RSUD Teluk Bintuni, Gunma University dan COMMIT Foundation kolaborasi pengentasan anemia

  • Whatsapp
Tim Gunma University., COMMIT Foundation dan peserta pelatihan (dok: istimewa)

DPRD Makassar

Satu dari tiga Wanita Usia Subur (WUS) di Teluk Bintuni menderita anemia. Prevalensinya pun mencapai 32,8 persen! (RSUD Teluk Bintuni – Gunma University 2019)

PELAKITA.ID – Pemda Teluk Bintuni Provinsi Papua Barat sedang mendorong suatu gerakan berbasis komunitas dalam pengentasan anemia di dua distrik yaitu Bintuni dan Manimeri. Anemia, satu penyebab kematian bagi Wanita Usia Subur di daerah penghasil gas alam ini.

Anemia, ancaman bagi ibu-ibu yang melahirkan dan sebagian besar perempuan dan ibu hamil. Pemda Teluk Bintuni telah membentuk Tim Penyelesaian Anemia (Tim PA) melalui Gerakan Melawan Anemia di Bintuni dan Manimeri (GEMA TURI) melalui SK Bupati bertahun 2019.

Read More

Data hasil penelitian Gunma University dan RSUD Teluk Bintuni dalam tahun 2019 menemukan bahwa satu dari tiga perempuan usia subur di Teluk Bintuni menderita anemia! Prevalensinya pun mencapai 32,8 persen!

Selain itu, isu-isu yang bertemali juga mengkhawatirkan trend-nya di kabupaten yang disebut punya kandungan gas alam superbesar itu.  Seperti gangguan kecacingan ibu hamil, infeksi menyakit seksual (IMS) hingga gigi lubang bagi perempuan hamil yang juga rentan.

Kekurangan gizi, stunting balita, dan kondisi sanitasi yang belum sepenuhnya membaik menjadi beban daerah dan masyarakat.

Terkait akses ke ibu kota Teluk Bintuni dapat dilihat dari posisinya dengan ibu kota provinsi, Kota Manokwari, yang ditempuh selama 6 jam, atau dapat ditempuh dari Kota Sorong dengan kapal laut kurang lebih satu hari. Susi Air melayani rute Sorong-Bintuni dua kali sepekan.

Akses yang jauh, jumlah distrik yang mencapai 28 dan berjauhan, kondisi jalan antar distrik yang belum sepenuhnya bagus, tingkat pendidikan dan literasi kesehatan yang kurang membuat situasi semakin sulit.

Belum lagi kebiasaan seperti pola makan, kebiasaan makan pinang, persepsi tentang peran perempuan dan alokasi waktu kerja, termasuk atensi keluarga dalam pengeluaran baik untuk pendidikan, pangan, teknologi komunikasi yang belum tertangani dengan baik.  Ditambah lagi angka pernikahan di bawah umur ideal masih cukup tinggi di Teluk Bintuni.

Jadi wajar jika provinsi seperti Papua Barat atau Teluk Bintuni mengalami kesulitan mengangkat derajat kesehatan mereka termasuk tetap berada di garis buncit perolehan Indeks Pembangunan Manusianya.

Hal-hal seperti itulah mengapa pelatihan penguatan kapasitas aparat Pemda dan tenaga kesehatan. RSUD Teluk Bintuni, Dinas Kesehatan, Gunma University dan COMMIT Foundation atas dukungan JICA menggelar pelatihan untuk memperbaiki perencanaan dan penyusunan program aksi pengentasan anemia berbasis masyarakat.

Partisipasi COMMIT Foundation

Ashar Karateng, Direktur Eksekutif COMMIT Foundation menyatakan partisipasi COMMIT Foundation pada program ini sangat penting sebab mengentaskan anemia merupakan panggilan luhur pengabdian organisasi sosial untuk ikut mendorong praktik kolaborasi dan perlunya fasilitasi masyarakat.

“Ketimpangan kapasitas dan menjadi fasilitator kolaborasi pembangunan adalah isu dimana COMMIT Foundation hadir, kami eksis untuk mendorong mekanisme kolaborasi dan transformasi kapasitas para pihak,” jelasnya.  Ashar juga hadir sebagai salah satu narasumber dalam pelatihan.

Pelatihan dibuka oleh Kepala Dinas Kesehatan Teluk Bintuni, Franky Mobilala yang menekankan perlunya kolaborasi atau dukungan pihak lain.

“Dinas Kesehatan tidak bisa kerja sendiri, pemberantasan anemia membutuhkan dukungan OPD lain.” Katanya saat didampingi Plt Direktur RSUD Teluk Bintuni Zulaikha.

Selama sepekan, dari tanggal 25 hingga 29 Juli 2022, dua master facilitator COMMIT Foundation, Kamaruddin Azis dan Jumardi Lanta menjadi fasilitator pelatihan Penguatan Kapasitas Aparat Pemerintah dan Tenaga Kesehatan dalam Penanggulangan Anemia di Bintuni dan Manimeri yang digelar di Hotel Steenkool dan Kantor Dinas Kesehatan.

Ada 25 perserta yang hadir, mulai dari staf Dinas Ksehatan, perwakilan OPD relevan seperti PMK, Dinas Sosial, Dinas Pertanian hingga Puskesmas dan Kades Posyandu.

Mereka memperoleh materi pelatihan dari narasumber Prof Darmawan Salman, tenaga ahli COMMIT Foundation terkait Mekansime Kolaborasi dalam Pembangunan Daerah serta Ashar Karateng, Direktur COMMIT Foundation terkait materi Fasilitasi Masyarakat dalam Pengentasan Anemia di Teluk Bintuni.

Selama lima hari ini, peserta berbagi pengalaman, mendalami hakikat kefasilitatoran dan kerangka mekanisme kolaborasi program penanggulangan anemia, memahami potensi keswadayaan masyarakat, teknik fasilitasi, pemahaman dasar metode observasi, wawancara dan analisa isu hingga penyusunan rencana aksi.

Pelatihan berjalan mengasikkan, partisipatif, dialogis dan disertai latihan praktik observasi dan wawancara di dua kampung yaitu Masuy dan Didguij di Distrik Bintuni.

“Pelaksanaan kegiatan berlangsung lancar atas fasilitasi dua mitra COMMIT yaitu dr Nova Sumihartini, Ph.D dari RSUD Teluk Bintuni serta dr Lukman Hilfi, Ph.D dari Gunma University. Tak ketinggalan Yeremia Manibuy, pilar Tim PA GEMA TURI, Gerakan Melawan Anemia di Bintuni dan Manimeri,” sebut Kamaruddin Azis, sekretaris COMMIT.

Dia menjelaskan, para peserta menyusun rencana aksi terbarukan terkait langkah-langkah mengaktifkan kembali Gerakan Melawan Anemia di Bintuni dan Manimeri.

“Kegiatan yang lebih relevan dengan konteks kemasyarakatan dan secara terus menerus merawat pertemanan dengan komunitas sebagai elemen dasar dalam menuju keberhasilan program, jika selama ini kegiatan lebih banyak dikendalikan oleh pihak luar, para peserta berharap program pengenatasan anemia berbasis masyarakat lebih didahulukan,” terangnya.

Jumardi Lanta, salah satu fasilitator dalam pelatihan itu menyebut, kunci program GEMA TURI ada di masyarakat, transformasi kapasitas harus dilakukan.

“Baik dalam sosialisasi, dalam pelibatan dan pembukaan akses untuk mereka menyusun aksi-aksi perbaikan kesehatan seperti tanam sayuran sehat, penghargaan atas waktu dan tenaga mereka serta perlindungan agar bisa melahirkan dengan baik,” jelasnya.

“Pelatihan kita ini dasarnya pengalaman para peserta, seperti apa kegiatan selama ini dan apa yang bisa dilakukan agar semakin terbuka peluang kelompok masyarakat ikut menyusun rencana aksi bersama. Di sisi lain, mekanisme kolaborasi sangat niscaya, isu anemia bukan hanya tanggung jawab Dinas Kesehatan tetapi kita semua, masyarakat dan OPD di Teluk Bintuni,” tambah Kamaruddin Azis.

“Kita akan mencoba untuk mulai sosialisasi dan secara perlahan mengajak masyarakat agar aktif dan memanfaatkan setiap peluang yang ada untuk sama-sama mengurangi anemia,” sebut anggota TIM Penyelesaian Anemia Teluk Bintuni, Kristina Inanosa.

“Bisa tanam sayuran di halaman, bisa pula membangun kesadaran bersama untuk menjaga ibu-ibu hamil agar minum obat atau tablet tambah darah,” pungkas Kristina.

 

Editor: K. Azis

Related posts