Danny pimpin tim IKA Unhas Sulsel ‘benchmarking’ di Singapura, berikut destinasi dan keunikannya

  • Whatsapp
Ketua IKA Unhas Sulawesi Selatan Moh Ramdhan Pomanto saat memberi arahan bagi para peserta Benchmarking di Singapura (dok: istimewa)

DPRD Makassar

PELAKITA.ID – Komitmen Ketua IKA Unhas Sulawesi Selatan Moh Ramdhan Pomanto untuk memperkuat kapasitas alumni demi berkontribusi dalam membangun wilayah Sulawesi Selatan dibuktikan dengan memimpin benchmarking alumni Unhas ke Singapura selama empat hari.

Beberapa alumni yang hadir terdiri dari Ketua Harian, Sekretaris, perwakilan wakil ketua hingga yang membidangi ekonomi kreatif pada klaster target IKA wilayah. Hadir pula perwakilan Lembaga Khusus mitra strategis IKA Unhas Sulawesi Selatan.

Read More

Peserta berangkat dari Makassar pada tanggal 3 Februari dan merampungkan kegiatan pada 6 Februari 2023.

Menurut Danny, selain melihat lebih dekat dimensi kehidupan di Singapura, sebagai bahan perenungan dan inspirasi bersama, ini untuk membangun kesepahaman dan chemistry tim IKA Unhas Wilayah Sulawesi Selatan jelang Rapat Kerja.

“Saya berharap kawan-kawan bisa mengindentifikasi isu-isu dan solusi kreatif cluster IKA Wilayah Sulsel dan mencari peluang lahirnya model manajemen perubahan seperti yang dilakukan Pemerintah Singapura pada tiga aspek sosial, ekonomi dan infrastruktur,” harap Danny.

Hari Pertama

Peserta berkunjung ke salah satu destinasi unik dan menjadi contoh kreativitas Pemerintah Singapura dalam membangun destinasi wisata perpaduan teknologi, kepariwisataan dan pengembangan ekonomi kreatif di bandara Changi. Namanya HSBC Rain Vortex – Jewel.

Tempat yang dikunjungi ini merupakan contoh baik tentang bagaimana menjadi kreatif memadukan potensi ruang, akses bandara, minat wisata dan kesadaran tentang perlunya menjaga lingkungan kita.

Di sini terdapat air terjun tertinggi yang ada dalam ruangan. Tak hanya itu, terhampar pula inovasi untuk menumbuhkan aneka tanaman di lahan sempit. Pun bunga-bunga aneka warna.

Peserta juga berkunjung ke Merlion Park, icon Singapura yang sebelumnya adalah kawasan peisisr dan atas visi Pemerintahan Perdana Menteri Lee Kuan Yeuw kemudian dikembangkan menjadi kawasan publik, terintegrasi dengan sungai dan waduk serta menjadi contoh bagaimana menata kawasan dengan arif.

Hari kedua

Pada hari kedua, peserta berkunjung The URA Gallery.

The URA bisa disebut jantung dan denyut perencanaan Singapura dari dulu, kini dan nanti.

Di sini peserta melihat sejarah kejadian Singapura, proses pembangunan infrastruktur, termasuk pembangunan sumberdaya manusia dan lingkungan.

“PM Lee yang memulai aksi tanam pohon saat itu,” kata Ishtiqlal Turino, tour guide. “Di tahun-tahun awal, ada banyak nelayan asal pulau-pulau Indonesia di pesisir Singapura,” tambahnya.

The URA Gallery menyiapkan berbagai fitur atau panduan untuk memahami bagaimana semestinya kota dibangun. Animasi yang apik menuntun peserta tentang tata kelola hutan kota, air, hingga pengolahan limbah.  Juga prototype kawasan dan bangunan yang ada dalam Kota Singapura.

“Makassar atau kota-kota lain di Sulawesi Selatan punya potensi yang nyaris sama. Yang berbeda di Singapura ini, jika membaca penjelasan The URA Gallery ini jelas sekali berkaitan dengan visi jangka panjang dan konsistensi perencanaan yang dipandu oleh PM Lee sejak awal,” ucap Danny.

“Itu memang tak cukup, tetap perlu ketegasan pada aturan dan yang pasti adopsi teknologi dengan tepat,” tambahnya.

Pada hari yang sama Danny bersama ketua harian, sekretaris, perwakilan bidang ekonomi kreatif atas nama IKA Unhas Sulawesi Selatan menyambangi One Punggol di Pasir Ris Singapura dan bertemu Menteri Senior Dr Janil Puthucheary.

One Punggol adalah kawasan terpadu layanan warga yang fungsional dan bisa eksis atas leadership kuat seorang politisi sekaligus Menteri.

“Ada peran Menteri Senior Dr Janil Puthucheary di balik kesuksesan kawasan strategis ini,” kata Danny tentang koleganya itu.  Dr Janil pula yang menerima dan berdiskusi mendalam dengan Tim IKA Unhas Sulsel.

Danny nampak akrab dengan Janil, berbagi pandangan tentang strategi, model komunikasi publik, pelembagaan gagasan dan rencana perubahan kota serta pengelolaan anggaran pembangunan.

Setelah dari One Punggol dan The URA Gallery, peserta berkunjung ke selasar China Town.

Peserta menyaksikan aneka kreativitas warga Singapura memanfaatkan ruang sempit, menjajakan produk-produk olahan dan memperoleh benefit ekononi dari berjualan teh sampai aneka kuliner khas setempat.

Peserta melanjutkan misi dengan mendatangi the Marina Barrage.

Fasilitas ini adalah fasilitas layanan sosial, lingkungan dan juga destinasi wisata.

“Marina Barrage adalah upaya PM Lee agar Singapura aman dari banjir namun bisa menjaga kemandirian dalam memenuhi ketersediaan air bagi warga,” ucap Ben, tour guide The Marina Barrage.

Selam aini, lanjut Ben, warga Singapura memperoleh air dari sungai dari arah Johor, namun ada inistaif tembahan dengan membangun waduk resapan air. Ada banyak waduk resapan air yang dibangun, termasuk eksosistem buatan dan menjadi tempat hidup berbagai spesies.

“Marina Barrage menjalankan proses desalinasi air laut menjadi air tawar,” sebutnya.

Di fasilitas itu, peserta melihat bagaimana visi, misi dan strategi Pemerintah Singapura mengambil aksi dalam menghadapi perubahan iklim.

“Kita ada Climate Change Action Plan, ada upaya adaptasi dan mitigasinya,” lanjut Ben.

Dia juga menunjukkan bagaimana limbah rumah tangga diolah jadi air bersih melalui pusat penampungan terpadu. Juga menunjukkan bagaimana membangun pula dari tumpukan sampah dan bisa menjadi kawasan hijau.

Yang juga tak kalah menarik adalah simulasi perencanaan, simulasi penanganan air hujan hingga menunjukkan pompa raksasa yang mengatur debit air.

Di Marina Barrage, peserta juga bisa menikmati pemandangan Kota Singapura dari ketinggian dan membaur dengan warga menikmati padang rumput di ketinggian. Paras darat dan lautan Singapura nampak jelas dari sini.

Pada malam hari, peserta bergeser ke Marina Bay Sands Spectra Light Show.

Di sini peserta disihir dengan atraksi lampu unit dan artistik yang memancari dari teluk.  Dengan latar gedung pencakar langit, peserta merekam atraksi yang luar biasa di atas Marina Bay.

Hari ketiga

 Keesokan harinya, peserta dibawa ke salah satu destinasi wisata yang juga tak kalah keren dan inspiratif.

Itu adalah Gardens by the Bay yang di dalamnya ada Flower Dome dan Cloud Forest yang spektakuler sebagai ‘oase inovasi dan ekoturisme.’

Danny mengajak alumni untuk menikmati suhu dingin Flower Dome, menyaksikan tanaman-tanaman khas daerah sub-tropis tumbuh di sini.

“Suhu sudah diatur sedemikian rupa untuk tetap stabil di bawah 25 derajat,” kata Danny sebelum mengajak peserta untuk foto bareng.  Aneka bunga, anggrek, dan spesies unik lainnya bisa dinikmati di sini.

Dari situ, peserta bergerak ke Cloud Forest. Ini yang juga tak kalah spektakuler.

Peserta naik lift kemudian memutar ke jembatan gantung, melihat semesta Singapura dari dinding kaca.  Di sini ada banyak hal unik. Asesoris film Avatar ada di sini, juga air terjun raksasa, metaverse Avatar.

Konsep Cloud Forest adalah pendokumentasian fisik dan spirit fungsi hutan, dari nun dahulu, hingga kini. Sudah banyak yang hilang hingga perlu konservasi dan penjagaan. Pesan-pesan konservasi bisa ditemui di dinding-dinding Cloud Forest.

Dari Gardens by The Bay, peserta melanjutkan kunjungan ke Mount Faber. Ini titik tertinggi di Singapura yang bisa digunakan untuk melihat Pulau Sentosa, pelabuhan dan gedung-gedung pencakar langit Singapura.

Malam harinya, peserta menutup sesi dengan menaiki perahu melalui program River Cruise di Clarke Quay. Kurang lebih 30 menit peserta menikmat keindangan sungai, pesisir, dan daratn Singapura yang aduhai.

Peserta melihat sajian gedung tinggi dengan citarasa arsitektur luar biasa, penampakan gedung bersejarah di sempadan sungai yang tetap terawat, jembatan yang artistik, hingga sungai yang bersih.

Peserta juga dapat bonus, bisa menonton Spectra Light Show di MBS dari perahu.

Pendek cerita, di atas perahu peserta menyaksikan bagaimana konfigurasi pesisir Singapura menjadi inspirasi, tentang bangunan yang indah, sungai dan sempadan yang bersih, juga geliat di atasnya yang memukau dan mengundang decak kagum sesiapapun.

Hari keempat, peserta kembali ke Makassar.

 

Penulis: K. Azis

Related posts