PELAKITA.ID – Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) Universitas Hasanuddin (Unhas) terus menunjukkan komitmennya dalam pemulihan ekosistem laut melalui kolaborasi internasional.
Pada Rabu (18/06), FIKP Unhas bersama delegasi dari Shanghai Ocean University dan Guangdong Ocean University melakukan kunjungan lapangan ke Pulau Bonetambung, sebuah pulau kecil yang terletak di gugusan Kepulauan Spermonde, Selat Makassar.
Kunjungan ini difokuskan pada pemantauan dan evaluasi perkembangan proyek rehabilitasi terumbu karang buatan yang telah dimulai sejak Oktober 2024.
Pulau Bonetambung dikenal sebagai salah satu lokasi strategis untuk penelitian dan pendidikan kelautan karena karakteristik perairannya yang mewakili tipikal ekosistem pesisir Sulawesi Selatan.
Pulau ini juga menjadi laboratorium alam yang dimanfaatkan oleh FIKP Unhas dalam kegiatan praktikum, pengabdian masyarakat, dan penelitian terapan yang melibatkan dosen, mahasiswa, serta mitra akademik dan komunitas lokal.
Dalam kunjungan tersebut, rombongan terdiri dari dosen dan mahasiswa FIKP Unhas, serta peneliti muda dari Guangdong Ocean University. Mereka menyelam dan melakukan pengamatan langsung terhadap struktur dan kondisi biota yang menghuni terumbu karang buatan.
Salah satu tokoh kunci dalam proyek ini adalah Dr. Syafyudin Yusuf, dosen senior FIKP Unhas yang aktif dalam riset bidang ekologi laut dan restorasi ekosistem pesisir.
Dr. Syafyudin merupakan alumni Program Doktoral Ilmu Kelautan Unhas, dan selama lebih dari satu dekade dikenal sebagai peneliti yang gigih mengembangkan pendekatan adaptif dalam rehabilitasi ekosistem terumbu karang dengan pendekatan berbasis komunitas dan teknologi sederhana.
Menurut Dr. Syafyudin, hasil pantauan terbaru menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang menggembirakan.
Dia mengaku menyaksikan perkembangan baik dengan adanya terumbu karang buatan ini. Dia melihat munculnya beberapa jenis biota laut yang menghuni struktur tersebut, seperti belut laut, bintang laut, gurita, serta ikan-ikan kecil.
“Ini merupakan indikator awal yang baik bagi kelangsungan ekosistem buatan ini. Ini bukti bahwa apa yang kita lakukan berdampak pada pemuliahan ekosistem laut,” katanya kepada Pelakita.ID, Rabu, 18/6/2025.
Struktur terumbu karang buatan yang dipasang terdiri atas dua jenis material utama: beton dan besi. Desain struktur beton membentuk perimeter persegi dengan panjang sisi 40 meter, yang mengelilingi inti struktur dari besi.
Menariknya, bagian dalam struktur juga dilengkapi dengan sabut kelapa yang berfungsi sebagai media penempelan dan habitat alami bagi biota laut muda.
Seluruh struktur ditempatkan pada kedalaman antara 8 hingga 11 meter di bawah permukaan laut. Lokasi ini dipilih dengan pertimbangan ekologis, karena sebelumnya merupakan kawasan yang mengalami kerusakan terumbu karang akibat aktivitas manusia dan perubahan lingkungan.
“Tujuan utama kami bukan hanya menciptakan habitat buatan, tetapi membangun kembali keseimbangan ekologis yang pernah hilang. Melalui kerjasama dengan universitas luar negeri, kami ingin menunjukkan bahwa pemulihan ekosistem pesisir membutuhkan sinergi ilmu pengetahuan, teknologi, dan kearifan lokal,” lanjut Dr. Syafyudin.
Melalui proyek ini, FIKP Unhas berharap Pulau Bonetambung dapat menjadi model restorasi terumbu karang berbasis riset yang tidak hanya berdampak ekologis, tetapi juga edukatif dan sosial.
Ke depan, lokasi ini diharapkan mampu mendukung regenerasi biota laut, sekaligus menjadi destinasi penelitian lapangan bagi mahasiswa dan peneliti dari berbagai negara.