Catatan Denun: Chit-chat bareng Adnan Purichta Ichsan

  • Whatsapp
Penulis bersama Adnan Purichta Ichsan (dok: istimewa)

DPRD Makassar

PELAKITA.ID – Adnan, pria yang baru saja terpilih jadi Bupati Gowa setelah mengungguli kotak kosong itu datang lebih awal dari rencana chit-chat pukul 16.30 Wita Sabtu, 20/2/2021 sebelum disusul sahabat lain, sebutlah Abdul Rahman ‘Boge’ Farisi (ARF), Yarifai ‘Petta Fai’ Mappeati hingga Dr Muhammad Junaid (Dosen Pertanian Unhas).

Boge’ adalah aktor di balik pertemuan instan ini.

Read More

Adnan, pemuda yang akan berulang tahun ke-35 tanggal 9 Maret 2021 ini menyungging senyum saat diberi selamat karena telah memenangkan Pilkada Gowa dengan partisipasi pemilih mencapai 70 persen meski yang dilawan hanya kotak kosong. Kemenangan yang disebutnya sangat berbeda setting-nya dengan kemenangan kotak kosong di Makassar dua tahun lalu.

“Tadi ada dua orang warga yang mengadu karena izin usahanya ditahan, ditahan karena pengelolaan limbahnya,” katanya saat memulai obrolan.

Mengenakan kaos hitam, sepatu kets, celana ‘army look’, Adnan terlihat kece dan millenials. Sesekali dia rapikan rambut belah sampingnya, meneteskan serupa minyak kayu putih di tisu dan menempelkan ke lapisan maskernya. Dia pesan waffle, sementara yang lain nasi goreng.

Tak nampak bahwa dia adalah pemimpin penduduk sekabupaten yang mendekati angka 800 ribu jiwa, atau daerah seluas 1 883 kilometer persegi.

Perbincangan mengalir. Matanya selalu fokus pada mata teman bicara. Tak ada potongan, tak ada guntingan obrolan. Saya tulis ini sebab saya seringkali bertemu beberapa pemimpin selevel dia tapi sewenang memotong obrolan lawan bicara. Adnan nampak takzim.

Dia nampak sumringah saat bercerita progres pembangunan Bendungan Karalloe di Kecamatan Tompobulu dan Biringbulu Kabupaten Gowa.

Menurut cerita, capaian pembangunan bendungan sudah hampir 90 persen dan akan diresmikan tahun ini. Anggaran pembangunannya mencapai Rp1,2 triliun.

Tentang Karalloe, Adnan menyebut tidak mudah. Dia bahkan sempat menutup telepon seseorang yang mengaku Menteri Basuki. Hal yang disebutnya tidak biasa, bagaimana seorang Menteri langsung menelpon tanpa sekretaris atau asisten.

“Saya tutup telpon Pak Menteri saat itu,” katanya sembari melepaskan senyum.

“Tapi memang yang menelpon itu Menteri Basuki,” katanya. Itu terkait harapan Pemerintah Pusat untuk menyegerakan penuntasan bendungan Karalloe yang sudah terlunta bertahun-tahun.

Adnan dianggap berhasil memfasilitasi ‘win-win solution’ untuk bendungan Karalloe tidak lama setelah menjabat Bupati Gowa tahun 2015.

Konflik lahan, penolakan sebagian warga dan sengketa kepemilikan lahan sempat membumbui proses awal pengerjaan bendungan ini.

“Iya, itu tidak lama setelah saya dilantik. Dapat telpon dari Menteri Basuki terkait Karalloe,” kenangnya.

“Tapi semua selesai setelah koordinasi dengan Forkominda. Kita pun juga tegas. Kita merujuk undang-undang dan kalau ada yang menghalangi jelas tindakan hukumnya,” katanya.

Hasilnya, konflik bisa ditangani, menurut informasi jelang akhir tahun ini, bendungan Karalloe akan siap untuk diresmikan Presiden Jokowi.

“Karena sukses itu, pemintaan kita untuk mendapat alokasi anggaran perbaikan jalan Poros Malino dan Poros Bantonompo dsetujui Menteri PU PR,” ungkap pria yang pernah menjabat anggota DPRD Sulawesi Selatan dua periode ini.

Adnan mengaku mempunyai banyak cerita terkait pengalamannya menjadi Bupati di periode pertamanya itu.

Salah satunya ujian kepemimpinan saat harus membereskan, merapikan, melempangkan persiapan pembangunan bendungan Karalloe. Bagaimana dia berkoordinasi, membangun komunikasi dengan Pemerintah Pusat (Menteri Basuki) hingga penyelesaian konflik lahan.

Pada periode pertama itu pula dia bisa bisa membaca bagaimana semestinya relasi dibangun dengan pemerintah provinsi Sulsel, pemimpin kabupaten-kota lain mengingat Gowa adalah wilayah yang luas dan berbatasan dengan Makassar.

“Banyak yang tidak tahu kalau daerah seperti Nipa-Nipa di sekitar Antang itu 60 persen masuk ke dalam wilayah Gowa,” ucapnya.

Adnan cerita ini terkait posisinya dalam menjalin kerjasama dengan Pemkot Makassar terkait pasokan air bersih, tata kelola sampah, hingga dengan Pemerintah Jeneponto terkait bendungan Karalloe.

Kerjasama lintas kabupaten-kota menurut Adnan sangat perlu, apalagi isu-isu pembangunan daerah semakin kompleks.

“Ada sekitar 40 persen warga Gowa bekerja di Kota Makassar, ini realitas kami,” ucapnya. Dia bicara ini terkait PAD dan layanan Pemda Gowa untuk warga yang lebih banyak membelanjakan uangnya di Kota Makassar.

“Isu penanganan sampah misalnya, kita ini sempat berkeras juga tentang pola kerjasama terkait pengolahaan sampah, tentang posisi TPA dan apa yang kita dapat setelah prosessing sampah itu,” katanya.

Poinnya, Adnan tidak mau Gowa hanya jadi lokasi akhir pembuangan sampah sementara nilai ekonominya diambil daerah lain.

Dia juga bercerita tentang harapannya menjadikan Malino sebagai Kebun Raya atau menjadikan Malino sebagai pusat destinasi wisata unggulan.

“Termasuk ide membuat museum sejarah Gowa di Malino. Malino ini tempat bersejarah, beberapa kali menjadi lokasi pertemuan bersejarah,” imbuhnya.

Dia tidak menampik bahwa ini berkaitan dengan dukungan Pemerintah Provinsi. Adnan sadar bahwa hingga saat ini ada beberapa hal yang disangkutpautkan dengan kemepimpinannya di Gowa dengan isu-isu yang sebenarnya bukan kontaks-nya atau bukan wewenangnya seperti isu tambang, isu deforetasi (kehutanan) hingga bencana alam seperti banjir.

“Kewenangan kita sudah terbatas, urusan kehutanan hingga pertambangan bukan bagian kita,” katanya.

Saat ditanya apa yang menjadi fokus program tahun ini selain melanjutkan program-program multiyears seperti RS Kallongtala, pelebaran jalan atau Stadion Kalegowa, Adnan menyebut sedang menyiapkan Konsep Pengembangan dan Intergrasi Peternakan Sapi Perah ala Cimory.

Di mata Adnan apa yang dijalankan di Cimory, satu perusahaan susu terkemuka di Indonesia sangat inspiratif dimana ada pemilik perusahaan yang ingin berbagi rezeki kepada peternak sapi dengan pembagian hasil usaha yang adil.

Menurutnya, pendekatan Cimory telah berkembang pesat, dapat menghasilkan susu sekaligus penyedia daging dan peternaknya diberdayakan. Tak hanya penyedia susu, Cimory ini menjadi penghasil aneka makanan dan minuman terbesar di Indonesia.

“Konsep Cimory ini memberi harga pantas ke peternak,” imbuhnya.

Konsep Cimory yang diidamkan Adnan adalah bagaimana areal di Gowa nan luas bisa menjadi produsen sapi penghasil susu, termasuk penghasil daging. Di Cimory, yogurt dan susu segar dihasilkan.

Cimory dibesut oleh pria bernama Bambang Susantio. Dia memulai bisnis olahan susunya berskala kecil bernama Cisarua Mountain Dairy (Cimory). Belakangan ini kian besar dan telah berdiri pabrik susu dengan bekerjasama KPS atau Koperasi Produsen Susu, Giri Tani.

“Ke depan kita ingin seperti itu juga. Ini cocok dengan Gowa, terutama daerah ketinggian,” ujarnya.

Selain itu, Adnan juga antusias bicara Malino sebagai destinasi wisata. “Misi pembangunan kita ke depan adalah pengembangan pariwisata, kalau ke laut kita hanya punya pantai 800 meter di Bontonompo ke barat,” ucapnya. Bicara laut ini, Adnan lalu menyebut bagaimana Barombong bisa lepas padahal dulunya adalah bagian dari Gowa.

Kembali ke ide Cimory.

Terkait gagasan Cimory ini, Yarifai Mappeati memberi masukan untuk tidak melupakan persiapan dan pelibatan sosial.

Menurutnya, model plasma-inti sangat bagus hanya saja perlu dipastikan partisipasi masyarakat, seperti peternak untuk betul-betul menjadi bagian ‘inti’. Pendekatan bisnis tidak bisa menempatkan masyarakat sebagai pelengkap tetapi penerima manfaat utama.

Adnan optimis, kerjasama Pemda Gowa dengan Cimory ini akan memenuhi kebutuhan susu yang dapat dipasok ke pasar wisata di Malino.  Konsep seperti ini melingkupi lahan untuk kandang, fasilitas dan pemerahan serta untuk pakan ternak termasuk lahan untuk pembangunan kafe dan restoran.

Dua lokasi yang sudah disasar Pemda adalah di Kecamatan Tinggimoncong dan Tombolopao.

“Salah satunya pada lahan bekas pabrik markisa di Kecamatan Tombolopao,” sebutnya.

Selain mendalami strategi – sesuai saran peserta chit-chat – untuk Cimory, selama hampir tiga jam mengobrol, ada beberapa isu menarik kontemporer yang diobrolkan dan dipantik untuk memperoleh pandangan Adnan, ada yang dijawab ada yang ‘bounch back’.

Tentang masa depan masjid 99 Kubah di CPI, tentang tantangan penggundulan di sepanjang sempadan Jeneberang, tentang tambang pasir, tentang tawaran menjadi ketua DPD Parpol, tentang kiatnya meningkatkan PAD Gowa hingga mendekati setengah triliun pada tahun lalu, tentang relasinya dengan pejabat di Pemerintah Provinsi, tentang RPH Tamarunang yang akan dimodernisasi.

Seperti apa pandangan Adnan untuk hal-hal tersebut?

Untuk sementara hanya Tuhan dan peserta chit-chat yang tahu. Bagaimanapun, semoga hal-hal tersebut semakin mematangkan, mengasah dan melanggengkan leadership-nya sebagai salah satu dari sekian the rising star dari timur, untuk Gowa, Sulsel dan Indonesia.

Penulis: K. Azis Daeng Nuntung | Tamarunang, 22/2/2021

Related posts