Pelakita Tour: Kejutan di Teras Empang dan daya pikat Anjungan Cempae Parepare

  • Whatsapp
Teras Empang yang memikat (dok: istimewa)

DPRD Makassar

PELAKITA.ID – Singgah-ki daeng kalau ke Parepare. Itu pesan Zulham Arief, putra Takalar yang kini bermukim di Kota Parepare. Dia alumni Fakultas Hukum Unhas dan sama-sama anggota grup Whatsapp Alumni Unhas.

Pesan Zulham itu sekira dua bulan lalu saat saya dalam perjalanan menuju Pinrang.

Rabu tanggal 21 September 2022, dalam perjalanan dari Pinrang, saya WA dia. Jawabannya mengenakkan hati. “Saya di Jakarta, tapi ke Café Teras Empang-maki saja,” balasnya.

Read More

Pendek cerita saya pun bisa menikmati makan siang yang sedap dan nikmat sebelum menyusun rencana: Bertolak ke Makassar atau overnight di Parepare.

Di Teras Empang, saya juga bertemu teman semasa SMA di Makassar, Multi Anwar. Kami bertemu dan ngobrol panjang lebar tentang alumni, pengalaman di Smansa Makassar hingga usaha masing-masing. Juga tentang putra-putir.

Selama hampir satu jam kami ngobrol, Multi pulang. “Mauka antar anakku,” ucapnya.

Sajian mewah di Teras Empang
Bersua Multi Anwar

Suasana di Teras Empang sungguh nyaman, adem, dan layak jadi tempat bersantai hinga larut. Kolam dan gazebo menjadi daya tarik.

Kesan selama pertama kali ke sini adalah betapa indahnya kawasan ini saat sunset. Menyaksikan Pantai Tonrangeng dan tempias di atas jembatan menuju kota. Andapun bisa menjajalnya jika sedang melintas di Parepare.

Lokasinya sepelemparan bola kasti dari jembatan.

Saya masih tinggal di Teras Empang sembari mengetik beberapa laporan.

Tak sengaja, rupanya di meja lain ada Muslih Said teman kuliah di Ilmu Kelautan Unhas yang juga sedang menikmati makan siang yang telat dengan koleganya.  Ulli begitu panggilannya nampak kaget, saya juga kaget.

“Koinsidens,” seruku.

Dari dia saya jadi ingat kalau di Kota Parepare ini ada kawan lain bernama Andi Syaifuddin. Setelah bertemu Ulli itu, malamnya Andi Syaifuddin yang biasa saya sapa Bang Kumis datang ke Hotel Bukit Kenari Indah.

Kolam renang di Bukit Kenari Indah
Menyaksikan kapal besi melintas di depan hotel

Pembaca sekalian, saya akhirnya bermalam di Kota Parepare setelah sebelumnya menyerbu ke Tamarunang Gowa dengan pesan WA ke istri.

“Saya menginap, bisaki jemputka besok di Parepare,” tulisku ke istri. “Boleh.” Jawabnya pendek.

“Sempatkan ke Anjungan Cempae, daeng,” ajak Zulham yang saat itu sedang bersua Menteri Pemuda dan Olahraga bersama Wali Kota Parepare H. Taufan Pawe. Kepada Zulham saya bilang memang ada rencana berkunjung ke Pangkalan Pendaratan Ikan Campae.

Kembali ke Andi Syaifuddin alias Bang Kumis. “Saya meluncur ke situ, saya jemputki,” katanya via Whatsapp.

Kami pun bersua dan dibawa keliling Parepare.

“Kita cari sarabba dan ubi goreng di Cempae,” ajaknya. “Ini Sarabba Cerekang-nya Parepare,” katanya. Malam semakin larut, saya kembali ke hotel.  Hujan menghadang.

“Besok pagi mesti ke Cempae lihat kapal sandar atau bongkar ikan. Harus cepat tidur,” ucapku ke Bang Kumis.

Di hotel, saya melihat Kota Parepare dikurung hujan. Hanya ada beberapa lampu kelihatan.

Malam berlalu, saya membuka jendela dan pintu dan menyaksikan Kota Parepare yang memukau. Kamar saya di lantai dua nomor kamar  27 punya lansekap view yang luar biasa.

Anjungan Cempae, icon baru Kota Parepare

Terang sana sini, laut, pergerakan kapal, beranda Ujung Lero. Juga depan hotel yang dihiasi kolam renang. Sayang sekali saya harus ke PPI Cempae. Rencana mandi di kolam renang urung.

Di lobby hotel, seorang pria memanggil.  Dia menghadap ke utara, duduk dekat meja prasmanan.

“Oe…Oe…” Saya berbalik dan menatapnya lamat-lamat. “Heh! Kak Anas,” batinku.

Rupanya dia juga menginap di hotel ini. Dari jendela restoran kami melihat kapal bergerak dari jauh. Indah sekali.   Kami mencandai diri sebagai pajappa. “Kak Anas pakonser, saya vlogger,” kataku disambut tawa.

Bersama Andi Syaifuddin dan Muslih Said di Warkop Sweetness 988

Dengan Kak Anas, WD3 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unhas itu malah sempat bikin podcast. Ha-ha-ha!

Setelah itu Muslih Said datang menjemput untuk mengantar saya ke PPI Cempae lalu bergerak ke Anjungan Cempae nan artistik serta asri.

“Anjungan ini dulunya lahan kumuh daeng, kini sudah jadi destinasi wisata, sudah icon Kota Parepare,” sebut Zulham.   Betul kata Zulham, Anjungan Cempae ini nampak tertata, kombinasi warna dan fasilitas rekreasi yang ada sungguh aduhai di mata.

Saya pun mendokumentasikan momen di sana lalu meminta Ulli untuk bergeser ke warkop.

“Kita ke Warkop Sweetness 988,” kataku. Saat itu istri juga dalam perjalanan Makassar – Parepare hendak menjemput saya. Di warkop itu, Bang Kumis juga datang.

Kami mengobrol berempat serta menikmati teh, kopi, dan kudapan khas Warkop 988. Memesan kopi enak dan telur setengah matang.

Sosodara begitulah, pengalaman dua hari di Kota Parepare, Kota Ainun Habibie!

 

Penulis: K. Azis

Related posts