Kolom Mulyadi Opu Andi Tadampali: Pesan Kebajikan Thales

  • Whatsapp
Mulyadi Opu Andi Tadampali (dok: Istimewa)

DPRD Makassar

PELAKITA.ID – Ada satu nama besar sebelum era Socrates, yang mungkin para pembaca bisa telusuri.

Orang itu bernama Thales. Ia seorang filsuf awal yang juga ahli geometri, dan tercatat sebagai manusia pertama yang menggunakan sains dalam meramal gerhana matahari secara akurat.

Read More

Sebagai seorang filsuf dan ahli geometri, Thales memilih hidup dalam kesederhanaan ketimbang mengikuti kehendak zamannya yang memuja materi.

Di era Thales, masyarakat di sekitarnya tak menghargainya meski dengan moralitas yang sangat tinggi dan sains yang masih langka.

Orang hanya bisa dihargai kalau ia kaya raya, dan Thales dihina karena ia tak memiliki itu.

Thales hidup dalam kesederhanaan, yang saat itu kurang lebih sama dengan orang miskin.

Thales awalnya tidak terusik dengan hinaan masyarakat. Namun dengan maksud mendidik masyarakatnya, Thales dengan ilmunya yang mumpuni lalu menunjukkan kepada masyarakat yang menghinanya pada kemampuannya bisa menjadi orang kaya raya.

Tak butuh waktu lama, hanya selepas musim kemarau yang diramalkannya, Thales menjadi seorang kaya raya dari monopoli bisnis minyak zaitun.

Apakah Thales tergoda untuk hidup dalam kemewahan? Tidak!!.

Thales hanya sebatas ingin membuktikan bahwa seorang filsuf yang juga ilmuan memiliki kemampuan menjadi kaya raya, dan ia bisa tunjukkan kemampuan itu.

Setelah berhasil menunjukkan kekayaan berlimpah di tangannya, Thales lalu meninggalkan kekayaannya itu sambil berkata, “bukan ini tujuan hidup saya”.

Dalam konteks norma moral, kesederhanaan hidup yang diplih oleh Thales merupakan bagian dari kebajikan (virtue).

 

Related posts