Rektor UNHAS: Pertanian cerdas alternatif bagi millenial era 4.0

  • Whatsapp
Prof Dwia saat membawakan kuliah umum (dok: Humas Unhas)

DPRD Makassar

PELAKITA.ID – Rektor Universitas Hasanuddin, Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA., menjadi narasumber utama dalam kuliah umum yang diselenggarakan oleh Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP).

Kegiatan bertajuk Smart Agriculture bertema “Petani Millenial di Era Industri 4.0 dan Adaptasi Kebiasaan Baru” berlangsung mulai pukul 14.00 Wita secara virtual melalui aplikasi zoom meeting, Rabu (02/12).

Read More

Mengawali kegiatan, Kepala BPPSDMP Prof. Dr. Ir. Dedi Nursyamsi, M.Agr.,.menyampaikan terima kasih atas kesediaan Rektor Unhas menjadi narasumber kuliah umum ini.

Topik kuliah diharapkan dapat memberi motivasi bagi para millenial untuk terlibat aktif mendorong produksi pertanian.

Lebih lanjut, Prof Dedi menuturkan pertanian sedang bertransformasi dari cara-cara tradisional menuju cara modern sejalan dengan hadirnya Internet of Things (IoT), artificial intelligence dan pemanfaatan big data. Hal ini harus dimanfaatkan oleh generasi penerus guna mengoptimalkan aktifitas pertanian.

Pada kesempatan tersebut, Prof Dwia menyampaikan materinya tentang “Potret Petani Millenial Di Era Teknologi 4.0 Guna Menyongsong Tatanan Peradaban Normal Baru”.

Prof Dwia menyinggung kondisi petani Indonesia saat ini serta tantangan penyediaan pangan. Juga tentang pemanfaatan perkembangan teknologi untuk mendorong peningkatan hasil pertanian. Kedua isu ini dalam rangka mendukung penyediaan pangan Indonesia.

Tingkat kesejahteraan petani masih rendah dan tingkat kemiskinan relatif tinggi. Selain itu, 61.7% petani Indonesia hanya memiliki pendidikan sampai Sekolah Dasar, dengan usia rata-rata diatas 40 tahun.

Smart Farming (pertanian cerdas) menjadi salah satu ciri dari konsep pertanian 4.0 yang memanfaatkan aplikasi teknologi informasi dan komunikasi modern. Selain itu, konsep manajemen pertanian didasarkan pada pengamatan, pengukuran dan tanggapan terhadap variabilitas lahan terhadap tanaman.

IoT menjadi kata kunci. Tranformasi pertanian 4.0 terkoneksi, otomatisasi, dengam operasional yang produktif dan efisiensi.

“Olehnya itu, pemuda memiliki peran pada pemberdayaan petani tradisional untuk menguatkan kelembagaan, melibatkan para pemuda millenial secara holistik baik ditingkat on farm, off farm, serta jejaring pemasaran konvensional maupun online,” jelas Prof Dwia.

Kegiatan yang diikuti kurang lebih 300 peserta berlangsung lancar hingga pukul 16.00 Wita.(*/mir)

Related posts