Ia adalah sosok yang memahami bahwa pembangunan tak hanya tentang angka, tetapi juga tentang keadilan dan kesejahteraan rakyat.
PELAKITA.ID – Di tengah riuh rendah perjalanan bangsa, terdapat sosok yang melangkah dengan teguh, menjaga kemurnian amanah di medan yang kerap berliku. Mar’ie Muhammad adalah satu dari sedikit pejabat negara yang menjadikan kejujuran sebagai bintang penuntun dalam tugasnya.
Sebagai Menteri Keuangan Republik Indonesia pada 1993–1998, di era pemerintahan Soeharto, ia bukan sekadar pengelola kas negara, tetapi juga benteng kokoh yang menolak korupsi merajalela.
Di antara sekian banyak julukan yang disematkan padanya, “Menteri Keuangan Tangan Besi” adalah yang paling mencerminkan ketegasan dan kedisiplinannya.
Mar’ie Muhammad tak sekadar mengatur neraca keuangan negara, tetapi juga berperan sebagai penjaga moralitas birokrasi. Ia melawan arus zaman dengan menekan praktik korupsi dan menegakkan disiplin fiskal di lingkungan pemerintahan, sesuatu yang tak mudah di era Orde Baru.
Di saat banyak pejabat tenggelam dalam gemerlap kekuasaan, Mar’ie Muhammad tetap berdiri tegak dengan integritas yang tak tergoyahkan.
Dalam masa yang dipenuhi godaan, ia memilih jalan lurus, menolak segala bentuk penyimpangan, menjadikan dirinya oase di tengah padang pasir politik yang sering kali gersang oleh ketulusan.
Selepas tugasnya di kementerian, dedikasi Mar’ie Muhammad tak luntur. Ia mengabdikan dirinya sebagai Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) dari 1998 hingga 2009.
Di tangannya, organisasi kemanusiaan ini tumbuh semakin profesional dan mandiri, membuktikan bahwa semangatnya untuk melayani negeri tak pernah padam.
Kesederhanaan menjadi cermin lain dari kepribadiannya. Meski pernah menduduki jabatan tinggi, ia tak terlena dalam gelimang fasilitas mewah.
Mar’ie Muhammad memilih jalan hidup yang bersahaja, mengutamakan kepentingan rakyat di atas segalanya. Baginya, kekuasaan bukanlah tempat untuk mengeruk keuntungan, melainkan ladang pengabdian yang harus dijalani dengan penuh tanggung jawab.
Dalam pengelolaan keuangan negara, ia menegakkan kebijakan fiskal yang stabil.
Langkah-langkahnya yang penuh perhitungan membantu menjaga keseimbangan anggaran dan mencegah defisit yang bisa berakibat fatal bagi perekonomian nasional.
Ia adalah sosok yang memahami bahwa pembangunan tak hanya tentang angka, tetapi juga tentang keadilan dan kesejahteraan rakyat.
Mar’ie Muhammad bukan sekadar pejabat negara, melainkan teladan bagi mereka yang percaya bahwa integritas tak boleh dikorbankan demi kepentingan sesaat.
Namanya akan selalu dikenang sebagai penjaga garda keuangan negara, yang berdiri tegap di antara badai, memastikan bahwa amanah rakyat tidak diselewengkan. Ia adalah bukti bahwa di tengah gelapnya politik, masih ada cahaya yang tak padam.
Sampeyan rindu Mar’ie tho?
Tamarunang, 25/3/2025