Catatan setelah melihat ‘orasi DP’ menyorot alumni dan kekuatan Sulsel

  • Whatsapp
Suasana 'orasi DP' pada rapat perdana pengurus IKA Wilayah Unhas (dok: istimewa)

DPRD Makassar

Menyaksikan posisi berdiri Danny Pomanto, ketua IKA Unhas Wilayah Sulawesi Selatan adalah kesan kuat bahwa organisasi alumni memang harus dikelola secara terbuka, setara dan akuntabel.

 

Read More

PELAKITA.ID – Penulis mengomentari berita terkait rapat pengurus IKA Unhas Wilayah Sulawesi Selatan yang digelar di kediaman ketua IKA Wilayah Sulsel M. Ramdhan Danny Pomanto di Jalan Amirullah melalui WAG Pengurus IKA Unhas Wilayah.

“Kenapa tak menyebutkan visi-misi ketua IKA Wilayah agar IKA Kabupaten-Kota bisa merujuk dan mengambil posisi sesuai karakteristik daerahnya?”

Saya mendapat jawaban hangat dari dua kawan saya, Ema Husain dan Iqbal, “Nantipi saat pelantikan.”

Meski saya bertanya, saya mengapresiasi paparan DP terkait apa yang mesti dilakukan ke depan.

Penekananya pada pendekatan wilayah tidak semata secara administrasi tetapi potensi atau kekhasan, atau keunggulan daerah dimana IKA Wilayah bekerja.

Hal itu  implisit menantang IKA kapuaten-kota untuk kreatif, proaktif dan tak melihat IKA Unhas sebagai ‘business as usual’.

Dua pesan yang saya garis bawahi saat DP ‘orasi’ di depan pengurus IKA Wilayah Sulsel.

Pertama, memanfaatkan pengetahuan dan keilmuan alumni, bahwa kekuatan alumni bukan pada individu  yang cerdas namun pada kekompakan jejaring alumni.

Jelas sekali DP sadar bahwa penggalangan, pelibatan dan ‘pemanfaatan’ alumni menjadi sangat penting.  Tetapi bagaimana membuatnya berjalan? Efektif dan siapa memainkan peran apa? Kampus? IKA, atau siapa?

Kedua, berkolaborasi merawat inisiatif untuk Susel yang tersebar pada enam wilayah Sulsel.

Apa saja keenam itu? Selat Makassar initiative, Laut Selatan, Teluk Bone, Lompobattang, Bulusaraun dan Latimojong Initiative.  Menyebut Selat Makassar saja sudah ‘gue banget’ apalagi menyebut Teluk Bone hingga pemuncak Latimojong.

Apa yang disampaikan DP itu, hemat saya sangat relevan dengan trend pembangunan daerah saat ini yang tak lagi menomorsatukan pendekatan administratif tetapi pendekatan kewilayahan.

Persoalan-persoalan daerah, atau sebut saja kampung kerap muncul karena otrioritas perencana atau pengambil kebijakan daerah sangat kedaerahan, sepihak cenderung sectarian atau partisan.

Mereka mengabaikan komunikasi etis, tak mengadopsi koordinasi setara dan konsolidasi yang sombere berbasis kewilayahan. Danny menyebut memanfaatkan alumni adalah peringatan untuk siapapun yang mengaku leader – termasuk dirinya – pada skala yang lebih luas.

Meski begitu, pesan artikel ini adalah bagaimana cara efektif agar strategi yang disebutkan pemimpin seperti DP ini bisa berjalan di organisasi sekompleks IKA Unhas – meski banyak alumni selalu bertameng diksi riang gembira tapi kita tak boleh menampik kompetisi menjadi pemimpin efektif dan berdaya guna di bawah panji-panji Unhas itu itu adalah niscaya.

Saya kira, yang kita hadapi dulu, kini dan mungkin nanti adalah organisasi alumni seperti IKA yang tak maksimal dalam menarik atensi dan dukungan alumni.

Banyak alumni yang skeptis, tak percaya dan hanya menganggap IKA-IKAan itu hanya hura-hura dan layu sebelum berkembang.

“Saya pernah ikut bantu Mubes tetapi setelah itu apes, saya pernah donasi, tetapi setelah itu tak ada hasil.” Apa yang bisa dilakukan jika demikian adanya?

Strategi memaksimalkan peran alumni

Pertama, pastikan di awal bahwa Unhas sebagai kampus harus ikut bertanggung jawab pada alumni.

Unhas perlu mengeluarkan uang untuk juga dapat menghasilkan uang seperti dana yang mengalir dari alumni itu.  Kalau uang sudah ada, ajak alumni untuk bicarakan bagaimana uang itu digunakan.

Sudahkah Unhas mengajak alumni membicarakan program kerja bersama?

Dorong keterlibatan alumni lebih awal. Kampus bisa menghidupkan ini dengan bersama-sama memperkuat fondasi hubungan mereka dengan universitas, dibangun jauh sebelum mereka menjadi alumni.

Ini bisa dibenahi dengan memberi ruang IKA Unhas hadir di kegiatan-kegiatan kampus. Mengajak alumni jadi ‘dosen’, bikin pelatihan bersama alumni dan mahasiswa adalah contoh sederhana dan penting.

Kedua, adopsi pola komunikasi dan pendampingan yang konsisten

Pendekatan berkelanjutan antara kampus dan alumni diperlukan untuk kesuksesan jangka panjang sebagaimana disampaikan DP di atas, karena keterlibatan alumni tidak akan terjadi seperti membalik telapak tangan.

Sudahkah Unhas mengajak alumni merancang strategi pemberdayaan mutualistik? Sudahkah Unhas mengajak IKA Unhas untuk memonitor alumni? Sepak terjang atau kiprah alumni?

Sudahkah Unhas melaksanakan baik dalam jangka pendek maupun panjang untuk menunjukkan komitmen insititusi melalui pengembangan kapasitas dan kerjasama?

Ketiga, Unhas harus berinvestasi pada alumni

Fasilitas kampus harusnya memudahkan penjangkauan alumni, mencakup penawaran dukungan profesional, capacity building, seperti acara jejaring profesional dan layanan karir yang dipandu kampus atau sebaliknya dengan IKA Unhas.

Konsep Institut Bisnis dan Profesi yang digadang  PP IKA Unhas beberapa waktu lalu apakah terterima Unhas? Sungguhkah ada yang missed di situ? Semoga ini bisa menjadi langkah awal yang baik.

Unhas dan IKA Unhas bisa bahu membahu menciptkan atau mengejar peluang dan memperbanyak alumni melanjutkan pendidikan, dan penggunaan fasilitas kampus untuk kerja-kerja sosial dan lingkungan.

Unhas, khususnya, harus terdepan dalam mendorong rekatnya alumni melalui reuni, pembuatan direktori, dan adopsi teknologi berjejaring.

IKA Unhas pun bisa ikut andil dalam mendorong vokasi atau training pendidikan berkelanjutan di bidang karir lulusan atau memberikan kesempatan belajar umum lainnya termasuk acara dan seminar, konferensi dan lain sebagainya.

Sudah berapa kegiatan seminar, lokakarya, konferensi yang digagas IKA Unhas sejauh ini?

Keempat, menghidupkan komunikasi dan umpan balik alumni-kampus

Komunikasi yang terbuka, adil, tak memandang kelas harusnya menjadi ciri organisasi alumni sebab ini dunia yang majemuk, berbeda fakultas atau jurusan. Kampus termasuk IKA Unhas harus mempertahankan jalur komunikasi yang selalu terbuka.

Menyaksikan DP di IKA Wilayah Unhas Sulsel dengan ruang rapat U style atau theatre style itu saya kira bisa dilihat sebagai  hal menarik dan harus dibiasakan dalam menghidupkan komunikasi pengurus, anggota, Unhas, dan IKA.

Kelima, kurangi permintaan dana alumni secara langsung

Ini pesan untuk kampus sebesar Unhas; penjangkauan alumni tidak boleh hanya terfokus pada donasi. Sementara kontribusi keuangan pada akhirnya adalah hasil yang dicari universitas, ini bukan satu-satunya komunikasi yang diterima alumni.

Fokuslah pada memberi, dan kontribusi keuangan pada masa yang akan datang, ini harus pula menjadi domain kampus asal.

Keenam, gelar program yang menarik dan happy

Alumni Unhas datang dari berbagai latar belakang, usia pun beda-beda, keyakinan, lokasi, dan latar belakang bisa sangat bervariasi dan ini hanya bisa dengan menawarkan program menarik dan bikin happy. Alumni tersegmentasi sehingga kampus dalam mendesain kerjasama dengan alumni, atau IKA Unhas dalam mendesain program harus tepat sasaran.

Pesan untuk usia 50 plus tentu berbeda dengan pesan alumni baru. Bentuk donasi atau suimbangan alumni, atau pun donasi kampus untuk alumni adalah dua hal yang harus difasilitasi dengan baik dan melihat karakterstik perbedaan dimaksud.

Yang pasti, sesuai dengan semangatnya, semua konten harus menarik dan menghibur, yang sulit dilakukan adalah jika semua alumni diperlakukan sama.

Ketujuh, pertahankan basis data terkini termasuk afiliasi dan profesi alumni

Penjangkauan alumni yang efektif tidak mungkin dilakukan tanpa database informasi alumni yang up to date.

Hal itu bertujuan untuk mendapatkan informasi kontak dari mahasiswa sebelum mereka lulus dan kemudian secara teratur meminta pembaruan jika memungkinkan (misalnya, melalui email atau di acara alumni).

Buat perkenalan di antara alumni yang tertarik. Bangun dan mediasi kedekatan angara alumni yang punya interest sama, profesi, afiliasi atau bahkan yang berbeda sekalipun. Ini sangat penting, melakukan perkenalan antar alumni.

 

Penulis: K. Azis

Related posts