PELAKITA.ID – Pada Sabtu–Minggu, 21–22 September 2024, komunitas sepeda GX-ID Sulawesi menggelar Bikecamp dan Family Gathering di Desa Wisata Bissoloro, Kecamatan Bungaya, Kabupaten Gowa.
Kegiatan ini diikuti oleh puluhan anggota dengan beragam moda transportasi—ada yang bersepeda, menggunakan motor, hingga kendaraan roda empat.
Ini merupakan bikecamp kedua setelah disepakati oleh seluruh anggota untuk menggelar kegiatan serupa setiap dua bulan sekali.
Sebelumnya, kegiatan perdana berlangsung di kawasan wisata Biseang Labboro, Kabupaten Maros, yang menawarkan keindahan dan sensasi tersendiri.
Jarak tempuh dari Makassar ke Desa Wisata Bissoloro sekitar 40 kilometer dengan ketinggian lokasi mencapai sekitar 800 mdpl. Cuacanya sejuk, meski tidak sedingin Malino yang berada di atas 1000 mdpl.
Rombongan pesepeda berangkat dari titik kumpul di kawasan Pampang sekitar pukul tujuh pagi, sementara peserta lain yang menumpangi motor dan mobil tiba dengan waktu bervariasi—bahkan ada yang tiba di lokasi hingga tengah malam.
Perjalanan menuju Bissoloro berlangsung lancar. Saya bersama istri memilih berkendara mobil karena membawa penganan dan perlengkapan camping.
Di jalan poros menuju lokasi, kami sempat bertemu rombongan goweser yang menaklukkan tanjakan curam dengan gradien 16–17 persen. Medannya yang berkelok dan menantang membuat saya mengurungkan niat ikut bersepeda, apalagi kondisi kesehatan jantung belum sepenuhnya pulih.

Jalan menuju gerbang Desa Wisata Bissoloro cukup baik, meski sesekali terdapat lubang kecil. Kawasan ini telah ditetapkan sebagai desa wisata sejak 2017, dengan berbagai titik wisata alam, termasuk Puncak Tinambung yang kini populer sebagai kawasan konservasi. Namun kali ini, GX-ID Sulawesi memilih lokasi camping di Hutan Pinus Rita Malompoa atau Glamping Cape Rita Malompoa.
Jalan masuk sepanjang lebih dari satu kilometer cukup menantang karena berbatu besar dan tanah merah, namun begitu tiba di lokasi, semua rasa lelah langsung sirna.
Pemandangan di lokasi sungguh menakjubkan. Pohon-pohon pinus menjulang tinggi mengelilingi area camping, sementara di kejauhan terbentang lembah dan perbukitan hijau yang eksotis.
Dari puncak bukit di sisi timur tampak sunrise yang memukau, sementara di sisi barat terpampang sunset berwarna jingga kemerahan—indah bak bait-bait puisi yang menggantung di langit. Subhanallah, betapa indah ciptaan-Mu, ya Tuhan.
Setelah beristirahat sejenak, para peserta mulai mendirikan tenda dengan formasi melingkar, menyiapkan area tengah untuk tempat berkumpul, bercengkerama, dan rapat kecil membahas agenda kegiatan berikutnya.
Makan siang digelar bersama di alam terbuka dengan menu khas Bugis-Makassar: songkolo, nasi putih, burasa, dan ayam nasu palekko. Suasana akrab dan guyub terasa begitu hangat—penuh tawa, kebersamaan, dan semangat persaudaraan.
Yang membuat acara kali ini semakin istimewa adalah kehadiran seorang barista senior sekaligus goweser Makassar yang membawa perlengkapan lengkap perkopian. Kami menikmati kopi nikmat sepanjang hari hingga larut malam, diiringi obrolan ringan dan tawa.
Nilai spiritual juga tak pernah absen. Setiap waktu salat, kami menunaikannya secara berjamaah di alam terbuka. Suasana terasa begitu syahdu dan khidmat—seolah Tuhan begitu dekat, menyatu dengan ciptaan-Nya.
Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? Hati-hati kami disatukan oleh rasa cinta dan syukur, menebar kelembutan kepada sesama dan alam semesta.
Malam hari kami berkumpul di sekitar perapian, membakar ayam untuk santap malam sambil bercanda dan bernyanyi bersama. Beberapa peserta lain datang menyusul dengan membawa aneka penganan ringan. Malam itu terasa panjang dan hangat—ditemani kopi, nyanyian, serta kebersamaan yang tulus. Ada yang bersuara merdu, ada pula yang fals, tapi semuanya bernyanyi dari hati.
Menjelang subuh, keheningan alam pecah oleh suara azan yang menggema dari toa kecil. Kami kembali menunaikan salat berjamaah dengan suasana khidmat, lalu menyambut matahari pagi yang perlahan muncul di ufuk timur. Secangkir kopi panas dan sarapan sederhana menjadi penutup manis kebersamaan pagi itu.

Sekitar pukul sembilan, peserta mulai berkemas: melipat tenda, membersihkan area, dan memastikan tak ada barang tertinggal.
Para goweser kini lebih ringan meluncur turun, meski tetap berhati-hati di jalur menurun yang curam. Alhamdulillah, seluruh rangkaian kegiatan berjalan lancar dan penuh makna.
Insya Allah, kegiatan bikecamp dan family gathering berikutnya akan digelar di kawasan pantai—melanjutkan semangat dari hulu ke hilir, dari gunung ke laut. Doakan kami agar selalu sehat, kompak, dan membawa berkah dalam setiap kayuhan dan kebersamaan.
Makassar, 23 September 2024
