Kisah Kerikil yang Menyelamatkan, oleh Muliadi Saleh, praktisi pembangunan daerah dan pemerhati sosial keagamaan.
PELAKITA.ID – Di gerbang surga yang megah, Malaikat Ridwan tampak gelisah. Sebagai penjaga surga, ia telah menerima amanat langsung dari Allah: mencari seseorang yang berhak masuk surga. Namun, ia tidak mengetahui siapa orang itu, apa amalannya, atau dari mana ia berasal.
Ia hanya tahu bahwa orang tersebut harus ditemukan dan dibawa masuk.
Pencarian pun dimulai. Ridwan menelusuri dunia, memeriksa setiap catatan amal, namun tak menemukan nama yang dicarinya. Ia kemudian menuju alam barzakh, tempat arwah menanti hari perhitungan, tetapi orang itu juga tidak ada di sana.
Dengan hati yang semakin berat, ia memutuskan turun ke neraka.
Setibanya di gerbang neraka, Malaikat Malik menyambutnya dengan tatapan heran.
“Apa yang kau cari di sini, Ridwan?”
“Aku mencari seseorang yang harus masuk surga,” jawab Ridwan.
Para penghuni neraka yang mendengar percakapan itu pun bertanya-tanya. “Siapa yang kau cari? Tidak ada di sini selain kami yang berdosa.”
Ridwan tetap melanjutkan pencariannya. Ia menjelajahi lapisan demi lapisan neraka, menyaksikan penderitaan yang mengerikan, hingga akhirnya tiba di kerak neraka—tempat bagi mereka yang paling berat dosanya.
Di sanalah ia menemukan seorang lelaki yang tersungkur dalam siksaan, wajahnya nyaris tak bisa dikenali karena luka dan penderitaan.
Ketika Ridwan mengangkat lelaki itu, sesuatu yang ajaib terjadi. Siksaan yang mengerikannya seketika berhenti, api neraka perlahan menjauh, dan para penghuni neraka yang lain menatap dengan penuh keheranan.
“Mengapa dia? Apa amalannya sehingga ia pantas diselamatkan?”
Ridwan tidak segera menjawab. Ia membawa lelaki itu ke mata air surga. Air jernih yang menyentuh tubuhnya menghapus luka-lukanya, mengembalikan rupa aslinya, dan pakaian putih bersih pun dikenakan kepadanya. Namun, lelaki itu masih dipenuhi kebingungan.
“Apa yang telah kulakukan sehingga aku layak masuk surga?” Ridwan pun mencari jawabannya. Setelah meneliti catatan amalnya, ia akhirnya menemukan satu hal yang membuat lelaki itu layak mendapat rahmat Allah.
Dahulu, lelaki ini adalah orang yang mudah marah. Suatu hari, di depan sebuah masjid, ia sedang dilanda emosi yang memuncak. Saat itu, seekor anjing liar lewat di hadapannya.
Tanpa pikir panjang, ia mengambil kerikil dan melemparkannya ke arah anjing itu. Anjing tersebut lari ketakutan, sementara batu kecil yang ia lempar jatuh ke dalam tumpukan kerikil yang akan digunakan untuk membangun masjid.
Siapa sangka, satu kerikil kecil yang tanpa sengaja menjadi bagian dari rumah Allah itu adalah satu-satunya amal yang diterima dari sekian banyak dosa yang ia lakukan sepanjang hidupnya.
Allah Maha Pemurah, tidak ada kebaikan yang terlalu kecil di mata-Nya. Bahkan perbuatan yang tidak disengaja, selama bernilai kebaikan, tidak akan dibiarkan sia-sia.
Kini, lelaki itu berdiri di hadapan gerbang surga dengan air mata mengalir di pipinya. “Aku masuk surga hanya karena sebuah kerikil?”
Ridwan tersenyum dan menjawab, “Bukan hanya karena kerikil itu. Tetapi karena Allah Maha Pengampun. Tidak ada kebaikan yang terlalu kecil di hadapan-Nya.”
Lelaki itu tersungkur bersujud. Untuk pertama kalinya dalam hidup dan kematiannya, ia merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya.
Editor: Denun