SOSBOFI Berbagi Inspirasi #1: Kiat Maciko, Yani Kitchen serta ide #beliditeman di tengah pandemi

  • Whatsapp
Maciko Kedai dan Cafe ditopang oleh live music (dok: istimewa)

DPRD Makassar

“Tapi jangan juga terlalu kaku. Bagaimana orang percaya usaha kuliner kita. Saya kira bagus kalau kita promosikan usaha kuliner ini dengan aksi beli ke teman‘.” Dr Ahmad Haya (Kemenristek BRIN, alumni Kelas Fisika Smansa’89 Makassar) 

 

Read More

PELAKITA.ID –  Pendapatan ‘Maciko Kedai dan Cafe’ di Kelapa Gading berkurang hingga 90 persen karena merebaknya pandemi COVID-19. Maciko sempat merugi. Jika setiap hari pengunjung mencapai 50 orang sebelum pandemi namun berangsur turun. Order online pun sepi.

Tutupkah Maciko dengan adanya pandemi? Simak hasil sharing Sesi I: SOSBOFI berbagi inspirasi pada 13 September 2020 berikut ini.

Kiat Maciko

“Kami tetap buka, sempat rugi tetapi kami masih bertahan. Pesan orderan masih ada meski masih jauh di bawah target, semoga ini bisa dilalui dan kembali membaik,” jawab owner Maciko Kecai dan Cafe, Fasma Ibrahim saat ditanya K. Azis, moderator acara.

“Dulu Kedai Maciko beroperasi dari pagi sampai malam, sangat ramai apalagi saat ada live music tapi sekarang, selama pandemi live music tidak ndak ada lagi. Jadi itu tadi, pelanggan sudah turun di bawah dari target,” ungkap Fasma, alumni kelas Biologi semasa di SMA Negeri I Makassar ini.

Maciko Kedai dan Cafe sebelum pandemi (dok: istimewa)
SOSBOFI 89 saat menikmati sajian kuliner Makassar di Maciko (dok: istimewa)

Maciko saat ini beralamat di Jl. Gading Putih Raya Utara, RT.3/RW.9, Kelapa Gading Tim, Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara. Sebelumnya eksis di Kalibata City sebelum pindah ke Kelapa Gading dua tahun lalu. Di kedai ini Fasma dan suami beserta anaknya merawat harapan mereka dari bisnis kuliner khas Makassar.

Jika ditanyakan apa yang memicu pengunjung untuk datang di Kedai Maciko sebelum dan setelah pandemi, menurut Fasma salah satunya karena adanya live music.

“Yang kasih ramai karena live music yang tampil seminggu tiga kali sekarang pengunjung masih takut. Yang takut lebih sering makan di rumah, order online. Alhamdulillah Maciko masih bertahan,” jelas Fasma.

Memboyong nama Makassar di beberapa menu andalan Maciko, kedai ini sudah dikenal publik karena sajiannya yang khas dan berbeda. “Menu kami, selain nasi goreng merah, ada mie kering, mie pangsit, nyuknyang dan ikan bandeng pallumara,” jelasnya.

Fasma menyebut bahwa nyuknyang Maciko juga banyak dipuji pelanggan. Nyuknyang dan pangsitnya mengingatkan pelanggan pada rumah makan Lagaligo di Makassar, rasa nyuknyang mengingatkan pada nyuknyang gerobak yang terkenal di Makassar.

Dia mengakui setelah merebaknya COVID-19 di bulan Maret lalu ada beberapa karyawan dirumahkan. Jadi tersisa Fasma dan juru masaknya yang merupakan ‘alumni’ rumah makan Pelangi Kelapa Gading.

Selain pengurangan karyawan, sajian Coto Senen yang terkenal di Jakarta sempat beroperasi di sudut Maciko namun kita tidak ada lagi. “Semoga bisa aktif lagi setelah COVID-19 tidak ada lagi,” katanya.

Penampakan Maciko di halaman (dok: istimewa)
Semoga pandemi segera berlalu, SOSBOFI ngumpul seperti ini lagi (dok: istimewa)

Fasma bersyukur sebab beberapa teman sekolah semasa SMA di Makassar terutama angkatan 89 SMA Negeri I Makassar kerap datang ke kedainya. “Ada beberapa orang teman Smansa, termasuk 89.”

Perlu transformasi yang benar

Sementara itu, Herry Theurubun, praktisi usaha dan konsultan, yang mendengar paparan Fasma menyebut bahwa apa yang dialami tersebut merupakan gejala umum di dunia kuliner di tengah pukulan pandemi.

“Bukan hanya kita, tetapi seluruh dunia. Oleh sebab itu, kita, pelaku usaha memang perlu bertransformasi,” katanya. Transformasi yang disebut Herry adalah seperti yang disarankan oleh chef Gun Handayani dan chef Ragil Imam Wibowo di laman Kompas.Com, tentang dampak pandemi di Amerika dan kota-kota lain di dunia. Tentang bagaimana berinovasi di tengah berkurangnya minat pengunjung ke restoran atau rumah makan.

“Di Amerika, banyak yang menutup usaha, bangkrut dan tidak ada kegiatan atau usaha yang mereka jalankan. Meperti yang Macikp alami, pasti terjadi penurunan pendapatan, apalagi usaha yang statis seperti punya restoran, tempat. Pasti mengalami dan di sinilah perlunya transformasi,” katanya.

Paparan Herry Theurubun (dok: istimewa)

Hasil penelusuran Herry, banyak usaha yang mengalami penurunan pendapatan. “Turun hingga 70-hingga 80 persen,” lanjutnya. Menurutnya, banyak pelanggan saat ini merasa khawatir sehingga harus diberi kepastian dan informasi yang jelas, dan aman.

“Transformasi itu penting sebab ada fakta bahwa sebagian besar keluarga berbelanja kebutuhan sendiri. Dengan kondisi lebih memilih jasa onlne, go food.  Kita tidak tahu, sampai kapan ini pandemi. Di sisi lain, kita juga menuntut adanya keberpihakan Pemerintah pada usaha yang terdampak,” katanya.

Meski demikian, menurut praktisi tambang dan juga menggeluti bisnis kuliner serta produk kesehatan ini, platform online dan proses delivery perlu diwaspadai juga. Bisa saja ada tahapan yang tidak steril.

“Saat kedai atau warung kehilangan pelanggan, pelanggan juga khawatir saat order online sebab bisa jadi ada bagian yang berpotensi menjadi agen virus,” ucapnya.

Terkait tu, Herry menyampaikan beberapa tips transformatif yang perlu dioptimalkan selama pandemi COVID-19 untuk unit usaha yang masih memilih bertahan.

Mie kering Maciko (dok: istimewa)

“Pertama pastikan cashflow agar tetap sehat. Kedua, layani take away delivery namun sehat, “ sarannya.

Dia juga bercerita bahwa saat melayani take away delivery ini untuk perhatikan kebersihan dan jaminan tak disentuh atau dibuka.  Dia punya pengalaman dimana saat order pizza, ada indikasi paketnya dibuka dan ditulisii ucapan selamat. “Berarti ada yang buka, saya komplain saat itu,” akunya.

Terkait bagian ini, Fasma menanggapi bahwa Maciko sudah melakukan hal yang ketat dimana paket makanan diikat oleh plastik dan hanya bisa dibuka dengan gunting. “Jadi itu hanya bisa dibuka pakai gunting. Itu upaya kami menjamin makanan sehat,” tanggap Fasma.

Hal ketiga yang disampaikan Herry adalah variasi produk, inovasi produk. Dia mencontohkan bagaimana pengganti nasi atau karbohitrat dengan papeda khas Maluku atau Papua.  Keempat, adalah biasakan memberi insentif buat pelanggan.

Jalangkore Maciko yang menggiurkan (dok: istimewa)

Rawat customer loyal

Taswin Munier, alumni Smansa 89 Makassar yang juga hadir dalam webinar seri ini menyatakan bahwa untuk menghidupkan harapan usaha kuniner di tengah pandemi maka mempromosikan ke teman-teman terdekat adalah salah satu tips efektif.

“Beli dari teman, itu mami yang menyelamatkan,” katanya. Dia juga mengingatkan tentang perlunya customer loyal dan berbagi cerita tentang betapa dahsyat kesan produk dan loyalitas pelanggan dengan mengambil contoh pembukaan rumah makan Pallubasa Serigala di Jakarta yang dibanjiri pengunjung.

“Bayangkan, tukang parkirnya saja dapat 3 juta perhari. Ini karena loyal ccustomer, ini yang harus dibangun,” imbuhnya.

Peserta sharing lainnya, Yani Wira berbagi cerita tentang inisiatifnya di tengah pandemi. “Bekerja di rumah, working from home, saya pikir waktu terlalu banyak menganggur. Makanya saya mulai usaha bubur tapi lama-lama banyak yang minta dibuarkan pangsit,” ungkap Yani yang tinggal di Jalan Pelita Makassar ini.

Lambat laun, ikhtiar Yani untuk mengembangkan usaha pangist bersambut. Dia mengirimkan pangsit ke kenalan, ke rekan sejawat di Wisma Kalla, tempatnya bekerja. “Semua saya kasih coba, hari-hari berikutnya mereka pesan untuk program Jumat Berkah,” akunya.

“Kaget juga pada saat jual pertama, mereka pesan banyak-banyak, ada yang pesan 10 porsi, ada yang pesan 60 porsi, pernah ada yang pesan 100 porsi untuk dibagi-bagi ke warga lain,” ungkapnya.

Saat ini, dengan harga satu porsi Rp20 rbu, Yani merasa mantap dan optmis dengan usahanya.

“Sekarang pesanan selalu ada, karywan banyak yang bekerja di rumah,” kata karyawati di Kalla Group yang punya label usaha Yani Kitchen: rumah_pangsiit (IG account).

Bagaimana Yani menjalankan usaha rumahan di tengah pandemi ini? Mengantar dan menjaga komunikasinya dengan pelanggan? “Selain via teman, kami promosikan di Instagram, untuk sehari-hari saya dibantu seorang perempuan yang siap jadi pangantar,” katanya.

“Saya prinsipnya, jangan-mi terlalu banyak untung, yang penting bisa hidup. makanan fresh, tidak ada bahan atau pangsit yang pernah malam,” jelas perempuan yang mengaku berbisnis kuliner online sejak 6 bulan terakhir.

Rencana Yani dan Wira (suami) untuk mengembangkan usahanya ini sudah ada. “Ada rencana untuk siapkan ruang di teras depan rumah Pelita. Akan ada kanopi,  insya allah, Smansa 89 bisa kumpul, di depan,” sambung Wira Chaniago suaminya yang juga ikut dalam webinar ini.

Menu andalan Yani Kitchen: rumah_pangsiit (dok: istimewa)

Terkait pengalaman Fasma Ibrahim bersama Maciko Kedao dan Yani Wira dengan Yani Kitchen, Dr Ahmad Haya, alumni Smansa 89 Makassar yang bekerja di Kemenristek Dikti mengapresiasi dan memberi masukan agar protokol kesehatan tapi jadi fokus.

“Tetap waspada, tidak bsia lagi dihindari COVID-19 ini, kita hanya perlu kewaspadaan. Intinya bagamaina kita memulai makan dan memperhatikan semuanya. Intinya jangan juga sebagai konsumen takut berlebihan. Jangan terlalu banyak percaya yang hal-hal atau informasi yang tidak bertanggung jawab yang tidak melalui penelitian,” sarannya.

“Tapi jangan juga terlalu kaku. Bagaimana orang percaya usaha kuliner kita. Saya kira bagus kalau kita promosikan usaha kuliner ini dengan aksi ‘beli ke teman,” ajaknya.

Herry setuju dengan gagasan #beliditeman ini sebagai salah satu solusi di tengah pandemi COVID-19.

“Saran saya tetap fokus, istiqomah, lebih konsisten, ditambah, packaging yang menarik dan promosi, ceritakan realitas, Teman adalah tempat sosial kta, bentuk market place,” tambah Herry saat diminta memberi closing statement.

Dia mengambil contoh bagaimana orang Yahudi yang banyak menjadi korban selama perang dunia pertama dan kedua namun mereka bisa keluar dari masalah dengan berinovasi.

“Mereka ciptakan hal-hal unik, sampai sekarang, mereka cerdasr-cerdas, kenapa? Karena sudah terbiasa dengan tekanan,” pungkas pria yang mengaku sedang mengemangkan produk premum Eucalyptus yang ampuh untuk menjaga kesehatan dan kebugaran di tengah pandemi COVID-19 ini.

 

 

Related posts