Kabar DBuN III PT SMI: Setelah aksi tanam mangrove, kini replantasi terumbu karang

  • Whatsapp
Rangka spider untuk konservasi karang siap dibawa ke lokasi transolantasi (dok: istimewa)

DPRD Makassar

PELAKITA.ID –  Hasil kajian tim Bina Swadaya Konsultan dan tim FKIP Universitas Halu Uleo Kendari tahun 2021 menunjukkan adanya degradasi  kualitas dan luasan mangrove dan terumbu karang di pesisir Soropia, terutama di laut Leppe, Mekar dan Bajo Indah.

Ada beberapa penyebab di antaranya, sedimentasi yang hebat, buangan limbah rumah tangga dan aktivitas perikanan, hingga kegiatan perikanan merusak atau destructive fishing.

Di sisi lain,  masyarakat yang berdomisili di sepanjang pesisir tersebut juga membutuhkan ekosistem yang sehat untuk beragam kegiatan perikanan seperti keramba, pemancingan ikan dan alternatif pariwisata bahari seperti snorkeling, diving.

Read More

Situasi  tersebut mendapat respon posiitif dari PT Sarana Multi Infrastruktur, SMI (Persero) untuk memfasilitasi melalui  skema program pemberdayaan dan konservasi lingkungan di sekitar lokasi pembangunan jalan ring road Kendari –Toronipa, atau disebut  Desa Bakti Untuk Negeri, DBuN III.

Infografis DBuN III

Sejauh ini, PT SMI melalui program tanggung jawab sosial perusahaan telah mengadopsi creating shared value (CSV) dan selaras dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) yang mencakup aspek sosial, ekonomi dan lingkungan.

Salah satu contoh Program CSR yang sudah mengadopsi CSV adalah program Desa Bakti untuk Negeri (DBUN) II di wilayah Ekspolasi Panas Bumi di Desa Wae Sano, Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT). Kegiatan tersebut untuk mengimplementasikan ESS (Environmental and Social Safeguards).

Skema yang diusung di pesisir Soropia atau di desa-desa Poros Kendari – Toronipa masuk sebagai skema DBuN III.

Untuk kawasan ini, fokus pada pemberdayaan masyarakat, pemulihan lingkungan dan pengelolaan sumberdaya perikanan. Khusus untuk pengelolaan mangrove, pun telah ada kelompoknya.

“Saat ini telah telah ada pedampingan atau fasilitasi pembentukan dan penguatan kelompok, telah ada kelompok pengelola terumbu karang ,” jelas Eko Apriantono, dari Bina Swadaya, pendamping program  di ketiga desa tersebut.

“Untuk pengelolaan mangrove juga telah ada kelompok pengelolanya, di Desa Leppe dan Tapulaga, Pembentukan kelompok ini merupakan upaya untuk memastikan keberlanjutan pengelolaan sumber daya vital dan ekonomis seperti mangrove dan terumbu karang itu,” ucap Eko.

Secara spesifik Eko menyatakan Bina Swadaya bersam PT SMI mendorong agenda mitigasi lingkungan dan penguatan kapasitas para pihak terutama masyarakat pesisir dalam mengantisipasi perubahan iklim.

“Itu salah satu tujuan keberadaan kami di sini, bersama warga menjaga lingkungan dan beradaptasi atas perubahan lingkungan yang ada,” terangnya.

Replantasi mangrove dan terumbu karang

Menurut Eko, pekan lalu telah dilaksanakan launching penanaman mangrove bersama para pemangku kepentingan seperti kepala desa, warga keempat desa,  Pemprov, Pemkab, perwakilan Polsek, Koramil, anak-anak sekolah SD dan SMP hingga kelompok masyarakat yang telah terbentuk.

Model kedua, sistem beton untuk transplantasi karang (dok: istimewa)

Sofri, fasilitator desa DBuN III PT SMI – Bina Swadaya menyebut saat ini untuk mendukung program konservasi telah disiapkan sarana prasarana replantasi karang.

“Kita ada model atau metode laba-laba rangka besi atau spider sebanyak 400 unit sementara untuk beton yang dilengkapi besi tempat mengikat karang sebanyak 150 unit,” ungkap Sofri alumni Ilmu Kelautan UHO Kendari.

Sofri menyatakan substrak tanam karang ini diharapkan dapat meningkatan kualitas periaran di laut Soropia. Karang tumbuh dan dapat menjadi rumah ikan, jika ikan berlimpah, warga Soropia terutama di keempat desa bisa mendapat manfaat ekonomi.

“Bisa melalui kegiatan wisata bahari hingga usaha perikanan tanagkap,” pungkasnya.

Replantasi terumbu karang ini adalah satu dari beberapa fasilitasi DBuN III PT SMI dan Bina Swadaya, lalu ada penguatan kapasitas ekonomi kelompok, penyadaran dan penyuluhan konservasu, hingga pengembangan pariwisata bahari sesuai potensi desa-desa yang ada.

Penulis: K. Azis

 

 

 

Related posts