PELAKITA.ID – Pernah mendengar atau mengalami derap organisasi Yayasan yang bertabur konflik? Atau sesama pendiri Yayasan yang saling gugat di pengadilan? Penulis pernah dan belakangan ini sudah jamak terjadi.
Bagaimana semestinya Yayasan berjalan agar bisa bertahan lama? Langgeng dan semua senang tanpa saling serang?
Penulis mendapat beberapa jawaban kunci dari simpatisan Yayasan Pembina Rohani Islam (YPRI) Sorowako.
YPRI Sorowako adalah salah satu Yayasan tertua di Luwu Timur bahkan di Sulawesi Selatan dan sampai sekarang masih eksis dan terus menerus menebarkan inspirasi dan manfaat bagi kehdiupan yang Islami dan disegani banyak kalangan.
YPRI eksis sejak tahun 80-an, didirikan oleh masyarakat dan karyawan di lingkungan perusahaan tambang nikel PT. Inco Sorowako., sekarang bernama PT Vale Indonesia Tbk.
Informasi itu diperoleh penulis saat silaturahmi dan tarwih berjamaan di Al Hijrah, Vila Danau Matano, Desa Sorowako, Kecamatan Nuha.
***
Pelakita.ID berbagi cerita dengan tiga warga, mereka Talib, Mahmuddin dan Eko, setelah salat tarwih berjamaah, 12 April 2022. Hadir pula Mas Endra dan Ardian, kolega dari PT Vale.
Ada beberapa informasi dan inspirasi yang kayak dibagikan ke pembaca sekalian.
Pertama, YPRI menjadi simbol perjuangan hidup umat islam di lingkar daerah tambang seperti Sorowako.
Keberadaan YPRI nampak terhormat dan kokoh di tengah kian menjamurnya organisasi keagamaan stukturalis dan top down. Pada YPRI, semua organsasi agama seperti Wahdah hingga Muhammadiyah respek dan taat pada aaturan YPRI yang independen dan bisa mengayomi semua organisasi keagamaan.
“Di YPRI, itu yang unik, Wahdah, Muhammadiyah, kan kepengurusannya sampai pusat, begitu masuk di Sorowako, maka YPRI yang akan memayungi semua kepentingan keagamaan Islami,” kata Talib, salah seorang pengurus masjid tersebut.
Disebut bahwa YPRI bisa diterima semua kalangan karena tdalam praktiknya idak berpolitik atau hanya mengutamakan kepentingan tertentu.
“Kita tetap ada anggaran rumah tangga tapi yang penting adalah selalu ada panutan, yang memastikan untuk tetap merawat, menjalin silaturahmi. istilahnya kkarena kesamaan visi,” kata Mahmuddin.
Menurutnya, karena YPRI banyak ditopang oleh karyawan PT Vale maka kepengurusan mengadopsi prinsip-prinsip keadilan, keterbukaan.
“Jika ada yang berbuat curang, pasti bisa bermasalah di tempat kerja. Latar belakang ikta sama. Di YPRI, orang tidak mencari keuntungan, hanya betul-betul agama, kebersamaan, slilaturahmi, pengurusnya adalah karyawan,” ucap Mahmuddin.
Secara berseloroh mereka bilang “kita tidak minta uang di PT Vale, kita hanya minta dibiayai, butuh ini, itu dipenuhi semua,” katanya. Maksudnya ada komunikasi dan prioritas kebutuhan yang jelas dan bisa dipertanggungjawabkan.
Kedua, memulai dari hal-hall kecil dan dirawat. Mereka menyebut bahwa sejak berdiri, ada ketentuan seperti pemotongan gaji karyawan yang masuk ke kas YPRI.
“Dari tahun ke tahun, bertambah nilainya, dari 10 ribu, lalu diperbaharui, banyak yang sampai tak tahu sudah berapa yang terkumpul dari pemotongan itu, dan pengurus harus mengingatkan peruntukannya,” tambah Eko.
Ketiga, YPRI tegas tak terpolitisasi. Mereka menyebut pernah dan ada juga anggota YPRI yang berafiliasi ke partai politik tetapi mereka secara perlahan menarik diri dari YPRI atau dengan kata lain tak mencampurbaurkan antara politik dan prinsip Yayasan yang mengayomi semua.
“Yang sudah masuk partai politik itu harus legowo, akhirnya dia akan secara perlahan paham atau mengerti sendiri bahwa YPRI tak berorientasi politik,” tambah Eko.
Dari perjalanan YPRI, jelas sekali bahwa setiap periode selalu saja ada tokoh panutana yang bisa menjaga marwah atau norma organisasi.
“Memang juga harus ada yang dituakan, tokoh yang bisa jadi panutan. Setiap periode ada tokohnya, yang sudah terbangun adalah kultur organisasi yang baik dan sehat,” imbu Eko.
Keempat, YPRI melalui KKM simbol funsgi dan partisipasi otomatis. Yang disebut dengan partisipasi otomatis adalah dengan keberadaan YPRI dan melalui Keluarga Kerukunan Muslim atau KKM yang juumlah mencapai 17 unit, beban-beban sosial bisa dikurangi.
“Kalau ada orang meninggal, di sini, misalnya di Nuha atau di Kecamatan Wasupondo, orang rumah tidak tahu menahu, tiba-tiba tenda sudah berdiir, sudah ada yang siap memandikan jenazah, siapa menggali kubur, semua sudah ttersedia, tidak perlu mereka lagi karena memang sudah ada yang kerja otomatis, tanpa komnda,” terang Eko.
Kelima, dinamika organisasi juga tinggi. Mereka menyadari bahwa unit-unit kegiatan yang dibangun sejak lama, pada ruang dan waktu mengalami tantangan dan perlu modifikasi. Ada juga unit kegiatan yang tak lagi aktif tetapi melebur ke usaha lain.
Keenam, regenerasi kepengurusan. Di dalam masjid, penulis menulis mengamati bagaimana pengurus nampak bermain dengan sekumpulan anak-anak yang mereka sebut upaya membangun komunikasi dan bimbingan untuk anak-anak muda.
Ini sudah rutin dilakukan dan dimaksudkan untuk membangun kekuatan mental, daya juang Islami dan kerjasama generasi muda Islam. Bersama YPRI, masjid bagi mereka adalah ruang belajar dan bisa digunakan oleh anak-anak sekalipun.
Saat ini untuk menggiatkan kegiatan pengurus, menggerakkan partisipasi umat atau jamaah, donasi dan penggalangan infaq tetap melibatkan gaji karyawan. Jumlah beragam untuk infaq, dari seribu rupiah dan di atasnya.
Ketujuh, pentingnya Dana Abadi. Dana karyawan dari PT Vale ini adalah ‘Dana Abadi’ untuk YPRI yang memang bekerja untuk kepentingan umat. Secara kelembagaan, YPRI diperkuat oleh organisasi KKM di bawahnya, jumlahnya saat ini mencapai 17 unit.
Mereka memanfaatkan semua potensi umat Islam seperti zakat, infaq.
“YPRI adalah mesin dakwah, sementara KKM, Kerukunan Keluarga Muslim, termasuk bagaimana mereka menjalankan misalnya ibadah kurban, merekalah yang bekerja mengkoordinasikan dan membagikan hewan kurban hingga Wasuponda dan Malili, jumlahnya sampai ratusan ekor,” terang Eko.
Kedelapan, sinergi antara YPRI dan FKUB adalah jaminan soliditas. YPRI intensif menjalankan fungsi dan peran Yayasan dengan tetap membangun komunikasi dan kerjasama Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB).
“Yang berkaitan dengan bantuan untuk umat Islam, saat ini YPRI memagang peran penting dalam membangun komunikasi misalnya dengan PT Vale. Kalau mau dapat bantuan harus lewat YPRI, ini besar sekali perannya,” ucap Eko.
Menurutnya, untuk llintas agama, sebagai peran FKUB, maka FKUB akan meminta YPRI untuk mendistribusikan ke unit-unit kerja YPRI, hingga KKM, untuk umat beragama lain, lain lagi pendistribusiannya.
“Intinya, harus dapat rekomendasi dari YPRI. Semua akan bisa termoniitor, juga supaya tidak terlalu banyak yang di-icross check,” pungkas Eko.
Penulis: K. Azis ! Founder Pelakita.ID