuk memperingatinya secara istimewa.

Bukankah pelopor pendidikan nasional Indonesia, Doktor Rajiman, adalah seorang intelektual Nusantara yang mengakui dirinya sebagai keturunan Karaeng Galesong?

Jika tahun lalu kami memperingatinya dengan upacara bendera, maka tahun ini kami memilih cara yang berbeda: sebuah dialog terbuka membahas sosok penting dalam dunia pendidikan dan dakwah Islam, yakni seorang tokoh penyebar tarekat yang juga pengarang beberapa kitab dalam Aksara Arab berbahasa Makassar.

Menggunakan Balla Barakka ri Galesong (BBrG) sebagai panggung, tampil memukau seorang intelektual muda, Muhammad Tasyrik Daeng Kalli, keturunan ke-7 Tuan ri Sapanjang. Ia adalah keturunan langsung dari Syekh Yusuf Tuanta Salamaka.

Tokoh utama yang menjadi topik dialog adalah Tuan ri Sapanjang, seorang ulama kharismatik yang dikenal sebagai penyebar ilmu dan agama Islam di wilayah Galesong. Gelar “Tuan ri Sapanjang” merujuk pada tempat beliau berdakwah dan dimakamkan.

Saya tidak akan mengulas panjang lebar tentang sosok beliau, melainkan ingin mencatat proses dan pelaksanaan dialog yang berlangsung dengan apresiasi tinggi.

Hal itu terbukti dari kehadiran berbagai pihak penting, seperti Kepala Dinas Pendidikan Takalar yang hadir mewakili Bupati dan membuka acara.

Lalu ada Koordinator Wilayah Pendidikan Galesong, Ketua dan Pengurus Forum Pemerhati Galesong, Ketua Pokdarwis, para kepala sekolah, tokoh agama, tokoh masyarakat, mahasiswa Poltekpar Makassar, serta masyarakat sekitar.

Partisipasi Dewan Masjid Indonesia (DMI) Galesong–Takalar sebagai pelaksana acara menunjukkan komitmen mereka dalam memajukan pendidikan dan kehidupan berbudaya di kampung kita tercinta.

Sebagai pengelola BBrG, saya menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya atas kepedulian dan kesadaran para pihak—baik dari pemerintah maupun tokoh masyarakat—yang terus berkontribusi dalam menciptakan kampung yang aman, tertib, nyaman, dan indah.

Karena ketika kampung kita tertib dan elok, maka tamu akan datang. Dan bukankah tamu adalah rezeki?

Penulis: Prof Aminuddin Salle Karaeng Patoto, founder BBrG