Pertemuan tersebut mempertemukan tokoh-tokoh terkemuka HKTI Sulawesi Selatan dari dua arus lama Ir. H. Andi Thaswin Abdullah, MT, Dr. Ir. H. Lutfi Halide, MP, Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Numba, MS, Prof. Dr. Ir. Hatta Jamil, MP, Dr. Ir. Suardi Bakri, MP, dan Ir. Amran Aminullah, MP, bersama para pengurus DPD HKTI Sulsel lainnya.
PELAKITA.ID – Sebuah momentum sejarah baru bagi gerakan tani Indonesia — dari perbedaan menuju persatuan, dari sekat menuju kekuatan.
Awal yang Hangat di Kota Daeng
Di sebuah ruang pertemuan di jantung Kota Makassar, suasana terasa berbeda pada 19 Oktober 2025. Hotel Swiss-Belinn Panakkukang hari itu bukan sekadar tempat berkumpulnya para tokoh pertanian, tetapi saksi lahirnya babak baru perjalanan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI).
Setelah bertahun-tahun terbelah dalam dua kepemimpinan, HKTI akhirnya kembali bersatu di bawah satu panji. Tak ada lagi dikotomi “versi Prabowo–Fadli Zon” dan “versi OSO–Moeldoko.”
Yang tersisa hanyalah satu semangat: mengembalikan marwah petani sebagai penyangga kehidupan bangsa.
Kabar bahagia ini disampaikan oleh R S.Suroyo.Jr, SP, MSi Waketum OKK DPN HKTI, didampingi Wakil Sekjen DPN HKTI M. Arief A. Bisma, S.TP, MM. Keduanya hadir membawa pesan persatuan hasil Musyawarah Nasional HKTI, yang meneguhkan kepemimpinan nasional di bawah Ir. Sudaryono, B.Eng, MM, MBA, yang juga menjabat Wakil Menteri Pertanian Republik Indonesia.
“Alhamdulillah, HKTI kini telah bersatu di bawah satu kepemimpinan nasional. Tidak ada lagi sekat, semua siap bergerak bersama demi kemajuan petani Indonesia.”
— Ir. Suroyo, MP (Ketua OKK DPN HKTI)
Reuni Dua Kubu, Rekonsiliasi Dua Hati
Pertemuan tersebut mempertemukan tokoh-tokoh terkemuka HKTI Sulawesi Selatan dari dua arus lama Ir. H. Andi Thaswin Abdullah, MT, Dr. Ir. H. Lutfi Halide, MP, Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Numba, MS, Prof. Dr. Ir. Hatta Jamil, MP, Dr. Ir. Suardi Bakri, MP, dan Ir. Amran Aminullah, MP, bersama para pengurus DPD HKTI Sulsel lainnya.

Mereka kini tak lagi duduk di meja yang memisahkan, melainkan di meja yang menyatukan. Tidak lagi berbicara tentang siapa yang benar, melainkan bagaimana bersama menanam, merawat, dan memanen cita-cita yang sama.
“Kami akan segera menggelar musyawarah daerah yang melibatkan seluruh DPC kabupaten/kota untuk menyempurnakan struktur kepengurusan hasil penyatuan ini.”
— Ir. H. Andi Thaswin Abdullah, MT (Ketua DPD HKTI Sulsel versi Prabowo–Fadli Zon)
Sementara itu, Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Numba, MS, Sekretaris Umum DPD HKTI versi OSO–Moeldoko, menegaskan:
“Kami siap mendukung program pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, yang juga Ketua Dewan Pembina HKTI. Penyatuan ini memperkuat komitmen kita untuk mewujudkan kesejahteraan petani dan swasembada pangan nasional.”
Lebih dari Sekadar Organisasi
Persatuan HKTI bukan sekadar soal satu struktur atau satu logo. Ia adalah penyatuan jiwa dan niat — untuk kembali menempatkan petani di panggung utama pembangunan bangsa.
Di tengah tantangan perubahan iklim, fluktuasi harga global, dan kebutuhan regenerasi petani muda, HKTI yang bersatu menjadi tumpuan harapan baru.
Kini, HKTI tidak lagi sekadar organisasi profesi, tetapi gerakan moral dan sosial yang menjaga nilai-nilai kedaulatan pangan dan keadilan agraria.
“Petani tidak butuh perdebatan, tetapi kepastian. Dan kepastian itu lahir dari persatuan.”
— Salah satu tokoh HKTI Sulsel dalam pertemuan tersebut

Dari Sulawesi Selatan untuk Indonesia
Sulawesi Selatan, dengan tanahnya yang subur dan sejarah panjang pertanian, kembali menyalakan obor kebersamaan. Dari sawah padi di Sidrap hingga perkebunan kakao di Luwu, dari ladang jagung di Bone hingga kebun hortikultura di Malino — semangat itu mengalir, menandai awal baru bagi HKTI dan petani Indonesia.
Silaturahmi ini bukan akhir dari dualisme, tetapi awal dari era baru sinergi. HKTI Sulsel kini berdiri di garda depan, menjadi teladan bahwa perbedaan bukan alasan untuk berpisah, melainkan panggilan untuk mencari jalan tengah.
Dari ruang pertemuan di Panakkukang itu, lahirlah satu pesan besar:
“Bersatu untuk Petani, Bergerak untuk Negeri.”
Dan ketika kelak sejarah menulis bab tentang kebangkitan pertanian Indonesia, tanggal 19 Oktober 2025 di Makassar akan dikenang sebagai hari ketika dua jalan kembali menjadi satu — satu arah, satu cita, satu Indonesia.
___
Tentang Penulis
Muliadi Saleh adalah penulis dan pemerhati isu-isu pertanian, pangan, dan organisasi tani. Ia aktif menulis refleksi dan esai tentang kedaulatan pangan, gerakan petani muda, serta kebangkitan pertanian Indonesia.
