Catatan manis dari trip tim COMMIT Foundation ke Kota Bunga Malino

  • Whatsapp
Penulis menikmati magis Malino Highlands (dok: istimewa)

DPRD Makassar

PELAKITA.ID – Dari rumah di Tamarunang, saya dan istri bergerak ke Pattallassang. Di sini, di rumah Ashar Karateng, direktur eksekutif COMMIT Foundation sekaligus team leader tim COMMIT untuk Pengembangan Kawasan Perdesaan Mandiri (PKPM) di Luwu Timur telah berhimpun para kolega dari yang saya sebut ‘Sorowako Team’.  

Kami berencana untuk rekreasi, gathering dan melakukan perenungan awal tahun untuk bisa lebih optimis menatap 2022 sekaitan keterlibatan kami untuk program Pengembangan Kawasan Perdesaan Mandiri (PKPM) sejak tahun 2017.

Tim yang datang kali ini beranggotakan Ashar Karateng, Jumardi Lanta, Abd Gani, Muliadi Makmur, Andi Narwis, Adolfina Sambo, Faizal Halim, Alwy Chaidir dan penulis.

Read More

Saat perjalanan menuju Malino, belum ada informasi kepastian nama penginapan kami. “Belok kanan sebelum masuk Kota Malino,” pesan Ashar sebelum saya, Gani dan istri berikut anaknya bergerak melewati Pattallassang tujuan Jalan Malino.

Cuaca bersahabat. Lagu Buih Jadi Permadani dari Zinidin Zidan bersenandung di ruang dengar. Butuh waktu hampir dua jam untuk sampai di lokasi penginapan kami. Namanya Reunion Villa. Letaknya di Bulutana atau beberapa kilometer dari Ari Terjun Takapala.

“Di sekitar sini, ada spot wisata Rumah Tengah Sawah yang terkenal itu,” kata seorang warga.

Penginapan kami sangat indah, di tepi bukit. Arsitektur bangunan sangat moderen. Saya sekamar ustaz Jumardi Lanta. Bersisian dengan ruang gathering yang digunakan untuk karaoke, santap malam dan melakukan diskusi terkait pengalaman kami selama 4 tahun mengabdi untuk pemberdayaan masyarakat dan pengembangan kawasan perdesaan di Luwu Timur.

Saya mencatat beberapa hal dan kesan manis saat berada selama tiga hari di Kota Bunga Malino bersama para kolega tersebut.

Pertama, betapa mengasikkannya menghabiskan waktu bersama teman seprofesi. Menikmati udara sejuk, menyanyi riang gembira tanpa harus dibatasi waktu, mnikmati sajian ayam bakar dari ayam rawatan sendiri, menikmatinya dengan leluasa bersama kolega. Malino masih mengasikkan.

Lalu keesokan harinya, membakar ikan dan menikmati dabu-dabu plus sayur bening yang segar. Puluhan lagu menghibur kami dari malam pertama hingga malam kedua.

Saya kira, Villa Reunion di Bulutana Malino sangat recommended. Untuk anda yang mencari penginapan untuk gathering bersama keluarga atau kolega.

Kedua, pamor Malino sebagai destinasi sejuk di sekitar Kota Makassar masih kuat. Menyigi tepian dan jantung Kota Bunga ini sungguh mengasikkan.

Menikmati pemandangan apik di Jalan Endang yang dikeliling pohon raksasa, juga pasar Kota Malino yang indah dilihat, demikian pula sudut-sudut hutan pinus yang menyiapkan aneka hiburan.

Keluarga besar COMMIT – Sorowako Team (dokL istimewa)

Dari flying fox hingga menunggang kuda. Penulis sempat mengeluarkan uang 20 ribu untuk sekali jalan bersama kuda terbaik di Malino.

Tak keliru jika Pemprov Sulsel dan Pemda Gowa terus mempromosikan Malino sebagai Kota Bunga, kota destinasi wisata utama di Gowa dan Sulawesi Selatan.

Ketiga, para kolega dan keluarga yang datang ke Malino kali ini tak mau membuang kesempatan untuk menikmat pesona hutan pinus, berfoto bareng, lalu menyambangi Malino Highlands.

Ada satu spot yang patut dijajal di sini adalah Green House berisi aneka kembang. Dari Bunga Masamba hingga Bunga Dahlia asal Negeri Sakura.

Saya menyesap makna betapa beruntungnya Gowa yang punya Malino. Di kursi yang saya duduki di Malino Higlands, sehari sebelumnya diduduki Najwa Shihab. Presenter kondang itu baru saja menyambangi Malino pertanda tempat ini memang layak dikunjungi oleh siapapun.

Masih hangat kursi bekas Najwa yang saya duduk sembari menggemgam gelas dan berteriak: Good morning my neighbors!

Keempat, rasanya, cendol terbaik di Indonesia Timur adalah Cendol Malino. Pujian datang dari para kolega untuk rasa, aroma, rasa segar setelah menikmati cendol Malino.

Di tepian kota, kita bisa mampir menikmati Cendol Malino yang dikombinasikan dengan gula merah terbaik dari pohon-pohon nira di Kaki Bawakaraeng.

Kelima, rekreasi, gathering, atau apapun namanya jika dilaksanakan bersama keluarga, atau teman seprofesi bisa menjadi wahana untuk reflektif, menghitung jarak tempuh perjalanan. Apa yang telah dilakukan dan apa yang masih perlu dilakukan.

Penulis menikmati obrolan dengan para kolega di Yayasan COMMIT. Menikmati sarapan, di tepi Malino yang sejuk bersama Ashar Karateng, Andi Vivien Mappesangka, Jumardi Lanta dan kolega dari Sorowako Team sungguh mengesankan.

Terima kasih Malino yang telah menjadi wahana menyenangkan untuk kami. Hujan sempat turun tetapi tidak lama, secara umum, kami menikmati Malino nyaris sempurna.

Keenam, suasana jalan sejak dari Poros Sungguminasa – Malino – Sungguminasa terutama setelah dari bendungan Bili-Bili kian membaik.

Perjalanan kami lancar tanpa halangan berarti. Menyaksikan pemandangan di tepian dan ruang dalam bendungan Bili-Bili adalah bonus perjalanan kami.  Ini masih tentang Malino, kita belum menulis tentang Rumah Kebun di bahu Bili-Bili hingga wahana waterboom Je’netallasa di Pallangga yang cetar.

 

Penulis: K. Azis

Founder Pelakita.ID

Related posts