Jalan Terang Peradaban, Memuliakan Ilmuwan dan Ulama | Refleksi Orasi Pengukuhan Profesor Andi Adri Arief

  • Whatsapp
Ilustrasi oleh Chat GPT (dok: Pelakita.ID)

“Ilmu adalah kehidupan bagi hati yang buta, cahaya bagi pandangan yang kabur, dan kekuatan bagi tubuh yang lemah.”
— Imam Syafi’i

PELAKITA – Ilmuwan dan ulama—dua kata yang kerap hadir dalam percakapan tentang peradaban. Keduanya adalah penjelajah kebenaran, pengembara dalam semesta ilmu.

Ilmuwan menelusuri hukum-hukum alam, menjelajahi realitas fisik dengan alat rasio dan eksperimen. Ulama menggali kedalaman makna wahyu, menuntun manusia memahami petunjuk Ilahi dengan mata hati dan laku spiritual.

Mereka mungkin menempuh jalur yang berbeda, tetapi keduanya bertemu pada satu titik: keikhlasan mencari kebenaran demi kemaslahatan umat manusia.

Persamaannya, mereka sama-sama berilmu, berpikir kritis, dan mengabdikan diri untuk kebaikan. Mereka berpegang pada etika, berjuang melawan kebodohan, dan menyalakan cahaya di tengah gelapnya zaman.

Namun ada pula perbedaan: ilmuwan cenderung mengurai realitas melalui metodologi ilmiah, sedangkan ulama mendekatinya dengan kerangka wahyu dan warisan keilmuan Islam yang kaya. Ilmuwan membaca alam sebagai kitab Tuhan, ulama membaca Al-Qur’an sebagai cahaya kehidupan.

Tapi keduanya saling melengkapi, sebagaimana jasad dan ruh: satu menguatkan akal, yang lain menyuburkan hati.

Di tengah pusaran zaman yang bergerak cepat, para ilmuwan dan ulama tetap tegak berdiri, menyalakan lentera di gelapnya ketidaktahuan. Dari ruang laboratorium yang sunyi hingga mimbar masjid yang teduh, dari lembaran jurnal akademik hingga kitab kuning yang lusuh, mereka menulis peradaban dengan tinta ilmu dan keikhlasan.

Memuliakan ilmuwan dan ulama bukan sekadar memberi gelar atau menabur pujian.

Ia adalah sikap batin, pilihan keberpihakan pada ilmu sebagai cahaya hidup. Kita memuliakan mereka ketika kita mendengarkan nasihat mereka, merujuk karya-karya mereka, dan meneruskan perjuangan mereka dalam ruang-ruang nyata kehidupan.

“Ilmuwan adalah orang-orang yang menyumbang pada kebebasan umat manusia dari belenggu kebodohan, sementara ulama membebaskan jiwa mereka dari kegelapan nilai.”
— Nurcholish Madjid

Ilmuwan menemukan vaksin, merancang teknologi bersih, memecah misteri semesta; ulama menanamkan adab, menjaga akidah, dan menuntun umat pada jalan Tuhan.

Penulis Ir Muliadi Saleh (dok: Istimewa)

Merekalah warisan para nabi, penjaga nilai, penjuru arah di tengah belantara kebingungan dunia modern. Tanpa mereka, manusia hanya akan terombang-ambing antara kepentingan praktis dan kekosongan makna.

Sikap kita pada ilmu adalah cerminan dari peradaban yang kita bangun. Di negeri yang menjunjung tinggi ilmu, suara ilmuwan dan ulama tidak dikecilkan, tidak dikaburkan oleh sorak sorai sensasi dan gemerlap dunia.

Mereka dihormati bukan karena popularitas, tapi karena integritas. Kita berpihak pada ilmu dengan menegakkan kebebasan akademik, memfasilitasi riset yang bermakna, serta menguatkan sinergi antara ilmu pengetahuan dan nilai-nilai spiritual.

“Suatu bangsa akan besar karena dua hal: keberpihakan kepada ilmu dan penghargaan kepada orang-orang yang menebarkannya.”
— BJ Habibie

Sudah saatnya semua pihak mengambil peran. Pribadi-pribadi yang mencintai ilmu menghidupkan tradisi membaca, berdiskusi, dan menulis.

Komunitas dan kelompok masyarakat mendukung forum kajian, membangun rumah-rumah belajar yang merakyat. Institusi pendidikan dan negara memberikan ruang yang luas untuk riset independen, memperkuat anggaran riset dan penghargaan bagi para peneliti serta guru bangsa. Media, sebagai pilar penting demokrasi, turut serta menyuarakan gagasan-gagasan para cendekia, bukan hanya konten-konten kosong tak bermakna.

Kita mengenang dengan penuh hormat para ilmuwan yang wafat dalam keheningan laboratorium, para ulama yang gugur di jalan dakwah.

Kita mendoakan mereka, sebagaimana kita berharap anak-anak kita kelak menempuh jejak yang sama: mencintai ilmu, menjunjung kebenaran, dan mengabdi untuk kemanusiaan.

Doa untuk Para Pewaris Ilmu

Ya Allah, Tuhan yang Maha Mengetahui,
Angkatlah derajat para ilmuwan dan ulama kami,
Lapangkanlah kubur mereka dengan cahaya ilmu yang mereka sebarkan,
Limpahkanlah keberkahan pada ilmu yang mereka wariskan,
Dan bangkitkan di tengah kami generasi yang mencintai ilmu dan menghidupkan adab.
Amin, ya Rabbal ‘alamin.

Karena sejatinya, bangsa yang memuliakan ilmuwan dan ulamanya, adalah bangsa yang sedang menyiapkan kejayaan.
Wallahu A’lamu Bissawaab.

___
Kampus Merah-Makassar, 15 April 2025.

Penulis Ir Muliadi Saleh, konsultan pembangunan daerah, alumni Sosek Pertanian Unhas 88
Editor: Denun