Cerita dari Kafe Kopi Kebun: Pandemi, KEK dan pemulihan sektor pariwisata Selayar

  • Whatsapp
Membincang pandemi, daya tahan dan KEK Selayar di Kafe Kopi Kebun (dok: istimewa)

DPRD Makassar

PELAKITA.ID – Pandemi COVID-19 telah memukul semua dimensi kehidupan sejak awal tahun lalu. Meski telah masuk tahun kedua, tanda-tanda recovery belum nampak. Merebaknya pandemi di India dalam bulan April 2021 yang disebut menelan korban meninggal ribuan dalam sehari kembali menjadi momok.

“Meski demikian, sebagai bangsa, merawat visi dan misi masa depan adalah niscaya, termasuk menghadapi pandemi. Kita berupaya, melalui vaksinasi, pengendalian mobilitas warga, penerapan prokes  hingga sanksi menjadi harapan ke depan,” kata Upi Asmaradhana saat memantik diskusi terkait fasilitasi Selayar sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) pariwisata di Kafe Kopi Kebun, Panakukang, Rabu, 5 Mei 2021.

Read More

“Rencana-rencana pembangunan harus terus berjalan.  Termasuk pengembangan sektor pariwisata di Selayar,” tegasnya.

Upi adalah jurnalis seinor Makassar, pilar AJI sekaligus CEO Kabar Grup Indonesia. Dia baru saja didapuk sebagai Duta Literasi oleh Pemerintah Sulawesi Selatan. Dia juga koordinator wilayah Asosiasi Media Siber Indonesia AMSI untuk Indonesia Timur.

Dia hadir di Kafe Kopi Kebun bersama Didi Leonardo. Manaba, pengurus ASITA Sulsel dan Kamaruddin Azis (blogger Kelautan) untuk bertemu virtual dengan Iwan J. Prawira S, sosok yang merupakan bagian dari perusahaan pengusul KEK Selayar demi mendiskusikan ‘update KEK Pariwisata Selayar’.

Hadir pula Darmawang, jurnalis Selayar sekaligus tenaga ahli anggota DPR Ri asal Sulsel, M Rapsel Ali.

Didi memulai obrolan dengan menyebut bahwa ASITA adalah salah satu yang paling terpukul dengan merebaknya pandemi COVID-19 ini. Dia bercerita betapa pukulan itu telah membuatnya harus melego beberapa bus wisata, mengurangi staf perusahaan travelnya dari 15 orang menjadi tersisa tiga orang.

“Kita bertahan, membuka ruang diskusi dengan Pemerintah sudah ada perhatian dan dukungan untuk kita para pelaku wisata ini,” katanya.

Harapan itu, kata dia, mulai nampak dengan adanya skema paket wisata yang menyasar tenaga kesehatan atau mereka yang ada di garda depan penangananan dan penanggulangan COVID-19 untuk dapat rekreasi atau refreshing di tengah rutinitas mereka.

“Jadi ASITA diminta membuat paket untuk. Sementara ini kita identifikasi kebutuhan mereka. Sudah konkret, paket sudah dibikin, sisa kita koneksikan dengan destinasi Desa Wisata yang akan kita tuju,” jelasnya.

“Ke depan, itu perlu, konsep desa wisata, atraksi alam, karena konsep in adalah bagaimana mereka mberbaur dengan masyarakat,” ungkapnya.

Bagi Didi, apa yang disebutkannya ini bisa dielaborasi atau dibahas lebih mendalam tentang perlunya berbenah atau menyiapkan rencana aksi jika situasi telah stabil atau telah ada kekebalan masyarakat ‘herd immunity’ itu yaitu kekebalan kelompok atau kekebalan kawanan adalah suatu bentuk perlindungan tidak langsung dari penyakit menular yang terjadi ketika sebagian besar populasi menjadi kebal terhadap infeksi, baik melalui infeksi sebelumnya atau vaksinasi.

“Itu contoh bahwa kami melalui ASITA terus menerus menawarkan inisiatif untuk terus bertahan,” katanya.

Sementara itu, Iwan J. Prawira yang menjadi resource person dalam pertemuan itu menyebut persiapan KEK Selayar terus berjalan meski diakuinya ada penyempurnaan sesuai semangat UU Cipta Kerja.

“Ada kemudahan terutama terkait status lahan,” katanya saat live dari Denpasar Bali. “Jika sebelumnya, lahan disiapkan atau dikuasi oleh masing-masing anggota konsorsium, dengan ketentuan baru kita bisa lebih fleksibel,” katanya.

Iwan menyebut bahwa untuk KEK Selayar, optimisme untuk segera ditetapkan dalam waktu dekat sangat besar setidakknya jika melihat partisipasi Pemda Selayar, Pemerintah Provinsi untuk bersama-sama pengusul KEK meyakinkan Pemerintah Pusat.

Dia juga mendorong adanya model program wisata berbasis kapal seperti model kapal katamaran. “Ini bisa juga menjadi alternatif untuk kawasan Selayar Takabonerate. Rutenya bisa jarak pendek Benteng – Taka Bonerate – Benteng,” kata Iwan.

“Betul pak, kita dorong multi paket,” sambut Didi.

Menurut Iwan, pengusul KEK juga sudah membeli pinisi dengan rute agak berbeda yaitu Benteng – Taka Bonerate – Komodo.

“Pinisi ini akan menjadi pionir dalam eksekusi pemasaran kawasan Taka Bonerate disandingkan dengan Komodo,” jelasnya.

Terkait itu, Upi Asmaradhana yang menginisiasi diskusi offline dan online ini memandang bahwa memang ada beberapa hal yang perlu ditunjukkan ke publik terkait komitmen Pemerintah mendorong KEK Selayar ini.

“Kalau saya, ini bisa ditunjukkan dengan adanya inisiatif dari Selayar untuk menyiapkan perangkat daerah untuk reponsif dalam bentuk program-program ‘antara’. Bagaimana menyiapkan kegiatan yang bisa sinergi dengan KEK Selayar ini,” harapnya.

“Kedua, mendorong adanya program kepariwisataan yang kolaboratif. Bikin aja paket kegiatan yang melibatkan beberapa pelaku usaha. Untuk saat ini target tamu domestik pun sudah sangat bagus. Ada banyak contoh lokasi-lokasi wisata yang berkembang dari skala kecil, diminati banyak orang karena kesungguhan mengelolanya,” paparnya.

“Ketiga, kita perlu personil yang betul-betul siap, kompeten dan berkomitmen untuk mengawal KEK ini. Tanpa itu kita akan kesulitan menjalankan atau memastikan bahwa KEK ini dapat memberi manfaat untuk daerah,” lanjutnya.

Yang disampaikan Upi beralasan sebab dalam suasana pandemi, beberapa lokasi wisata di Sulsel sangat digandrungi kaum muda atau netizen karena kesungguhan pengelola dan peran media sosial.

“Seperti Lappa Laona di Barru, bagus sebagai destinasi untuk photobooth, hingga wisata alam Batulapisi Malino, atau Rumah Tengah Sawah di Malino Gowa,” tambahnya.

“Untuk wisata bahari tentu juga sangat memungkinkan hanya saja sekali lagi ini tetap perlu kesungguhan dari pelaku di daerah atau Pemda Selayar untuk memulai,” katanya.

Related posts