Pengelola kawasan bersama nelayan dan mitra konservasi seperti YKAN perlu menyinergikan upaya pengendalian pemanfaatan sumber daya di dalam kawasan. Melalui pendekatan seperti CODRS dan TURF reserve, kita dapat mengelola perikanan secara berkelanjutan tanpa mengorbankan kesejahteraan masyarakat.
Imam Fauzi, Kepala BKKPN Kupang.
PELAKITA.ID – Kupang, 4 Oktober 2025 – Terumbu karang merupakan ekosistem kunci di perairan tropis yang memainkan peran vital menjaga keanekaragaman hayati sekaligus kehidupan masyarakat pesisir.
Di Laut Sawu, Provinsi Nusa Tenggara Timur, ekosistem ini menjadi habitat penting bagi ikan bernilai ekonomi tinggi, seperti kakap dan kerapu, yang menjadi sumber penghidupan utama bagi nelayan skala kecil.
Namun, tekanan eksploitasi berlebih dan perubahan iklim terus mengancam keberlanjutan ekosistem tersebut. Menjawab tantangan ini, Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) memperkuat inisiatif pengelolaan perikanan berbasis sains melalui dua pendekatan utama yaitu Crew Operated Data Recording System (CODRS) dan Territorial Use Rights for Fishing (TURF) reserve.
Di Laut Sawu inisiatif ini difokuskan di wilayah Sumba Barat Daya, Sumba Tengah dan Sumba Timur, sebagai bagian dari upaya menjaga keberlanjutan perikanan kakap-kerapu secara kolaboratif dan berkelanjutan.
Inisiatif ini melibatkan pemerintah, khususnya Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang, masyarakat, akademisi, dan mitra konservasi lainnya selaku pemangku kepentingan dalam pengelolaan Taman Nasional Perairan Laut Sawu.
“Pengelola kawasan bersama nelayan dan mitra konservasi seperti YKAN perlu menyinergikan upaya pengendalian pemanfaatan sumber daya di dalam kawasan. Melalui pendekatan seperti CODRS dan TURF reserve, kita dapat mengelola perikanan secara berkelanjutan tanpa mengorbankan kesejahteraan masyarakat,” ujar Imam Fauzi, Kepala BKKPN Kupang pada pertemuan koordinasi tanggal 29 September 2025 di Kupang.
Laut Sawu merupakan bagian dari Bentang Laut Sunda Kecil, salah satu kawasan prioritas konservasi laut di Indonesia. Kawasan ini dikenal sebagai bagian dari 50 terumbu karang paling resilien di dunia terhadap perubahan iklim.
Keberadaan terumbu karang dan aktivitas penangkapan ikan di kawasan ini merupakan dua hal yang saling bergantung.
Terumbu karang yang sehat memastikan produktivitas perikanan, sementara praktik penangkapan yang berkelanjutan menjaga kelestarian ekosistem tersebut.
Oleh karena itu, tata kelola berbasis sains dan kolaborasi masyarakat menjadi fondasi penting dalam menjaga keseimbangan antara ekologi dan ekonomi.
Data dari Nelayan untuk Keberlanjutan Perikanan
Salah satu tantangan besar dalam pengelolaan perikanan adalah minimnya data yang akurat tentang stok ikan. Untuk mengatasi hal tersebut, YKAN mengembangkan CODRS sejak 2014, sebuah sistem pendataan perikanan yang dilakukan langsung oleh nelayan.
Dengan kamera sederhana, nelayan memotret hasil tangkapannya, baik di atas kapal maupun saat pendaratan. Foto-foto ini kemudian dianalisis oleh teknisi lapangan untuk mengidentifikasi jenis ikan, ukuran panjang, dan lokasi penangkapan.
“Pendekatan CODRS bukan hanya menghasilkan data yang lebih akurat, tetapi juga memberdayakan nelayan sebagai pelaku utama pengelolaan sumber daya,” jelas Glaudy Perdanahardja, Fisheries Conservation Strategic Lead YKAN. “Melalui data ini, nelayan dapat memahami kondisi stok ikan dan pentingnya menjaga kelestarian agar mata pencaharian mereka tetap terjamin,” lanjutnya.
Informasi yang dikumpulkan melalui CODRS digunakan untuk menganalisis distribusi ukuran ikan yang ditangkap dan kondisi stok perikanan.
Hal ini menjadi dasar ilmiah untuk pengambilan keputusan pengelolaan yang lebih tepat sasaran, termasuk identifikasi wilayah penting yang perlu dilindungi atau dikelola secara khusus.
Tahap selanjutnya dalam penguatan pengelolaan perikanan adalah penerapan konsep TURF reserve, yaitu pemberian hak kelola wilayah tangkap tertentu kepada kelompok nelayan. Dengan pendekatan ini, nelayan memiliki kepastian akses atas wilayah tangkap sekaligus tanggung jawab untuk menjaga keberlanjutannya.

Model ini memungkinkan pengelolaan perikanan yang lebih adaptif terhadap kondisi ekosistem lokal dan kebutuhan masyarakat.
Berdasarkan data CODRS, YKAN bersama masyarakat dapat mengidentifikasi area penting untuk perlindungan atau pengelolaan, menentukan siapa saja yang memiliki akses ke wilayah tersebut, serta menyusun rencana tindakan untuk memastikan keberlanjutan.
“Melalui TURF reserve, kami mendorong terbentuknya pengelolaan perikanan berbasis tanggung jawab. Nelayan bukan sekadar pengguna sumber daya, tetapi juga penjaga keberlanjutannya,” tambah Glaudy.
Dengan sinergi multipihak dan pendekatan berbasis data, inisiatif ini diharapkan menjadi contoh praktik baik pengelolaan perikanan berkelanjutan di Indonesia. Upaya ini tidak hanya menjaga ekosistem laut, tetapi juga menjamin masa depan ekonomi masyarakat pesisir..
“Menjaga laut berarti menjaga kehidupan. Ketika nelayan diberdayakan, data menjadi dasar kebijakan, dan pengelolaan dilakukan bersama, kita tidak hanya melindungi terumbu karang, tetapi juga memastikan laut tetap produktif untuk generasi mendatang,” pungkas Direktur Program Kelautan YKAN Muhammad Ilman.
___
Tentang YKAN
Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) adalah organisasi nirlaba berbasis ilmiah yang hadir di Indonesia sejak 2014. YKAN memberikan solusi inovatif demi mewujudkan keselarasan alam dan manusia melalui tata kelola sumber daya alam yang efektif, mengedepankan pendekatan non konfrontatif, serta membangun jaringan kemitraan dengan seluruh pihak kepentingan untuk Indonesia yang lestari. Untuk informasi lebih lanjut kunjungi www.ykan.or.id.
