Penjelasan dokter ahli pada webinar IKA Smansa Makassar tentang gejala dan penanganan serangan jantung

  • Whatsapp
Para peserta webnar (dok: istimewa)

DPRD Makassar

“Menginspirasi, membuka wawasan. Di masa COVID-19 ini, tantangannya, kita takut untuk melakukan pernapasan mulut, jadi, siapkanlah diri untuk menolong orang dekat.” Taswin Munier, Smansa 89. 

PELAKITA.ID – Menginspirasi, membuka wawasan. Selama ini kita sudah tahu tentang CPR tapi kita belum tergerak untuk paham dan mau berlatih. Di masa COVID-19 ini, tantangannya, kita takut untuk melakukan pernapasan mulut, jadi, siapkanlah diri untuk menolong orang rumah, pasangan, orang tua atau anak. Ada banyak video training cepat CPR di Youtube, bisa berlatih sendiri.

Demikian tanggapan Taswn Munier, alumni Smansa Makassar angkatan 1989 yang tinggal di Jakarta terkait webinar yang digelar IKA Smansa Makassar pada 19 September 2020 saat dihubungi Pelakita.ID.

“Apa yang terjadi pada anggota DPRD Sulsel itu bukti  kita tidak siap kondisi kedaruratan. Selalu berharap pada paramedik, yang belum tentu dapat menyelamatkan nyawa, karena ternyata, dalam banyak kasus mereka tiba saat pasien sudah kecil kemungkinan tertolong,” tambahnya dengan mengaitkan acara ini dan meninggalnya anggota DPRD Sulsel dua minggu lalu karena serangan jantung.

Narasumber dalam webinar berjudul ‘Serangan Jantung: Gejala serta penanganannya’ ini adalah dr. Muzakkir Amir, Sp.JP, FIHA, FICA. Muzakir merupakan Dokter Jantung yang berpraktik di Siloam Makassar dan berpraktik pula di RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar. Kedua, dr Ade Irna Rahman, SpAn, dokter RS Kallong Tala Gowa dan RS Haji Makassar. Jika dr Muzakkir Amir, SpIP (K) alumni Smansa Makassar angkatan 90, maka dr Ade Irna Rahman, SpAn, spesialis anestesi, alumni Smansa angkatan 93.

Acara webinar ini dimoderatori dr Rini Bachtiar, SpPD, KGEH, MARS dan Agussalim Narwis, S.E, M.M. Jumlah peserta mencapai 54 orang alumni Smansa Makassar.

 

Paparan dr Muzakkir

Perbedaan antara serangan jantung dan gagal jantung menurut dr Muzakir adalah antara proses dan muaranya. “Perjalanan terakhirnya adalah gagal jantung, kronis, atau pada terminal. Kalau serangan jantung bisa ditangani dengan device, ada alat yang disebut sebagai left axis deviation,” sebut Muzakiir.

Saat memberikan penjelasan terkait serang jantung, gejala dan penangannya, dr Muzakkir menunjukkan video dari American Heart Association berisi penjelasan terkait proses operasi fungsi jantung dan perlunya CPR.

Menjelaskan bagaimana semestinya sosialisasi CPR untuk semua kalangan, termasuk BLS, tentang dramatisasi, self learning.

“Sering sekali terjadi orang beri pertolongan pertama dengan memukul tangan. seperti di DPRD (Sulsel). Itu sering sekali terjadi. Orang awam, pukul-pukul tangan, tidaka ada gunanya,” katanya pada paparannya yang dibawakan dengan santai dan akrab ini.

dr Muzakkir saat jadi pembicara (dok: istimewa)

Dia menyebut bahwa penyakit serangan jantung ini merupakan penyakit tertinggi. “Orang yang mengalaimi serangan jantung, itu sindrom koroner akut karena ada masalah pada cardio vasculer utama. Pembunuh nomor satu sebelum adanya Covid,” sebutnya.

“Penyakit jantung iskemik, adanya kekurangan darah pada koroner. Ada timbunan pada pembuluh darah yang kemudian pembuluhnya pecah dan ada pembekuan darah dalam pembuluh darah jantung,” lanjutnya.

Terkait ini, Muzakkir menyebut adanya gangguan irama detak jantung, nyeri dada, ditambah perubahan EKG yang disebuat ‘angina yang tidak stabil,” katanya. Untuk menunjukkan situasi sesungguhnya diperlukan pemeriksaan hingga pemeriksaan lab.

Pemicu pun dia sebut. “Bisa karena merokok, hipertensi, diabetes melitus, pada usia di atas 45 tahun, karena perilaku gaya hidup, diet tinggi lemak, kelainan koagulasi,” sebutnya.

“Pembulu darah buntu karena adanya plak, timbunan, jadi ada keluhan nyeri dada, yang tidak bisa ditunjukkan digambarkan persis lokasinya, berkeringat banyak, ada kecemasan ekstrem, mulai pingsan, pernapasan juga sesak.”

Dia juga menyinggung tentang serangan penyakit ini yang disebabkan oleh tidak berfungsinya tiga pembuluh darah utama di jantung, sakitnya menjalar ke lengan, dagu lalu ada perubahan jaringan dan vibrosis. Yang bisa dilakukan untuk penanganan adalah pemasangan cincin pada pembuluh jantung.

“Saya menyebutnya gorong-gorong, karena serupa itu,” katanya untuk pemasangan alat bantu pad penderita penyakit. Dia juga menyebut beberapa nama obat termasuk aspirin.

Setelah pasang sten, atau cncin tadi, orang ini harus mengendalikan faktor risiko, tetap memnum aspirin, sampai 100 mg perhari. Minum obat selama 12 bulan, kolesterol dikontrol, makan coto dan konro, kolesterol harus di bawah nilai normal,” lanjutnya.

Muzakkr menekankan perlunya membedakan nyeri dada karena jantung atau karena gas lambung yang berlebih.

“Penderita bisa diminta treadmill, suruh lari saja, kalau dipasang IKG akan kelihatan, akan ketahuan, apakah asam lambung, atau karena sering minum kopi, atau makan pedas, serng asam lambung naik dan munclul gejala mirip sakit jantung,” paparnya.

Orang yang mudah stres, stres, sering jadi pemicu,” tambahnya sembari menyebut kejadian yang menimpa suami artis BCL Asraff karena ‘brugada atau kelainan konduksi fungsi jantung.

Penelusuran Pelakita.ID menemukan bahwa Sindrom Brugada merupakan gangguan pada jantung terkait kelainan genetik. Pada keadaan normal, agar jantung dapat berdenyut, aliran listrik yang dicetuskan oleh atrium kanan jantung semestinya dialirkan ke dalam kanal, hingga menggerakkan otot jantung untuk berdenyut.

“Kalau lihat ada orang jalan dan lemas jatuh, yang pertama dilakukan adalah cek kesadaran, menepuk atau cubit tangan, untuk respon,” ucapanya.

Dia juga menyebut kaitannya bisa saja hipoglukeimi, epilepsi, atau penderita gangguan irama jantung.

“Kedua, cek ke nadi, kalau tidak ada nadi. Kalau ada nadi, tidak perlu RJP. Kalau tidak ada, perintah tidak perintah, segera RJP sambil minta bantuan,” imbuhnya.

Resusitasi jantung paru-paru (RJP) atau CPR adalah tindakan pertolongan pertama pada orang yang mengalami henti napas karena sebab-sebab tertentu. Tujuannya untuk membuka kembali jalan napas yang menyempit atau tertutup sama sekali dengan melakukan beberapa teknik pemijatan atau penekanan pada dada

Muzakkir mengingatkan perlunya pelathan BLS, untuk melakukan CPR menolong orang lain.

 

Paparan dr Ade Irna: Bantuan Hidup Dasar

Paparan berikutnya adalah dr Ade Irna, ahli anestesi, alumni Smansa 993.

“Beliau masuk di Unhas tahun 1993, dan kemudian mengambil spesialisasi anestesi, pada 2009, di Kedokteran Unhas, konsultan intensif care 2019 di FK Unhas. Sekrang bekerja di bagian anestasi di RS Haji dan RS Syech Yusuf di Kabupaten Gowa,” jelas moderator,  Agussalim Narwis.

Narasumber (dr Ade) dan peserta webinar yang hadir, termasuk ketua IKA Smansa, Andi Ina Kartika (dok: istimewa)

Ade menjelaskan teknik bantuan seperti bagaimana membebaskan jalan napas bagi yang terkena serangan jantung.

“Ada beberapa cara, yang bisa kita lakukan, angkat dia punya dagu, dengan chin lift, kita tambah dengan tekan dahi. dengan cara seperti ini. termasuk cara mengangkat,” katanya saat membuka paparan berjudul Bantuan Hidup Dasar.

Dia juga menjelaskan perlakuan untuk bayi dengan memeriksa nadi, termasuk untuk anak-anak. “Yang sering henti napas itu, biasanya karena cairan dari lambung, aspirasi, anti napas, cek di ketiak dan selangkangan. Susah cari karotisnya,” katanya terkait balita atau anak-anak.

“Teknik kompresi itu, yang menekan badan kita, semua kekuatan berada di bahu, bukan di siku, siku tidak goyang, badan kita yang menimpa agar tekanan bisa maksimal,” tambah Ade terkait teknik kompresi pada penderita jantung.

“Di dada sebelah kiri, Tindis saja di daerah sebelh kiri. Kemudian posisi tangan yang mana di atas, tergantung, tangan kiri yang di atas kuat atau mana dominan taruh di atas,” lanjutnya.

“Berapa kali kompresi? 30 banding 2, 30 kompresi dan 2 kali napas buatan. Seandainya masih bisa kompresi, penting kompresimaki saja dulu sembari menunggu pemberi bantuan napas. sambil tunggu, kompresi maki saja, sambil kasih bantuan napas di atas,” ucapnya.

“Hindar bantuan napas yang terlalu kuat. anak-anak yang kecil pakai dua jari atau pakai jari telunjuk dengan perbandingan 1 banindg 3, 1 kali napas dan 3 kali kompresi.”

Dia melanjutkan. “Kalau berhasl merangsang dan belum mati batang otak, denyut jantung kembali, jantung berdetak, raba nadinya di leher, di karotis, di pergelangan dangan, maka segera posisikan miring,” lanjut dr Ade.

“Lalu sampai kapan RJP? Lalukan RJP, sampai sudah sadar, atau berhenti kalau bantuan medis sudah datang, atau penolong sudah lelah. Tidak ada batasan waktu untuk berapa kita melakukan RJP,” ucapnya terkait pertolongan pertama pada penderita jantung itu.

dr Ade menyarankan ada untuk setiap kantor pemerintah, kantor, sekolah agar ada obat-obatan penolong pertama seperti epienfrin. “Harus ada obat-obat emergency, yang paling sering, ada epinferin. Epinferin, bisa untuk yang syok karena alergi, ini bisa dipakai juga,” tambahnya.

Untuk sakit jantung, dr Ade menyebut bahwa ini perlu penanganan cepat, tepat dan cermat. “Kalau tdiak cermat bisa fail. Bisa kena siapa saja,” kata Ade.

“Kalau mendapatkan seperti ini, yang pertama ada datang ke tempat kejadian, dan usaha dulu melihat sekitar, untuk dipanggilkan ambulans, atau orang kompeten. Kalau di kantor, tidak ada masalah, tapi kalau di jalan? Kita harus bawa pasien ke tempat aman dan beri pertolongan,” lanjutnya.

dr Ade Irna (dok: istimewa)

“Sering terjadi henti jantung, kalau pendarahan, atau patah tulang. Kalau ada, kita pasang bebat. apa saja yang modelnya panjang dan pasang, bebat,” katanya lagi.

Dia juga menyinggung fungsi organ jantung yang disebutnya misterius.

“Organ yang sangat misterius. dari semua organ, satu-satunya organ yang punya listrik sendiri adalah jantung, dia punya sumber lstrik sendiri. Ukurannya seperti kepalan tangan, ada empat ruang,” katanya.

“Otak ini seperti PLN dan ada di tulang belakang ada kabel listrik bawah tanah dan terpasang di tulang belakang dan syaraf-syaraf ini yang akan mengatur fungsi tubuh, selalin dari pada jantung, syarafnya otonom,” ujarnya.

Dia menekankan penanganan cermat pada antara waktu 3 hingga 5 menit pertama saat ada korban.

“3 sampai 5 menit untuk memberikan okigern ke jantung, melalui napas. Untuk yang koma, bisa seminggu lebih, yang sering kami dapati, mati batang otak. Kalau ada orang meninggal, diperiksa pupil mata hitam, kalau melebar dan tidak ada respon, atau disenter dan melebar maksimal maka itu mati batang otak.” ucapnya lagi.

“Jadi bantuan hidup dasar, atau memberikan bantuan bisa lebih semenit ada peluang 98-100 persen, kalau 3 menit, kalau 10 menit paling sampai 1-10 persen,” kata terkait pentingnya pertolongan di menit pertama pada yang terkena serangan jantung.

Paparan dr Ade Irna sangat detil seperti berkaitan pemeriksaan pasien dengan memeriksa leher, tentang senosis, pada orang yang sudah kekurangan oksigen berat, tentang snooring atau ngorok pada penderita, demikian pula pada korban tenggelam hingga penggunaan jari saat membuka mulut korban.

“Bisa juga kita feel, rasakan aliran udara, ada atau tidak,” katanya saat menyinggung bantuan pertama pada korban kecelakan lalu lintas yang berdampak pada daerah muka.

 

Penulis: K. Azis

(koordinator bidang informasi dan komunikasi PP IKA Smansa Makassar, alumni Smansa 89)

 

Related posts