Perempuan dan dua balita di pertigaan Ransiki, Esim dan Bintuni

  • Whatsapp
Suasana di pertigaan Ransiki - Esim dan Bintuni (dok: Pelakita.ID)

DPRD Makassar

PELAKITA.ID – Mobil Hilux isi tiga orang menepi di ruas jalan gelap antara Manokwari dan Bintuni. Waktu menunjuk pukul 19.00 WIT. Bintuni di depan mata, butuh waktu sekira dua jam untuk sampai di Ibu Kota Teluk Bintuni, kota yang akan kami jejak.

Saya tak perlu jalan jauh untuk mencari tempat buang air kecil yang telah tertahan sejak dari Ransiki, kawasan di pesisir timur Manokwari. Kolega saya, Jumardi Lanta dan sopir Sapriadi asal Ma’rang Pangkep pun demikian. Kami lega.

Read More

Suara burung malam khas Papua terdengar dari titik persinggahan kami. Dua mobil yang menemani kami sejak lepas Ransiki pamit duluan. “Sebentar nah pak, sebatang dulu,” pinta Adi.

Saya memandang ke arah pedalaman Esim. Saya tahu ini Esim sebab di papan penunjuk ada arah Esim. Jalan gelap, langit tanpa bintang.

Tiba-tiba ada deru motor mengaung dari poros itu. Di titik pertigaan menuju Bintuni dari Ransiki. Seorang pria dan wanita paruh baya ikut menepi. Wajahnya samar. Jarak kami sekira 10 meter.

Yang perempuan menggendong anak bayi, seorang balita lainnya duduk di belakang sang pria. Belum sempat saya sapa, sang pria membalikkan motor dan mengarah ke Osim.

“itu suami saya, mau ambil rusa hasil jerat,” kata perempuan yang menggendong balita itu. Aksennya tak menyebutkan kalau dia orang Sulawesi.

Dia akan mencegat mobil double cabin khas di jalur itu meski malam kian pekat. Butuh waktu dua jam untuk sampai ke Ransiki dari jalur ini.

“Suami saya namanya Jamal, kerjanya cari rusa,” sebut Kartini, perempuan yang mengaku berdarah Gowa dan telah bertahun-tahun tinggal di Nabire.

“Sebelum ke sini, saya tinggal di Nabire bersama orang tua yang berdagang. Bapak ibu tinggal di sana setelah saya menikah lalu ke Bintuni,” ungkapnya. Jamal dan Kartini berkenalan di Nabire.

Kartini berusia 34 tahun. Dia dinikahi Jamal, pria asal Palopo di Nabire. “Kami kontrak rumah di Ransiki, kerja suami mencari rusa di sekitar sini,” ujarnya lagi.

Dia juga mengaku harus menemani suaminya untuk datang ke hutan, ke pondok, pondok yang dia sebut tempat istirahat atau menunggu setelah memasang jerat rusa di celah hutan. Anaknya yang usia SMP ada di rumah kos.

Malam itu, Kartini mengaku akan membawa rusa yang ditaksir seharga 3 atau 4 ratus ribu untuk dinaikkan ke mobil yang akan melintas dari Bintuni menuju Manokwari. Jalur yang disebut Adi sebagai jalur tak pernah tidur.

“Dua puluh empat jam mobil melintas dari jalur ini,” katanya. Butuh waktu sekitar 6 jam dari Manokwari ke Bintuni. Sebagian besar jalan sudah teraspal bagus kecuali jelang masuk ke Kota Bintuni.

Jamal belum datang bersama rusa jeratannya saat kami memutuskan melanjutkan perjalanan ke Bintuni yang masih butuh waktu sejam lebih. Dari kaca spion mobil, Kartini dan dua anak balitanya samar hilang. Cahaya gelap mengurung segitiga Esim-Ransiki-Bintuni.

 

Bintuni, 23/3/2022.

 

Related posts