Kesehatan Mental pada Mahasiswa, Menjaga Keseimbangan di Tengah Tekanan Akademik dan Sosial

  • Whatsapp
Ilustrasi Pelakita.ID

Rina Aryana, mahasiswa Departemen PKIP FKM Unhas, NIM K01221068, menuliskan pandangannya tentang Kesehatan Mental pada Mahasiswa, Menjaga Keseimbangan di Tengah Tekanan Akademik dan Sosial. Mari simak.

PELAKITA.ID – Kesehatan mental merupakan aspek penting dalam kehidupan setiap individu, termasuk mahasiswa yang sedang berada dalam fase transisi dari remaja menuju dewasa.

Masa perkuliahan, yang sering disebut sebagai masa keemasan untuk pengembangan diri, ternyata juga menyimpan banyak tantangan yang dapat memengaruhi kondisi psikologis seseorang.

Mahasiswa dihadapkan pada tuntutan untuk berprestasi secara akademik, membangun relasi sosial yang sehat, mengatur waktu secara efektif, dan dalam banyak kasus, juga harus menghadapi tekanan ekonomi serta ekspektasi dari keluarga.

Jika tidak dikelola dengan baik, berbagai tekanan ini dapat memicu gangguan kesehatan mental, seperti stres berkepanjangan, kecemasan, hingga depresi.

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi mahasiswa adalah tekanan akademik. Tugas yang menumpuk, ujian beruntun, serta ekspektasi tinggi dari dosen dan orang tua sering kali menjadi sumber kecemasan.

Mahasiswa dituntut untuk tampil sempurna dan menunjukkan hasil yang memuaskan, meskipun kadang mereka belum siap secara mental maupun emosional.

Rina Aryana,, NIM K01221068

Selain itu, banyak mahasiswa yang juga bekerja paruh waktu untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, terutama bagi mereka yang merantau atau berasal dari keluarga dengan keterbatasan finansial. Kondisi ini tidak hanya menguras energi fisik, tetapi juga dapat melemahkan kesehatan mental mereka.

Adaptasi sosial juga menjadi tantangan tersendiri. Mahasiswa yang baru memasuki dunia perkuliahan harus berinteraksi dengan lingkungan baru, teman-teman baru, bahkan budaya baru jika mereka berasal dari daerah yang berbeda. Proses adaptasi ini bisa memicu rasa kesepian, rendah diri, atau kecemasan sosial.

Tidak sedikit mahasiswa yang merasa terisolasi karena tidak memiliki sistem pendukung yang kuat di lingkungan barunya. Situasi ini bisa diperparah jika mahasiswa merasa tidak memiliki tempat yang aman untuk mencurahkan isi hati atau tidak tahu harus mencari bantuan ke mana ketika merasa tertekan.

Dampak dari gangguan kesehatan mental yang tidak ditangani dengan baik bisa sangat serius. Prestasi akademik bisa menurun, mahasiswa dapat kehilangan minat terhadap kegiatan yang sebelumnya disenangi, mengalami gangguan tidur, perubahan pola makan, hingga mengalami kelelahan emosional.

Dalam beberapa kasus ekstrem, gangguan kesehatan mental juga dapat memicu pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau bahkan bunuh diri. Oleh karena itu, penting bagi mahasiswa dan lingkungan sekitarnya untuk lebih sadar dan peduli terhadap pentingnya menjaga kesehatan mental.

Untuk mengatasi masalah ini, ada beberapa langkah yang bisa diambil oleh mahasiswa. Salah satunya adalah dengan membangun jaringan dukungan sosial yang kuat. Berbicara dengan teman dekat, keluarga, atau dosen pembimbing tentang masalah yang dihadapi bisa menjadi cara efektif untuk mengurangi beban pikiran.

Selain itu, mengatur waktu dengan bijak dan memberi ruang untuk beristirahat sangat penting agar tidak mudah kelelahan secara fisik maupun mental. Menerapkan gaya hidup sehat seperti tidur cukup, makan makanan bergizi, dan berolahraga secara rutin juga dapat membantu menjaga kestabilan emosi.

Di sisi lain, kampus sebagai institusi pendidikan juga memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan mental mahasiswa.

Penyediaan layanan konseling, pelatihan manajemen stres, serta ruang diskusi terbuka mengenai isu kesehatan mental harus menjadi bagian dari sistem pendukung yang tersedia di perguruan tinggi.

Dengan begitu, mahasiswa tidak merasa sendirian dalam menghadapi tekanan yang mereka alami, dan mereka tahu bahwa meminta bantuan bukanlah tanda kelemahan, melainkan bentuk kepedulian terhadap diri sendiri.

Kesimpulannya, menjaga kesehatan mental mahasiswa adalah tanggung jawab bersama, baik dari individu itu sendiri, lingkungan sekitar, maupun institusi pendidikan.

Mahasiswa harus didorong untuk mengenali dan memahami kondisi emosionalnya, serta tidak ragu mencari bantuan ketika merasa kewalahan. Dengan menciptakan budaya kampus yang terbuka dan mendukung, diharapkan mahasiswa dapat tumbuh menjadi pribadi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga tangguh secara mental.